Tak Terduga 3
Tak Terduga 3
"Aku rindu." Ucap Rena sambil tidur telungkup diatas kasur dan memeluk gulingnya. Ronald yang baru saja datang setelah menaruh barang-barang hanya tersenyum melihat istrinya yang tiduran sambil memeluk guling kesayangannya.
"Mandi dulu sana, biar seger." Ucap Ronald sambil menepuk pelan bahu Rena.
"Tar dulu deh Om, Rena mau melepas kangen dulu sama kasur dan bantal punya Rena."
"Nanti lagi, sekarang mandi dulu, ingat pesan ayah apa?"
"iya Om, Iya, Rena ga boleh membantah apa kata suami." Ucap Rena seraya bangkit dari acara rebahannya dan menyambar handuk di bahu Ronald yang berdiri bersandar kursi belajar miliknya.
Ronald melangkah menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk mereka berdua, sebelum tiba di rumah mereka sudah belanja makanan sebagai persediaan jika malam-malam mereka lapar, rencana besok siang mereka akan menuju ke rumah Richard di sebuah pulau pribadi miliknya, sebelum kemudian mereka akan mengantar Richard ke kantor polisi untuk bertangung jawab atas semua perbuatannya.
Rena keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk yang melilit di tubuhnya, dengan cuek dia lalu menarik kursi di samping Ronald dan mengambil martabak yang sudah diletakkan diatas piring oleh Ronald.
"Pakai baju dulu, nanti masuk angin lho."
"Jangan bilang gitu dong Om, masak doain istrinya biar masuk angin sih, tega bener." Ujar Reda sambil mengunyah martabak.
"Bukan begitu, apa kamu ga malu?"
"Enggak,"
Ronald menatap Reda tak berkedip, memang bener- bener istrinya ini, semenjak mereka menikah Rena bahkan tak segan-segan keluar dari kamar mandi tanpa memakai baju, padahal Ronald menahan dirinya setengah mati karena takut ia kelewatan, bagaimanapun Rena masih sangatlah muda Ronald tidak tega jika ia harus menyandang status seorang ibu dengan begitu cepat, walau itulah yang di kehendaki Rena.
"Kamu sengaja godain aku ya." Ucap Ronald sambil menatap mata Rena yang berbinar kala menatap dirinya, ada aura cinta dan sayang begitu dalam terpancar dari matanya, hal itu yang membuat Ronald tak mau menyakitinya dan selalu ingin menjaganya.
"Iya." Jawab Rena singkat sambil terus mengunyah martabaknya.
Ronald menarik nafas panjang, kemudian berujar, "Kemarilah." Ronald menyuruh Rena untuk duduk di pangkuannya, dan Rena dengan senang hati menuruti kemauan Ronald.
"Rena, menjadi orang tua itu berat, tak semudah yang kamu bayangkan, sayang."
Rena terdiam mendengar apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh Ronald.
"aku ingin kamu menikmati masa remajamu, aku ga mau kamu terikat dengan tugas-tugas sebagai istri apa lagi sebagai ibu muda, aku ga mau sayang."
Rena lantas turun dari pangkuan Ronald dengan wajah memerah menahan tangis, Rena masuk kedalam kamar dan menumpahkan rasa kecewanya dengan tangisan.
Lagi, Ronald menarik nafas panjang karena tak tahu lagi bagaimana cara dia untuk meyakinkan Rena, namun apa yang terjadi sekarang, untuk pertama kalinya ia membuat wanita yang ia cintai itu menangis.
Ronald melangkah menuju kamar menyusul Rena yang telah lebih dulu masuk ke sana, Ronald menyentuh bahu telanjang istri kecilnya itu, kemudian mengecup kepalanya.
"Maafkan aku sayang, maafkan aku, aku hanya ingin kamu hidup seperti remaja lainnya." Ronald mendesah nafas berat, karena Rena masih saja mengacuhkannya.
"Om memang ga mengerti Rena, apa maunya Rena." Ucap Rena sambil terisak.
Ronald merebahkan tubuhnya disamping Rena sambil memeluknya erat. "Aku tahu maksudmu, aku tahu Rena."
"Apa kamu tidak akan menyesal jika melakukan itu sekarang?" Ucap Ronald sambil mencium kepala Rena berulang kali."
"Untuk apa aku menyesal Om, Rena melakukannya dengan suami Rena yang sah, bukan suami orang."
"Oke, sekarang aku mohon jangan menangis lagi, aku tak sanggup melihatmu menangis. Maafkan aku."
Rena memutar kepalanya kesamping, dilihatnya wajah tampan sang suami yang sedang tersenyum manis padanya.
Ronald segera menghapus air mata yang mengalir dipipi istrinya, lalu mencium hidung mancung serta beralih ke bibir mungil sang istri yang selalu membuatnya ingin menciumnya lagi dan lagi.
Ronald mencium bibir istrinya dengan lembut membuat Rena semakin terhanyut kedalam permainan lidah dan bibir sang suami, hingga ketika Ronald melepaskan pagutannya, Rena kembali menarik tengkuk leher Ronald lalu Rena balas memagut bibir mereka dan tubuhnya semakin mengerat pada tubuh Ronald.
"Rena_"
Rena tak menjawab, dia kembali mencium bibir sang suami lebih dalam, kali ini Ronald menyerah dan lebih memilih mengikuti apa yang diinginkan sang istri, sebagai laki-laki yang sudah kembali normal dia pun tak kan sanggup jika tiap hari di goda oleh kemolekan tubuh sang istri, walau dia masih belia namun tubuh Rena terbilang seksi walau ukuran tubuhnya tidak terlalu tinggi.
"Eugghh…" Rena melenguh kala tangan suami menyibak handuk yang ia pakai dan meremas dadanya dengan lembut, sedang bibir mereka masih terpagut satu sama lain.
Perlahan Ronald menarik handuk yang dipakai sang istri lalu melemparnya ke bawah ranjang, lalu ia mendorong tubuh Rena agar terlentang, dengan posisi demikian akan lebih mudah bagi dirinya untuk mengeksplor tubuh sang istri.
Ronald beralih mencium leher Rena dan menciptakan banyak kismark diarea tersebut, "AeUghh_" Lenguh Rena merasakan sensasi geli yang diciptakan suaminya, Ronald terus berselancar diarea leher mulus sang istri lalu turun ke dada montok yang tersaji di hadapannya, lagi, kismark ia tebarkan diarea gunung kembar milik sang istri, mengulum kedua pucuk dada yang berwarna pink itu secara bergantian, membuat Rena makin terhanyut dalam gelora asmara.
"Aggghhh_Om Ronald." Lenguh Rena saat Ronald mulai mengeksplor bagian dada hingga turun ke bagian pusarnya. Tubuh Rena bergerak sensual seiring dengan bibir Ronald yang terus bergerilya menikmati setiap lekuk tubuhnya. Saat tiba Ronald di bagian terbawah tubuh Rena, Ronald duduk dan memperhatikan tubuh istrinya yang tak terbungkus sehelai benag pun.
"Indah." Selesai mengatakan itu Ronald melepas semua pakaian yang ia gunakan dan melemparnya asal, sedangkan Rena terpana melihat tubuh kekar sang suami dan jangan lupakan sesuatu yang selalu ia pegang dan mainkan telah tegak mengeras meminta untuk segera dipuaskan.
Rena menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena malu melihat benda pusaka suami yang ternyata besar dan panjang. Selama ini ia hanya memeganya tanpa mau melihat benda itu, namun kini ia tak dapat mundur lagi, karena semua ini adalah keinginannya.
Ronald membuka telapak tangan Rena, kemudian tersenyum melihat wajah istrinya yang merah padam, dan tanpa berkata ia langsung melumat bibir Rena yang menjadi candunya. Kembali, mereka terhanyut dalam buaian asmara serta hasrat yang semakin memuncak, keduanya saling melenguh merasakan sensasi nikmat bercinta, Sementara bibir mereka berpagutan, tangan Ronald kembali bergerilya menuju ke titik-titik sensitive istrinya, hingga tangannya berhenti di area lembab di bawah sana, Ronald membelai benda mungil diantara dua belahan indah istrinya, mulai mengerakkan jemarinya untuk membawa sang istri pada titik nikmat yang luar biasa, satu jari ia masukkan kedalam liang hangat sang istri yang membuat istri mungilnya semakin menggila, merasakan deraan nikmat yang tak terjeda.
Kedua jari Ronald masuk dalam liang sempit yang sebentar lagi akan membawanya ke gerbang kenikmatan, Rena jangan ditanya tubuhnya sudah menegang dan lenguhannya semakin panjang tak berapa lama jari Ronald sudah basah oleh cairan cinta sang istri.
Ronald tersenyum melihat istrinya yang sedang memjamkan mata sambil mengatur nafasnya yang memburu.
"Setelah ini, aku tak ingin mendengar satu kata penyesalan dari mu, Rena." Ucap Rena tepat diatas wajah sang istri, Rena hanya mengangguk pelan sambil perlahan membuka matanya dan menatap sang suami yang juga sedang menatapnya.
"Ini akan sakit, tahan sebentar oke." Ronald mencium bibir Rena dan mengarahkan benda pusakanya pada liang surgawi istrinya.
"Auuggh…sak_kkit Om." Air mata Rena menetes, Ronald menghapus air mata Rena, kemudian kembali menciumnya.
"Ini belum masuk semua Rena, kamu yakin ingin aku teruskan." Rena mengangguk pelan.
Kembali, Ronald mencium bibir Rena dan memainkan lidah sang istri membuat Rena kembali terlena dan melupakan rasa sakitnya, Ronald kembali mendorong benda pusakanya hingga benar-benar masuk sepenuhnya.
Rena ingin kembali berteriak namun bibirnya segera dibungkam dengan ciuman panas Ronald, beberapa menit kemudian Ronald menggerakkan pingulnya, kini rasa sakit berganti menjadi rasa nikmat tiada tara yang dirasakan oleh keduanya, kini lenguhan dan erangan dari mulut keduanya tak terelakkan lagi, Rena semakin melenguh ketika Ronald mengulum puncak dadanya, dia merasakan stimulasi rasa nikmat dari dua sisi yang membuat dia mengerang panjang " Ommmmmmmm__Aggggghhhh." Rena mendapatkan pelepasan keduanya. Peluh bercucuran dari dahinya, namun ia tak menampik akan rasa nikmat yang membuatnya kecanduan akan rasa itu.
Ronald mempercepatan gerakan pinggulnya dan lagi-lagi Rena merasakan puncak kenikmatannya, dan untuk ketiga kalinya Ronald memacu pinggulnya lalu kini keduanya melenguh bersamaan. Rena mendapatkan pelepasan yang ketiga, Sedangkan Ronald merasakan puncak kenikmatannya dengan menyemburkan cairan kentalnya ke dalam rahim Rena.
Ronald ambruk diatas tubuh Rena, dan Rena langsung memeluk erat tubuh Ronald, menyadari tubuhnya yang lebih besar dari Rena Ronald langsung bangkit dan menarik benda pusakan dari liang hangat istrinya berbarengan dengan cairan putih bercampur darah, Ronald tahu itu adalah darah perawan istrinya.
Ronald mencium Kening Rena dan juga bibirnya sekilas, lalu merebahkan tubuhnya disamping Rena, menyelimuti tubuhnya dan Rena, kemudian memeluk Rena dengan erat.
"Tidurlah, sebelum aku menginginkan lagi."
"Ayok, siapa takut."
"Eh!!" Ronald yang hendak memejamkan mata seketika melotot mendengar jawaban istrinya.