Surga Cinta
Surga Cinta
****
DEG
Jantung Humaira bertalu kencang seiring dengan langkah sang suami yang kian mendekat, selangkah lagi maka Rey tepat berada di depan tubuh istrinya yang berdiri membeku sambil memegang bajunya yang sudah ia turunkan hingga ke dada.
"Cantik." Bisik Rey mesra di telinga istrinya.
Jantungnya bertalu lebih kencang, ada desiran aneh yang tiba-tiba muncul begitu saja kala sang suami berbisik mesra di telinganya, hembusan nafas sang suami serasa angin surge yang menyejukkan hatinya, ditambah kini sang suami mencium pundak telanjangnya, desiran angin surga seakan menyapanya dengan sejuta kelembutan, Humaira hanya mampu memejamkan mata ketika sang suami mulai mencium lehernya, namun tiba-tiba suara sang suami membuatnya terbangun dari rasa yang sudah melambung tinggi.
"Mandilah, sebelum aku kilaf dan akhirnya kita melakukan malam pertama kita di kamar mandi bukan di ranjang pengantin." Ucap Rey sambil tersenyum karena melihat wajah istrinya yang sudah memerah menahan hasrat sekaligus malu yang bercampur menjadi satu.
Rey kemudian berbalik dan keluar dari kamar mandi, HUmaira langsung menarik nafas panjang, dia mengira suaminya akan melakukannya saat itu itu, setelah jantungnya berdetak dengan normal Humaira lekas mengunci pintu kamar mandi dan melakukan ritual mandinya.
Sedangkan Rey yang baru saja keluar dari pintu kamar mandi hanya tersenyum mengingat bagaimana wajah cantik dan tegang istrinya, sungguh Rey hanya ingin menggoda istrinya, bagaimanapun ia ingin melakukan malam pertama dengan istrinya sesuai dengan ajaran agamanya, maka dia segera keluar kamar mandi ketika hasratnya makin bergejolak akibat keisengannya pada sang istri.
Rey mengambil handuk di dalam almari, kemudian keluar dari kamar dan memilih mandi di kamar mandi yang lain karena ia tak ingin kehilangan moment sholat maghrib berjamaah pertamanya dengan sang istri.
Humaira telah menggunakan mukenanya dan telah memasang dua sajadah di kamar mereka ketika Rey masuk ke dalam kamar dengan berbalut baju koko dan sarung serta peci di atas kepalanya.
Rey tersenyum melihat Humaira yang telah duduk diatas sajadahnya, "Terimakasih sudah menyiapkannya untuk ku." Humaira mengangguk dan tersenyum, kemudian Rey berdiri diatas sajadah yang telah tersedia untuknya, kemudian dengan khusuk mereka melakukan sholat maghrib berjamaah, setelah selesai sholat. Rey menyuruh Humaira untuk mengambil kitab suci Al-Quran.
"Sampai mana kau menghafal, sayang?" Rey masih membolak balik lembaran al-quran, sedang istrinya hanya diam tertegun dengan sikap sang suami. Karena istrinya tak kunjung member jawaban akhirnya Rey mendongak dan menatap istrinya yang justru berwajah sendu.
"Apa aku membuatmu sedih?" Ucap Rey sambil menatap lekat wajah sang istri.
Humaira mengeleng pelan, kemudian berucap, "Terimakasih." Dahi Rey mengernyit, "Untuk?"
"Untuk cinta dantanggung jawabmu terhadapku, aku bahkan tak berpikir kau akan peduli dengan hafalanku."
"Astagfirullah, Humaira_ kamu itu istriku sekarang, dan aku tahu kamu diam-diam ikut menghafal al-quran di sebuah pesantren, sudah kewajibanku untuk mengawal hafalanmu, aku tak ingin kamu lupa akan hafalanmu satu ayatpun, dan satu lagi aku tak kan membebanimu dengan urusan pekerjaan rumah dan lainnya, aku tahu menghafal al-quran sudah cukup berat, maka aku bangga menjadi suami seorang Humaira yang bekerja keras untuk dunia dan akhiratnya, kita kejar surga bersama, Okey. Sekarang jangan sedih, ingat hafalanmu dan aku akan menyimak."
Humaira mengangguk kemudianmulai memberitahu juz terakhir yang ia hafal, Rey menyimak Humaira yang sedang melantunkan hafalannya, terkadang Rey harus membetulkan bacaannya yang kurang pas, hingga tak terasa adzan isya telah berkumandang, kedunya melakukan sholat berjamaah isya dan dilanjutkan dengan dua rakaat shalat sunah malam pengantin mereka.
Rey tersenyum saat Humaira mencium tangannya setelah mereka selesai sholat, Rey mencium kening istrinya agak lama karena sebuah doa ia panjatkan untuk istri tercintanya.
"Kamu mau makan, Ra?" Tanya Rey sambil membuka koko yang ia kenakan untuk sholat tadi.
"Ga, Kamu lapar?" Humaira balik bertanya.
"Masih kenyang tadi kita kan udah makan dijalan, nanti aja kalau malam lapar aku makan lagi."
"Bangunkan aku saja kalau kamu mau makan." Ucap Humaira yang baru selesai meletakkan peralatan sholat mereka ke dalam lemari.
Rey merebahkan tubuhnya diatas ranjang, dengan menggunakan celana boxer dan kaos singlet, Humaira hanya berdiri sambil melirik Rey yang rebah dengan santai sambil mengecek ponselnya, lebih tepatnya mematikan ponselnya.
"Sini, kenapa berdiri terus disitu? Memangnya kamu ga capek." Ucap Rey sambil menepuk kasur kosong disebelahnya.
Humaira mendekat, dan Rey merapikan bantal untuk sang istri, "Kemarilah, apa kamu takut padaku?"
Humaira mengeleng, kemudian ikut merebahkan tubuhnya disamping Rey, jantungnya kembali berdetak kencang kala Rey langsung memiringkan posisi tubuh menghadap Humaira, satu tangan kekar Rey menopang kepalanya, tangannya yang satu telah menjelajahi wajah Humaira menggunakan telunjuknya.
Tak terbayangkan di benak Rey jika Humaira mempunyai rambut indah menambah kesan seksi walau Humaira mengenakan baju tidur lengan panjang, Rey baru melihat jika istrinya mempunyai tubuh yang aduhai karena selama ini Humaira hanya mengenakan gamis yang tak pernah memperlihatkanlekuk tubuhnya.
Tanpa aba-aba Rey mencium kening, hidung dan berhenti dalam lumatan bibir manis istrinya, awalnya Humaira hanya diam karena ini pengalaman pertama baginya berciuman dengan laki-laki, namun akhirnya dia terlena dan tanpa sadar ikut dalam permainan Rey, saling berbagi saliva, dan menyalurkan hasrat mereka dalam sebuah lumatan serta hisapan tak berjeda.
Rey merubah posisi menjadi diatas tubuh Humaira, sementara bibir melumat lembut kekenyalan bibir sang istri, tangannya bergerilya kesebuah gundukan yang berukuran cukup besar, terasa pas ketika ia mulai meremas gundukan itu.
"Ahhh!" desahan keluar begitu saja dari bibir sang istri, membuat Rey tersenyum dan semakin bersemangat untuk melakukan yang lebih dari itu. Humaira membiarkan suaminya mengeksplor tubuhnya, Rey mencium leher mulus sang istri, lagi-lagi desahan lolos dari bibir yang mendadak membuat candu untuk Rey.
Perlahan Rey membuka kancing baju sang istri dan kini ia bisa melihat tubuh mulus sang istri yang masih terbungkus bra dan celana dalam saja.
Glek! Rey menelan ludahnya melihat kemolekan tubuh wanita yang ia cintai. Tangan Rey menyusup ke balik pungung dan melepas kaitan bra milik sang istri, diremas dan dilumatnya puncak dada sang istri.
Humaira mendesah, tubuhnya bergetar dengan hasrat yang kian membuncah, memberikan sebuah tanda merah dimana-mana, tangan Rey semakin agresif menelusuri setiap lekuk tubuh sang istri hingga terhenti diantara dua paha mulus yang membuatnya semakin membara, tangannya terus bermain di area lembab sang istri, desahan dan erangan keluar dari bibir istrinya, tubuhnya meliuk dan bergerak erotis karena permainan jari nakal sang suami di daerah intimnya,hingga beberapa saat kemudian sang istri mencapai puncak kenikmatannya, disela-sela sang istri mengatur nafasnya, Rey membuka seluruh pakaiannya, yang memperlihatkan tubuh kekar dengan benda yang mengantung terlihat besar panjang dan berotot. Humaira menelan ludah melihat pemandangan yang tersaji dihadapannya.
Rey kembali mencium bibir Humaira dengan lembut, dan tanpa menunggu lama ia menghujamkan miliknya ke liang Humaira.
Humaira yang terkejut langsung memeluk tubuh Rey dan menghujamkan cakaran dipungung suaminya, karena rasa sakit yang tiba-tiba mendera.
"Sakit?" Tanya Rey lembut.
"Hm." Jawab Humaira disertai anggukan kecil.
Rey kembali menghujani sang istri dengan ciuman lembut di bibir dan leher Humaira, perlahan Humaira menemukan kenyamanan dan rasa sakitnya teralihkan dengan rasa nikmat.
"Maaf sayang, aku akan pelan." Ucap Rey.
Perlahan Rey mengerakkan tubuhnya, membuat juniornya semakin dalam masuk ke dalam liang milik sang istri, saat melihat Humaira sudah bisa beradaptasi, Rey mengerakkan juniornya pelan dan kelamaan menambah kecepatannya.
"RRReeeyyy, Oh!" Sebagai seorang dokter Humaira menyadari apa yang terjadi dalam tubuhnya, dia kan segera mencapai puncak kenikmatannya. Rey mempercepat gerakannya di titik G-Spot Humaira, desahan lagi-lagi keluar dari bibir sang istri, desahan panjang terdengar di telingga Rey, kemudian Rey berhenti sejenak untuk memberikan waktu Humaira untuk beristirahat, lalu Rey kembali memacu juniornya hingga sang istri lagi-lagi mendapatkan pelepasannya, hingga beberapa kali Humaira mendapatkan kenikmatannya, Rey kembali mengerakkan juniornya lalu menyemprotkan cairan kentalnya di rahim Humaira. Rey jatuh diatas tubuh polos Humaira, mencabut juniornya dari liang sang istri dengan pelan, disertai ringisan tertahan dari bibir istrinya, Rey mengecut kening istrinya kemudian merebahkan tubuhnya disamping istri tercintanya.
"Terimakasih." Ucap Rey sambil membetulkan letak kepala sang istri agar menjadikan tangannya sebagai bantal.
""Tidurlah sayang." Rey mengecup kening Humaira lalu menutup tubuh mereka menggunakan selimut.