aku, kamu, and sex

Pernikahan Rey dan Humaira 3



Pernikahan Rey dan Humaira 3

0Tepat jam tujuh pagi mobil iring-iringan pengantin telah melaju ke jalanan menuju ke gedung tempat acara ijab qabul dan resepsi pernikahan Rey dan Humaira. Rey telihat gagah menggunakan beskap warna putih, sedangkan Ronald, Ramond, ayah serta papanya menggunakan jas berwarna putih dan nyonya sanjaya serta Arlita menggenakan kebaya dengan warna yang sama.     

Tak berapa lama mereka sampai ke gedung tempat acara, dan memasuki ruangan khusus untuk keluarga sebelum acara dimulai, Nyonya Sanjaya menemui Humaira di ruangan terpisah.     

"Assalamualaikum," Sapa nyonya Sanjaya ketika memasuki ruangan dimana Humaira berada ditemani Arlita, sedangkan Arka sudah bergabung dengan keluarga yang lain di Aula.     

"Waalaikumsalam," Ucap Arlita dan Humaira bersamaan.     

"Aduh cantiknya calon menantu mama,"     

"Trimakasih, ma."     

"Jelita sama kak Danil ga bisa datang ya, Ma?"     

"Ga bisa sayang, Danil sedang pemulihan pasca operasi."     

"Ya semoga kak Danil cepat sembuh ya, ma."     

"Iya sayang."     

"Arlita kapan kamu akan menikah dengan Arka?"     

"Belum tahu, ma? Kita masih sama-sama sibuk sama kasus."     

"Kalau nunggu kalian ga sibuk terus kapan?"     

Arlita nyengir, tak berapa lama Arka datang dan memberi tahu kalau acara akan segera dimulai, Nyonya Sanjaya keluar untuk menyaksikan Rey mengucapkan ijab qabul sedangkan Humaira masih tetap berada di ruangan itu ditemani oleh Arlita.     

Sebelum Arka keluar dari ruangan, Arka mengecup kening adiknya, lama, kemudian berucap, "Kecupan terakhir sebelum adikku yang cantik ini, abang serahkan pada lelaki yang mencintaimu dan berganti memikul tanggung jawab atas dirimu dari abang."     

Seketika air mata Humaira luruh karena ucapa sang kakak. "Abang." Humaira memeluk kakaknya erat.     

"Jadilah istri yang baik, dan sholihah seperti pesan ibu dan ayah." Pesan Arka kepada sang adik sambil menyeka air matanya yang ikut turun karena bahagia.     

"Setelah ini hak dan tangung jawab atas dirimu akan berpindah pada Rey tapi kamu harus selalu ingat, bahwa abang akan selalu menyayangimu." Ucap Arka, kemudian menghapus air mata Humaira menggunakan tisu yang diberikan oleh Arlita padanya.     

"Abang juga harus cepat-cepat menikahi Arlita, agar ada yang jagain abang, ngurusin abang, dan menyayangi abang."     

"Iya, abang akan segera menikahi Arlita, abang janji sama kamu." Kata Arka sambil menatap Humaira dan melirik Arlita yang bersemu merah karenan apa yang diucapkannya pada Humaira.     

"Sekarang abang keluar dulu ya, tetap tunggu disini dan tunggu pengantinmu menjemputmu." Arka tersenyum mencium kedua pipi Humaira dan keluar dari ruangan sambil menyeka air mata yang masih menetes dari pelupuk matanya.     

Di ruangan yang di hias dengan ornament serba putih itu, telah menunggu Rey di tempat akan dilaksanakannya janji suci antara Rey dan Humaira. Dan setelah Arka memasuki aula acara ijab qabulpun segera dimulai, Humaira menangis mendengarkan ijab qabul yang diucapkan oleh Rey dengan lantang dan tak ada sedikitpun kesalahan. Hingga terdengar kata SAH dari para saksi dan tamu undangan yang datang.     

Walau perbedaan waktu yang cukup banyak, Jelita dan Danil tetap menyaksikan acara ijab qabul yang dilakukan oleh Rey lewat video streaming, Jelitapun tak kuasa menahan air mata ketika menyaksikan saudara sepersusuan itu mengucapkan janji sucinya. Danil memeluk Jelita yang duduk di sisi ranjangnya sambil bersandar di kepala ranjang.     

"Semoga mereka selalu bahagia ya mas, sakinah mawadah warrahmah." Kata Jelita sambil menyeka air matanya.     

"Amiin, iya sayang." Ucap Danil sambil mencium kepala istrinya sayang. Danil paham jika sekarang ia ingin berada di dekat Rey namun apa mau dikata kesehatan suaminya juga tak kalah penting saat ini.     

Selesai ijab qabul, Rey mendapat pelukan hangat dari ayah, papa, Ronald dan Arka.     

"Aku serahkan adikmu padamu, jaga dia baik-baik, bahagiakan dia, semoga kalian selalu bahagia hingga di akhirat nanti."     

"Amiin, bang, Trimakasih."     

"Jadi sekarang manggilnya abang nih?" Goda Ronald yang ada disamping mereka.     

"Iyalah, takut kualat kalau Cuma manggil nama doang."     

Kemudian Ronald memeluk adiknya, "Semoga bahagia adikku tersayang, jangan lupa saham."     

"Astaghfirullah." Sahut Rey dan Ronald tertawa bahagia.     

"Sana temui mama, dari tadi nangis mulu tuh." Tandas sang kakak.     

Rey berjalan kearah sang mama, kemudian memeluknya erat dan tak mampu berkata-kata hanya air mata yang menggantikan bagaimana bahagianya sang mama bisa menyaksikan anak bujangnya berganti status menjadi suami. Anak yang ia besarkan dengan tangannya dan kasih sayangnya, kini telah mampu mengambil tangung jawab seorang gadis dari keluarganya untuk ia emban.     

"Ma." Ucap Rey yang juga ikut menangis.     

"Hm." Hanya itu yang mampu mamanya ucapkan.     

"Rey sayang mama, terimakasih telah mendidik Rey, membesarkan Rey, mengajari Rey banyak hal, Rey sayang mama."     

Mamanya melepas pelukan sang anak lalu menghapus air mata Rey demikian juga Rey menghapus air mata sang mama.     

"Jadi suami yang bertangung jawab dunia dan akhirat Humaira adalah tangung jawabmu, mama ga mau mendengar Humaira bersedih karena dirimu, kau menyakiti Humaira sama saja kamu menyakiti mama sayang."     

Rey mengangguk , kemudian sang mama melanjutkan ucapannya, "Semoga kamu dan Humaira bahagia, sakinah, mawadah warahmah dan cepet kasih mama cucu." Lalu mamanya berjinjit member kecupan di kening dan kedua pipi Rey.     

"Sana jemput pengantinmu." Ucap sang mama sambil menyeka air matanya.     

Tuan Sanjaya merangkul bahu sang istri yang mendapat balasan pelukan dipingangnya.     

"Sana jemput menantu ayah." Ucap Tuan Handoko yang ikut meneteskan air mata melihat Rey dan mamanya.     

Mereka bertiga duduk sambil menunggu Rey membawa Humaira kie hadapan mereka.     

"Pasti bundanya ikut bahagia disana kan?" Ucap Tuan Handoko pada Tuan Sanjaya sahabatnya.     

"Itu pasti."     

"Terimakasih kalian membesarkan anakku dengan baik, aku tak tahu jika tak ada kalian apa Rey akan menjadi laki-laki yang seperti sekarang ini atau tidak."     

"Sudah lah mas, kita sekarang harus bahagia demi anak-anak kita, walaua ga ada istri mas masih ada aku dan encum yang bisa bikini mas kopi." Seketika tawa mereka merekah karena ucapan nyonya sanjaya.     

"Jadi sekarang perhatianmu terbagi dong sayang." Rajuk Tuan Sanjaya.     

"Bagaimana lagi, kasian si duda ga ada yang bikinin dia kopi." Ucap Nyonya Sanjaya cuek dan akhirnya mereka kembali dalam tawa bahagia.     

Rey melangkah ke sebuah ruangan dimana Humaira dan Arlita berada, setelah satu minggu tak bertemu akhirnya kini ia bisa melihat sang pujaan hati yang sudah berganti status menjadi istrinya yang sah.     

"Assalamualaikum." Ucap Rey kemudian pintu dibuka dari dalam, terlihat Arlita yang membukakan pintu untuk Rey, sambil menjawab salamnya.     

"Selamat ya Rey, semoga kalian bahagia sampai dan cepet di beri momongan."     

"Terimakasih Arlita, semoga kau juga segera menyusul kami, kasian bang Arka kelamaan nungguin kamu.     

"Iya, siap. Dah sana temui pengantinmu, aku keluar dulu."     

Humaira menoleh ketika langkah kaki Rey semakin mendekat ke arahnya.     

"Assalamualaikum, istriku."     

"Waalaikum, suamik."     

Humaira tersenyum, dan mencium tangan Rey kemudian Rey berganti membacakan doa pengantin di ubun-ubun istrinya.     

"Boleh ciumkan sekarang?"     

"Ih genit."     

Rey tertawa, dan mengajak Humaira keluar dari ruangan untuk menemui para tamu dan melanjutkan prosesi pernikahan mereka yang sarat akan adat.     

Namun baru saja Rey dan Humaira melangkah dari pintu, sebuah pisau terlempar di pintu samping Rey dan Humaira berdiri, untung Rey sigap sehingga mereka selamat.     

Arka yang hendak menjemput mereka terkejut melihat pisau tertancap di pintu dengan sebuah pesan tertancap dipisau tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.