aku, kamu, and sex

Pernikahan Rey dan Humaira 2



Pernikahan Rey dan Humaira 2

0Rey menatap pesawat yang baru saja mendarat, perlahan pintu pesawat terbuka dan muncul pria paruh baya diikuti pria muda di belakangnya, sekilas menatap wajah keduanya seperti sedang menatap foto di dua jaman yang berbeda. Tampak sama hanya beda masa.     

Rey mendekati pria paruh baya itu, memeluknya erat setelah mencium pungung tangannyan terlebih dahulu.     

"Ayah sehatkan?" Tanya Rey sambil memeluk sang ayah.     

"Alhamdulilah ayah sehat, bahkan sangat sehat." Ucap sang ayah sambil menepuk pungung putranya pelan.     

"Syukurlah, Rey senang ayah datang." Rey melepas pelukan dari ayahnya.     

"Bagaimana ayah bisa untuk tidak datang di pernikahan putra ayah." Jawab Tuan Handoko dengan tersenyum hangat.     

"Hallo Brother." Ucap Ronald santai dengan senyum tengilnya.     

"Brother sialan, bagaimana bisa kau cengegesan diatas penderitaan adikmu, Ha!"     

"Maaf."     

"Maaf, maaf setiap hari aku harus mendengar teriakan dari mama karena ga bisa nemuin kamu dimanapun, hampir saja kita lapor polisi, untung saja Jelita menelponku, ngasih tahu kalau kakak ada di sana, dasar kakak jahanum."     

Ronald terkekeh, kemudian merangkul pundak adiknya, "Ayo kita pulang, besok kau menikah, jadi jangan marah-marah." Canda Ronald.     

"Ayah!! Kasih tau kakak, kalau dia sangat menyebalkan."     

Tuan Handoko yang sudah jalan lebih dulu menoleh ke belakang kala mendengar suara Rey berteriak memanggilnya, namun ia tak menjawab hanya senyuman lebar yang ia tunjukkan pada Rey dan Ronald, kemudian melanjutkan langkahnya menuju mobil Rey yang terparkir tak jauh dari tempatnya saat ini. Sebuah kebahagiaan yang ternilai dengan apapun ketika melihat kedua anaknya saling sayang satu sama lain, dan juga saling mendukung, lagi-lagi dia bersyukur dalam hati akan hal itu dan dia juga harus memeluk Sanjaya sang sahabat dengan erat karena berhasil mendidik putranya dengan baik.     

Tuan Handoko masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, dan tak berapa lama kedua anak laki-lakinya masuk kedalam mobil. Rey bertindak sebagai sopir dan ada kakak tercintanya yang duduk di sebelahnya serta sang ayah yang duduk tepat dibelakang Rey.     

"Rey, jam berapa besok acara dimulai?" Tanya sang ayah.     

"Jam delapan ayah."     

"Pagi sekali udah ngebet kamu ya."     

"Ga kebalik tuh pertanyaan?"     

"Wait, apa maksudnya?"     

"Apa yang kakak lakukan sama Rena sebelum kakak pulang?" Tanya Rey sambil berbisik, tapi masih mampu di dengar oleh sang ayah.     

"Semua dibayar tunai bukan dicicil." Ucap sang ayah sambil membaca surat kabar.     

Keduanya sontak menoleh pada sang ayah. "Ayah hanya mengingatkan Rey supaya tidak salah sebut saat akad nanti." Ucap sang ayah tanpa menatap kedua anaknya dan masih sibuk dengan apa yang ia baca. Walau sebenarnya mereka tahu apa maksud dari sang ayah sebenarnya.     

"Aku tidak melakukan apapun pada Rena, hanya memeluk itu saja."     

Rey geleng-geleng kepala, sampai mamanya tahu kalau Ronald tidur di kamar Rena sambil memeluk gadis kecil itu, tamat riwayat sang kakak.     

"Bahkan kau terlalu tua untuk aku beri tahu apa hal itu benar atau tidak." Jawab Rey cuek dan kembali menatap jalanan.     

"Rey, bagaimana kau tahu jika ada Rena disana." Tuan Handoko jadi penasaran, karena tidak ada yang member tahu perihal Rena berada di sana.     

"Otak Rey sebelas dua belas dengan otak papa." Ronald menghembuskan nafas panjang setelah mengatakan hal itu.     

"Sepertinya Ronald tak bisa menyembunyikan satu rahasia pun dari keluargaku, terutama adik kecilku ini."     

"Jangan panggil aku adik kecil lagi, sebentar lagi aku akan menikah bahkan aku mendahului dirimu." Ketus Rey pada sang kakak.     

Ronald tertawa, "Sebesar apapun setua apapun, kau tetap adik kecil kakak yang paling kakak sayang."     

"Kau kakak yang menyebalkan." Balas Rey.     

"Sampai kapan kalian akan berdebat?" lerai sang ayah.     

Mobil yang Rey kendarai telah sampai di halaman rumah Tuan Sanjaya, suasana rumah terlihat ramai karena banyak orang yang sedang sibuk mempersiapkan acara untuk besok, walau acaranya di lakukan di gedung bukan di rumah, namun tetap saja mereka harus menyiapkan segala sesuatunya, agar semua sempurna pada saat acara.     

Melihat mobil Rey masuk ke halaman, encum berlari ke dalam memanggil sang nyonya rumah, "Nyahhhh… Si mas ganteng udah balik." Ucap encum dengan suara cempreng keras mengelegar.     

"Nih, kamu lanjutkan kerjaannya, saya mau narik kuping anak bujang dulu." Nyonya sanjaya memberikan centong nasi pada si encum dan langsung ke depan menjemput sang anak dan sahabatnya.     

Ternyata di depan sudah ada Tuan Sanjaya yang sedang berpelukan dengan Tuan Handoko dan juga Ronald.     

"Assalamualaikum, Ma____Aduaduaduh, Ma____Ampuuuun." Teriak Ronald karena langsung mendapat jeweran dari sang mama.     

"Ampun, ampun, udah bikin mama sport jantung sekarang bilang ampun! Ampun!Hah!" Hardik sang mama pada Ronald yang sedang mengelus kupingnya bekas jeweran sang mama.     

Sedang sang mama masih memasang muka garang dan menatap tajam kearah Ronald.     

"Kena kau, Kak." Rey terkikik langsung berlari masuk ke dalam rumah takut kena omelan sang mama.     

Sedang Handoko dan Tuan Sanjaya hanya tersenyum lebar melihat bagaimana interaksi Ronald dan Nyonya besar sanjaya.     

"Hati-hati Singanya lagi kelaparan." Bisik sang papa di telinga Ronald saat melintas di sampingnya.     

Ronald cemberut dan menatap tajam pada sang papa juga ayahnya yang malah menertawakannya.     

"Maaf ma, Ronald kemarin di culik, mana sempet sih ma, orang di culik terus ijin dulu." Ucap Ronald dengan wajah sedikit menunduk walau dan terkadang mencuri pandang pada sang mama yang menatapnya garang.     

"Badan segede gajah kok bisa sih kamu jadi langganan penculik." Ucap sang mama membuat orang yang baru melintas di dekat mereka menjadi terkikik geli.     

"Ya Allah ma, anak mama kan ganteng, baik, sukses, kaya, siapa yang ga pingin culik coba." Ronald membela diri.     

"Terus gimana caranya kamu kabur dari para penculik, Hah?"     

"Ma, Kak Ronald di culik sama calon mertua!" Rey berteriak dari dalam rumah.     

Mamanya semakin tajam menatap Ronald, "Apa yang dikatakan adikmu itu bener?"     

Dengan ragu Ronald menjawab, "I_Iya ma, Inshaallah."     

Nyonya sanjaya langsung mengapit lengan Ronald dan menariknya ke dalam rumah, mendudukkan dia di kursi lalu mengiterogasinya persis seperti polisi dan narapidana.     

"Ceritakan sekarang juga sama mama." Ucap mamanya Tegas.     

Lalu Ronald menceritakan semuanya di hadapan sang mama, papa dan ayahnya yang juga duduk di sofa aruang keluarga.     

"Jadi Rena adiknya Danil? Anaknya Richard?" Tanya sang mama, yang mendapat anggukan dari Ronald.     

"Jadi kamu akan berbesan dengan Richard, Han." Ucap Tuan sanjaya.     

"Ya, jika benar memang mereka berjodoh."     

"Tapi Rena masih 17 tahun, apa kakak yakin?" Tanya Rey pada sang kakak.     

"APAA!! 17 Tahun?" Tuan sanjaya terkejut bukan main.     

Lagi-lagi Ronald mengangguk, sedang Tuan handoko hanya tersenyum kecil dan mengendikkan bahu ketika Tuan Sanjaya menatapnya.     

"Kamu ga berubah jadi Pedofil kan?"     

"PAPA!!" Kini gentian Ronald yang berteriak kesal.     

Dan semua orang hanya tertawa terbahak melihat bagaimana wajah kesal Ronald saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.