aku, kamu, and sex

Mendadak Nikah 1



Mendadak Nikah 1

2Ronald mendesah nafas berat, kala melihat di layar ponselnya gadis kecil yang ia cintai menangis tersedu, andai ia punya sayap maka sekarang juga ia ingin terbang untuk memeluk erat pujaan hatinya itu, namun apa daya Ronald hanyalah manusia biasa, tak ada yang bisa ia lakukan kecuali menatap air mata yang jatuh bercucuran di pipi mulus Rena.     

"Oke, sekarang apa mau kamu?" Ronald memijit keningnya yang berdenyut.     

"Aku mau nikah sama Om sekarang!" Bentak Rena di sebrang telpon, Ronald langsung melotot mendengar apa yang diucapkan oleh Rena.     

Wajah Rena begitu mengerikan saat ini, rambut panjang yang terurai ditambah poni di dahinya, serta lelehan air mata yang terus mengucur deras dari pipinya, dan matanya membengkak, gadis nya ini sudah mirip seperti zombie.     

"Astaghfirullah, Rena. Menikah ga semudah itu, dan kamu pun masih harus menyelesaikan sekolah mu dulu, Sayang. Aku ga mau menghancurkan masa depanmu." Ucap Ronald dengan menatap wajah Rena yang terus menangis dari layar ponselnya.     

"Rena ga peduli, Om itu masa depan Rena, ngerti ga sih, Om?" Ujar Rena masih dengan nada yang sarat akan emosi.     

"Rena, aku ga mau kamu menyesal, aku ingin kamu menikmati masa muda kamu, bersenang-senang dengan masa teman-teman sekolah kamu, nonton film, ke mall misalnya."     

"Om mau nikahin Rena atau ga? Kalau ga Rena akan minta dinikahin sama orang lain." Ujar Rena putus asa, dia sudah tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan supaya Ronald mau menikah dengannya     

"WHAT!! NO!!" jawab Ronald tegas.     

"Kenapa?"     

"Karena Rena Cuma buat Ronald."     

"Bohong, itu Cuma omongan, ga ada bukti."     

"Oke kita nikah, kalau itu mau kamu, jangan salahkan aku kalau habis ini kamu kuhamili dang a bisa kemana-mana."     

"Oke. Rena ga takut hamil!"     

"SHIT!!" Ronald mengumpat dalam hati, setelah ini ia akan memberi pelajaran pada Danil dan Richard sang calon ayah mertua, karena telah membocorkan segala rencananya, dan membuat segalanya menjadi lebih sulit bagi Ronald.     

"Aku akan kesana setelah semua urusanku selesai disini, dan akan menikahimu."     

"Tak lebih dari tiga hari, jika lewat dari itu, maka Rena akan menikah dengan orang lain." Ucap Rena tegas dan mengakhiri panggilannya secara sepihak.     

"Brengsek kau Danil, kau benar-benar membuatku susah." Gumam Ronald.     

"Arya tolong ke ruanganku sekarang!" Perintah Ronald melalui sambungan telpon, dan tak lama arya sudah berdiri di hadapannya.     

"Ada apa Bos?"     

"Siapkan berkas-berkas pernikahanku dan Rena, sekarang." Perintah Ronald sambil menyandarkan pungungnya di kursi kebesarannya.     

"APA Bos?" Arya kaget bukan main dengan perintah yang mengejutkan dari sang bos.     

"Sejak kapan kamu tuli?" Tanya Ronald dengan tatapan dingin.     

"Apa bos ga salah, bos mau menikah? Sama Rena?"     

"Apa ada yang salah?" Ronald menatap tajam asistentnya.     

"Ga sih, Bos."     

"Ya udah sana kerjakan! semua berkas Rena ada di rumahnya, kekurangannya nanti di kirimkan oleh Rena."     

"Baik Bos, permisi!"     

"Besok harus sudah selesai!" Ucap Ronald tegas yang membuat Arya hendak menarik handel pintu menjadi berbalik menghadap sang bos?     

"Apa bos?" Tanya Arya yang seolah tak percaya dengan perintah yang bos berikan, dipikirnya urus surat-surat nikah bisa langsung jadi kayak orang bikin mie instan.     

"ARYA!!!"     

"Siap BOS!" Arya langsung ngacir keluar dari ruangan bosnya, sambil mengelus dada.     

"Dasar bos gila." Rutuk Arya sambil berjalan menuju ke ruangannya untuk mengambil kunci mobil dan menuju ke rumah Rena.     

***     

Rena menghampiri Danil, Richard dan Jelita yang sedang duduk di taman belakang rumah mereka.     

"Tiga hari lagi Rena mau nikah sama Om Ronald." Ucap Rena setelah mendudukan dirinya di samping sang ayah.     

Danil langsung menyemburkan the yang baru saja ia sesap. "Mas Danil gimana sih, kan jadi jelita yang kena." Protes Jelita pada sang suami sambil membersihkan tangannya dengan tisu.     

"Salahin tuh adik kamu, ngomong dah kayak orang kesambet, untung jantungku baru aja di betulin coba kalau kayak kemarin, tamat riwayat umurku." Ucap Danil pada jelita namun matanya menatap Rena ketus.     

"Betulin? itu jantung kak, bukan mainan robot-robotan." Jawab Rena tak kalah ketus dari Danil.     

"Hush! Ga boleh ngomong gitu." Sergah Richard pada Danil dan Rena.     

"Tanya tuh anak gadis ayah kenapa tiba-tiba ngomong kayak gitu, jangan-jangan bener habis kesambet." Ucap Danil.     

Jelita hanya menarik nafas panjang dan mengeleng pelan.     

"Kamu kenapa Rena? Kenapa tiba-tiba mau nikah sama Ronald?" Tanya sang ayah lembut.     

"Agar Om Ronald selalu ingat Rena, sejauh apapun dia pergi seberat apapun masalah yang ia hadapi, dia harus selalu ingat Rena, dan kembali untuk Rena." Ucap Rena sambil menunduk.     

"Rena, kamu akan semakin mempersulit Ronald." Ujar Danil.     

"Kakak ga mau kamu hidup dalam lingkup bahaya, biarkan Ronald menyelesaikan segala urusannya dulu, setelah itu akan kakak ijinkan Ronald mau bawa kamu kemana." Imbuh Danil sambil menatap lekat adiknya yang kini masih menundukkan kepalanya diantara dua kaki yang ia tekuk di atas kursi.     

"Justru karena itu, bagaimana jika Om Ronald ga kembali? Atau dia__pokoknya Rena mau nikah sama Om Ronald tiga hari lagi, titi."     

Richard dan Danil sama-sama memijat kening mereka karena ucapan Rena yang membuat mereka berpikir lebih keras, bagaimana meluluhkan sifat keras kepala Rena.     

"Pikirkan masa depanmu." Ujar Richard menengahi."     

"Masa depan Rena itu Om Ronald." Ucap Rena memberikan jawaban yang sama terhadap ayahnya dan Ronald.     

Richard menarik nafas panjang, kemudian menatap Danil dan Jelita yang sama-sama bingung harus berbuat apa lagi terhadap keinginan Rena.     

"Kalau Rena ga boleh nikah sekarang sama Om Ronald, ijinkan Rena hamil anaknya Om Ronald sebelum dia pergi ke negara C dan R."     

Apa-apaan Rena ini memberikan buah simalakama pada kakak dan ayahnya, Jelita menyentuh pundak Danil, membuat Danil yang sedang menyandarkan kepalanya di kursi menoleh menatapnya.     

"Biarkan mereka menikah, lagi pula kita sama-sama tahu bagaimana Ronald, dia akan menjaga Rena dengan baik," Ucap Jelita pada akhirnya.     

Danil menarik nafas panjang kemudian menatap Rena, yang sedang mencuri pandang padanya, "Oke, kakak ijinkan kamu nikah sama Ronald, asal kamu menerima sarat dari kakak."     

"Apa saratnya?"     

"Bilang dulu kamu setuju dengan sarat yang kakak ajukan."     

"Ya kakak bilang dulu saratnya apa, jangan suruh Rena membeli kucing di dalam karung dong."     

Richard terkekeh mendengar sikap kedua anaknya, mengingatkan bagaimana ia dan frans yang selalu bertengkar namun saling sayang sebelum ada wanita diantara mereka.     

"Setuju dulu baru kakak kasih tahu saratnya apa? Itu kalau kamu mau nikah sama Ronald, kalau gay a sudah ga." Ucap Danil tegas.     

"Oke, Rena setuju."     

"Sarat adalah__" Danil mengulur waktu agar Rena semakin penasaran, jujur dia ingin sedikit menggoda adiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.