aku, kamu, and sex

Mendadak nikah 6



Mendadak nikah 6

3"Kok berhenti, Om?"     

"Udah kenyang, sekarang aku mau tidur dulu sebentar,"     

"Kok tidur?"     

"Terus?"     

"Lagi dong, Om."     

"Nanti malam kita lanjut, sekarang ayo tidur lagi." Ucap Ronald lembut, mengecup kening dan melumat bibir mungil Rena sebentar lalu memeluknya erat.     

"Om."     

"Hm."     

"Kenapa ga dilanjut sih Om?"     

"aku lagi ngantuk, kalau salah masuk gimana?" jawab Ronald sambil memejamkan mata.     

"Memang masukin apaan, Om?"     

Ronald diam sesaat, mencerna apa yang baru saja di ucapkan istrinya, Rena masih terlalu polos, belum mengerti hal-hal berbau dewasa. Akhirnya dia memilih diam dan memeluk tubuh Rena saja, namun lagi-lagi Ronald harus membuka matanya saat tangan Rena memegang sesuatu yang menurutnya menganjal posisi tidurnya.     

"Kenapa kamu pegang? Bahaya." Ucap Ronald sambil menatap mata Rena, lagi, Ronald mendesah nafas berat karena kepolosan istrinya.     

"Emang apa? Bahaya kok ada disini, disingkirin dong om?" Ucap Rena yang malah memegang dengan kuat benda di selangkangan Ronald, mau tak mau Ronald akhirnya memcekal tangan Rena yang hendak kembali meremas benda pusakanya.     

"Ini kalau sampai masuk ke tubuh kamu bisa bahaya, akibatnya perutmu bisa bengkak Sembilan bulan." Ucap Ronald, sedang Rena hanya mengerjapkan matanya mencoba mencerna apa yang suaminya katakana.     

"Ya udah buang aja."Kata Rena, Ronald terdiam otak berpikir keras bagaimana supaya istri kecilnya ini paham akan anatomi tubuhnya.     

"Rena, kamu disekolah diajarin tentang reproduksi ga sih?" Geram Ronald.     

"Diajarin Om."     

"Yang dibutuhkan untuk proses reproduksi itu apa?"     

"Kelamin jantan dan kelamin betina." Jawab Rena dengan wajah polos.     

"Sekarang, kamu jantan apa betina?" Tanya Ronald sambil mesam mesem.     

"Lha! emangnya Rena hewan, jantan apa betina. Rena itu perempuan." Kata Rena dengan wajah bersungguh-sungguh mengatakan perempuan.     

"Oke, kamu perempuan, dan aku laki-laki. Sekarang tunjukkan mana kelamin perempuan dan mana kelamin laki-laki." Kata Ronald sambil memainkan kedua alisnya.     

Rena terdiam sesaat kemudian menyentuh bagian bawah tubuhnya, dan kemudian menatap Ronald yang sedang menaikkan kedua alisnya sambil mesam-mesem. Sepertinya Rena mulai paham, dengan gelagat Rena yang hanya diam dan menatap ke bawah tubuh Ronald yang tertutup selimut dan balik lagi menatap wajah Ronald, yang hampir meledakkan tawa, namun sekuat tenaga ia tahan dengan membekap mulutnya dengan telapak tangan.     

"Kok Om ga bilang? Rena kan jadi malu." Ujar Rena yang langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.     

Ronald tertawa terbahak melihat tingkah lucu istrinya. Ngantuk yang tadi mendera kini hilang sudah karena tingkah lucu sang istri.     

"Ren_Ren_" Ronald menguncang tubuh Rena yang tertutup selimut, namun tak ada balasan dari Rena, akhirnya Ronald menyingkap selimut yang menutupi tubuh istrinya.     

Ronald terkekeh melihat tubuh kecil Rena yang meringkuk seperti bayi. Perlahan Ronald menyibak rambut yang menutupi wajah Renadan menyelipkannya kesamping telinga.     

"Ren_"     

"Apaan sih Om, Rena malu." Ucap Rena sambil meringkuk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.     

Ronald tersenyum, "Kenapa malu?"     

"Pokoknya malu."     

"Itukan juga milik Rena." Jawab Ronald lembut sambil membelai rambut panjang Rena.     

"Itu milik om."     

"Tapi aku suami kamu, bahkan kamu tadi bilang udah siap untuk hamil anakku, kalau baru memegang saja udah malu, gimana mau bikin anak." Ronald memang harus ekstra sabar menghadapi istrinya yang baru beranjak dewasa, namun ia juga menikmati setiap moment kelucuan dan tingkah polos sang istri, justru itu yang membuat Ronald jatuh cinta pada Rena.     

Rena masih dalam posisi yang sama, akhirnya Ronald memberikan gigitan kecil pada ujung telinga Rena, mau tak mau Rena membuka tangannya untuk menghalau bibir Ronald yang merayu area sensitifnya, kesempatan itu tak di sia-siakan oleh Ronald yang langsung menyusup mencium pipi dan beralih ke ujung bibir Rena, karena godaan yang terus menerus diberikan oleh Ronald akhirnya Rena menampakkan wajahnya.     

Terlihat wajah mungil dengan semburat merah disana membuat Ronald gemas dan tak tahan untuk tidak menikmati keindahan wajah dan bibir Rena.     

Ronald mencium kening Rena sekilas dan beralih melumat bibirnya, karena sudah beberapa kali Ronald mencium area bibirnya Rena sudah mulai terbiasa dengan ciuman Ronald dan mulai bisa mengimbangi permainan bibir Ronald.     

Keduanya saling sesap dan saling melumat hingga Rena menepuk pelan pundak Ronald yang ada di atasnya.     

"Kenapa sayang?"     

"Om, maafin Rena."     

"Kenapa minta maaf."     

"Karena Rena__tak pandai berciuman, pasti Om sudah banyak mantan pacarnya dan sudah pengalaman dalam hal begituan, Rena takut om kecewa." Ucap Rena kemudian mengalihkan pandangannya pada kaos yang dipakai Ronald kemudian memainkannya.     

"Seumur hidup hanya ada tiga perempuan yang pernah aku peluk." Ucap Ronald sambil memainkan poni di dahi Rena.     

"Tu kan."     

"Denger dulu__Perempuan pertama bunda, dia ibu kandungku, kedua mama, dia mama angkatku kaupun sudah tahu itu, dan ketiga, Jelita dia adik angkatku."     

Rena menatap Ronald yang sedang tersenyum lembut ke arahnya. Kemudian Ronald melanjutkan ucapannya, "Satu-satunya perempuan yang pernah aku cium_ya Cuma kamu." Tak mungkin kan Ronald bilang kalau dia lebih sering mencium Danil, dari pada perempuan lain, karena nyatanya sejak dulu ia adalah seorang gay.     

"Tadi om pinter main-main di dada Rena." Rena mengerucutkan bibirnya.     

"Ya Allah Rena, itu insting laki-laki."     

"Ini juga pertama kalinya Rena dekat dengan laki-laki, ini pertama kalinya Rena berciuman, dan ini pertama kalinya ada laki-laki yang menyentuh tubuh Rena."     

"Dan hanya aku saja yang berhak atas dirimu, untuk pertama dan terakhir." Ucap Ronald lembut kemudian mencium kembali bibir yang sudah menjadi candunya itu, merasakan gelora asmara yang telah lama tak pernah terbangkitkan.     

Tangan Ronald menyelusup di balik kaos yang Rena kenakan, meremas gundukan yang sedang dalam proses pertumbuhan walau begitu ukuran dada Rena cukup besar, membuat Ronald makin gemas dan mantab meremasnya.     

"Om__"     

"Hm. Apa sayang."     

"Rena boleh_ehm_Boleh megang itu lagi ga om?" Tanya Rena gugup, namun hanya ini cara untuk membiasakan diri dengan suaminya.     

"Megang apa?" Goda Ronald.     

"Itu lho Om." Ucap Rena sambil menunjuk kea rah bawah.     

Ronald tersenyum, "Boleh asal tangung jawab."     

"maksudnya?"     

"Tidurkan dia." Bisik Ronald tepat di telinga Rena yang membuat Rena merasakan sensasi geli yang baru ia rasakan.     

"Caranya?"     

"Nanti aku kasih tahu." Sedetik kemudian Ronald mengarahkan tangan Rena pada benda yang telah mengeras di dalam celana boxer yang Ronald kenakan.     

"Masukkan tanganmu." Perintah Ronald.     

"Ha!"     

Ronald kembali membimbing tangan Rena menyelusup ke dalam celana boxer yang ia gunakan, awalnya Rena terlihat ragu, namun dengan niat ingin cepat belajar dan bisa hamil anak Ronald makan ia memberanikan diri memegang benda pusaka milik suaminya.     

"Ahhh_" Ronald mendesah merasakan kelembutan jemari Rena yang memegang benda pusakanya.     

"Sakit Om?" Tanya Rena khawatir.     

Ronald mengeleng, "Ini enak, bukan sakit."     

"Oh."     

"gerakkan tanganmu." Perintah Ronald sambil meremas pelan dada Rena.     

"Eghhh..gerakinnya gimana, Om?" Tanya Rena dengan di sertai erangan.     

Ronald kembali memegang tangan Rena yang berada di dalam celana boxernya dan mulai mengerakkannya keatas dan kebawah.     

"Terus Rena, begitu terus lebih cepat." Racau Ronald, sedangkan Rena hanya menurut saja dengan apa yang diperintahkan oleh suaminya.     

Ronald menyingkap baju Rena dan kembali melumat dengan rakus dada kenyal miliknya. Rena lagi-lagi mengerang nikmat karena lumatan dan hisapan dipuncak dadanya.     

Tangan Rena terus bergerak naik turun seirama dengan gelora percintaan mereka yang semakin panas, setelah beberapa menit berlalu Ronald menyuruh Rena mempercepat gerakannya sampai pada akhirnya Ronald mengeluarkan cairan kentalnya yang langsung membasahi tangan Rena.     

Ronald mengambil tisu di atas nakas dan membersihkan tangan Rena, kini giliran Ronald yang bermain di area sensitive milik Rena, tangannya merayap hingga ke pusar dab melanjutkannya hingga ke daerah erogenous Rena, lalu membelainya pelan.     

Rena yang baru pertama kali merasakan sensasi rasa ini memilih menutup matanya sambil merasakan rasa nikmat yang mendera.     

Tangan Ronald mulai memainkan sesuatu dibawah sana sedangkan mulutnya mengungkung gundukan kenyal didada Rena.     

"Ahhh, Eugh, Om, Rena mau_Rena mau_"     

"keluarkan sayang, jangan ragu, hm." Ronald kembali memainkan tangannya di bawah sana dan memasukan satu jarinya ke liang hangat sang istri kemudian mengocoknya perlahan. Rena bergerak tak karuan, tubuhnya mengeliat erotis tak lama kemudian Rena mendesah panjang merasakan puncak kenikmatan yang diberikan oleh Ronald walau hanya dengan memakai tangan saja.     

Rena terkulai lemas, Ronald menatap lekat wajah cantik istrinya yang bersimbah peluh sambil menutup matanya.     

"Tidurlah, nanti malam kita lanjutkan."     

Ronald membetulkan selimut untuk menutupi tubuh Rena, lalu ia bangkit menuju ke kamar mandi untuk membersihkan sisa cairan yang melekat di benda pusakanya, setelah itu ia kembali membawa handuk yang sudah ia basahi dengan air hangat dan membuka kembali selimut yang dipakai Rena untuk membersihkan area kewanitaan istrinya.     

Ronald terpana melihat area lembab sang istri, kemudian bergumam, "Indah." Ronald mengecup area itu sekilas setelah ia selesai membersihkannya, dan membawa kembali handuk itu ke kamar mandi. Lalu ia menyusul Rena yang sudah terlebih dahulu terlelap sambil memeluk tubuh kecil itu erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.