aku, kamu, and sex

Perjalanan 3



Perjalanan 3

1Sementara Tuan Handoko yang sibuk dengan urusan pabriknya, Ronald sedang menenagkan istri kecilnya yang masih terisak di pelukannya, karena hari ini sang ayah akan menyerahkan dirinya ke polisi.     

"Sayang, dengarkan aku, aku akan berbuat apapun untuk segera mengeluarkan ayah, lagipula segala tuntutan yang ditujukan kepada ayah banyak yang tidak mempunyai bukti falid, jadi aku yakin ayah tidak akan lama dipenjara, dan aku akan jamin ayah akan mendapatkan tempat yang layak selama dipenjara." Ucap Ronald menenagkan Rena, sambil tangannya terus mengelus dengan sayang rambut panjang Rena.     

"Tidak bisakah kau mengeluarkan ayah agar dia tak jadi dipenjara?" Ratap Rena pada suaminya.     

"sayang, bukannya aku tidak bisa, tapi ayah memang sudah salah karena menjual barang haram dan ayah memang selama ini sudah menjadi incaran polisi, tapi kamu harus bangga pada ayah, bahwa dia mengakui segala perbuatannya dan mau menyerahkan diri ke polisi, padahal bisa saja ayah kabur, tapi tidak ia lakukan, apa kau tidak tahu itu demi siapa?" Kata Ronald.     

"Demi siapa?" Tanya Rena dengan masih terisak.     

"Demi kamu, dan Danil. Karena ayah ingin hidup tenang setelah ini, dia hanya ingin menikmati masa tuanya dengan damai tanpa beban dosa."     

"Tapi__" Rena tambah terisak dan tak sanggup lagi mengeluarkan kata-katanya.     

"Sudah sayang, kamu harus tenang, lagi pula ada aku dan Danil serta Jelita yang akan selalu menemanimu, jangan bersedih lagi, ayah juga akan sedih jika ia sampai melihatmu menangis seperti ini, kamu harus kuat agar ayah juga kuat menjalani hukuman ini."     

"kamu harus member ayah semangat, agar dia tak ada beban selama menjalani hukuman karena dia sudah pastikan kalau kau akan baik-baik saja, apa ayah melarang mu saat kau bilang kamu ingin menikah denganku?"     

Rena menggeleng, kemudian Ronald melanjutkan ucapannya, "Itu karena ayah ingin kamu ada yang menjaga selama ayah di penjara dan tak bisa menjagamu, ayah akan lebih tenang jika ada seseorang yang ada disisimu."     

Rena masih terisak, kemudian mengurai pelukannya dengan sang suami, Ronald tersenyum hangat lalu mengusap air mata yang mengalir di pipi istrinya dengan sayang, kemudian mengecup keningnya.     

"Aku yakin kamu bisa kuat, jika selama ini kamu bisa hidup sendiri tanpa ayah dan bunda, kenapa sekarang kamu ga bisa hidup tanpa ayah, padahal ayah masih bisa kamu jenguk setiap saat kamu inginkan tidak seperti bunda dan ayah Zakariya."     

Rena memaksakan senyumannya, apa yang bdikatakan suaminya adalah suatu kebenaran, dia bahkan bisa setiap hari menjenguk ayahnya, masih bisa memeluknya, dia hanya perlu member semangat pada sang ayah agar menjalani hukumannya dengan baik, dan akan mendapat keringanan hukuman.     

"Ayo kita menemui ayah." Ucap Rena.     

"Tanpa menangis." Jawab Ronald, kemudian Rena kembali memeluk suaminya dengan erat, dia sangat bersyukur mempunyai suami yang sangat dewasa dan menyayanginya.     

"Rena ga janji kalau Rena ga akan menangis, tapi Rena akan berusaha, Rena ga mau melihat ayah sedih." Rena menunduk, kedua tangan Ronald dengan sigap membingkai wajah cantik istrinya lalu mengarahkan wajah itu supaya menghadapnya, mereka bersitatap, lalu Ronald berucap, "Kamu pasti bisa, kamu adalah Renaku yang kuat dan tidak manja." Kemudian Ronald mengecup lagi kening istrinya sedikit lama.     

Kemudian mereka keluar dari kamar yang mereka tempati setelah semalam mereka menginap di rumah ayahnya di pulau kecil yang dibeli ayahnya. Yah, setelah kemarin pulang kerumahnya, esok harinya mereka berangkat ke pulau dimana Richard selama ini tinggal, lalu menginap disana untuk menghabiskan waktu bersama sebelum Richard masuk kedalam jeruji besi.     

Di kamarnya Richard sedang menatap foto perempuan cantik yang lebih sering ia sakiti daripada ia beri kebahagiaan, dia adalah sekar, wanita blasteran namun menyukai nama local asli negara dari ayahnya.     

Richard membelai foto Sekar, air matanya menetes menyesali apa yang telah ia lakukan pada sosok yang lembut seperti Sekar, namun ia sia-siakan begitu saja.     

"Maafkan aku Sekar, maafkan aku, aku terlalu banyak dosa dan kesalahan padamu, dan biarkan aku menebusnya dengan berdiam dipenjara dan aku juga berjanji untuk merawat Rena dengan baik, dan rasa sayangku tak kan pernah berubah untuknya, apa kau tahu anak gadis kita telah menikah dengan laki-laki yang ia cintai, dan bahkan kau tak kan mengira jika ia mencintai laki-laki dewasa yang umurnya jauh diatasnya, namuin itu lebih baik, karena aku yakin dia mampu menjaga anak kita dengan baik, apa lagi sosok itu sudah lama aku mengenalnya walau sering kali kami berseberangan karena kebodohan dan keegoisanku, tapi paling tidak aku kini tahu dia laki-laki seperti apa." Richard terus berbicara sambil membelai wajah cantik yang tersenyum walau hanya dalam bingkai foto.     

"Apa kau tahu, menantu kita adalah teman dekat Danil, walau dia mantan gay namun aku tahu kini ia telah kembali normal sama halnya seperti Danil, anak kecil yang dulu kamu sayang dan kamu manjakan ternyata dia juga anakkku, anak kandungku, betapa bodohnya aku, aku berubah menjadi penjahat hanya untuk memusuhi anak kandungku sendiri, maafkan aku Sekar, aku sudah terlalu banyak menyakitimu selama kau hidup bersamaku, tapi paling tidak zakariya bisa membahagiakan mu, karena aku juga mengenalnya sebagai karyawan ayah yang rajin, taat dan ramah."     

"Pantas Rena tumbuh menjadi gadis yang baik dan cantik aku yakin itu karena kau dan zakariya mendidik Renma dengan amat baik." Ucap Richard yang kini aior matanya te;lah menetes membasahi pipi tuanya, walau bekas ketampananya masih tercetak Jjelas di sana.     

"Ayah." Rena memanggil ayahnya pelan. Seketika Richard menoleh ke belakang dan menemukan anak perempuan serta menantunya berdiri di ambang pintu."     

Richard meletakkan foto itu di atas meja kecil dekat jendela, kemudian tersenyum kearah anak dan menantunya, kedua tangannya ia rentangkan dan Rena segera berlari memeluk ayahnya.     

"Anak ayah, maafkan ayah karena telah mengecewakanmu." Ucap Richard pelan namun sarat akan kesedihan.     

"Ayah tidak mengecewakanku, tapi ayah membuatku bangga, karena ayah mau mengakui kejahatan ayah, ayah harus tahu aku akan selalu mendukung ayah dan menyayangi ayah apa adanya diri ayah."     

Ricard membelai wajah anak perempuannya kemudian mengecup keningnya.     

"Trimakasih sayang, kamu anak yang baik, sama seperti bundamu." Ucap Richard sambil tersenyum dan tatapan lembut.     

"Dan juga karena ayah juga orang baik." Ucap Rena lalu kembali memeluk ayahnya.     

"jam berapa kita berangkat, Ronald?" Tanya Richard pada Ronald yang sedang bersedekap sambil bersandar di sebuah tiang namun matanya Jeli melihat interaksi ayah dan anak di depannya.     

"Itu terserah ayah, karena aku sudah meminta pada Arka untuk menunggumu sampai kau siap." Ucap Ronald.     

"Terimakasih Ronald kau sudah banyak membantuku, sekarang aku meminta satu hal lagi padamu, tolong jaga putriku, sayangi dia dan jangan buat dia bersedih." Ucap Richard dengan tatapan mata yang sudah berkaca-kaca, lalu Ronald mendekat kearah Richard dan memeluknya.     

"Tanpa ayah mintapun, aku akan menyayangi Rena dengan sepenuh hatiku, aku akan menjaga Rena dan memastikan dia hidup bahagia bersamaku, ayah jangan khawatir, percayalah padaku." Ucap Ronald penuh keyakinan.     

"Ayah percaya padamu, ayah sudah mengenalmu sejak lama, ayah tahu bagaimana dirimu, ayah percaya_ayah percaya padamu, trimaksih, kita berangkat sekarang."     

"Ayah." Rengek Rena.     

"Tak apa lebih cepat kasus ini selesai maka lebih cepat pula kita akan berkumpul lagi." Ucap Ricard pada Rena, sambil membelai anaknya, dan kembali mendekapnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.