Bab 212 \"APA WAKTUNYA?\"
Bab 212 \"APA WAKTUNYA?\"
MAAF KAN DAKU KARENA TYPO MASIH BETEBARAN DI MANA-MANA.
MAAF YA GUYS... KALAU KALAIN ENGGAK NYAMAN, SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK YA GUYS... KARENA AK TAHU KOK, LAPAK INI BERMASALAH.
HAPPY READING….
Seminggu telah berlalu semenjak Raka dan Chika menikah. Kenan kembali sering pulang malam padahal tidak ada yang Kenan kerjakan. Qia hanya bisa mengerti saja tentang keadaan Kenan saat ini. Karena ia sendiri tidak begitu paham tentang mekanisme pembangunan cabang kantor baru. Apalagi jika pembangunannya ada di luar negri, pasti akan leih ribet pengurusannya.
Qia menatap jam dinding, sudah pukul 1 dini hari tetapi Kenan masih belum pulang juga. Biasanya ia pulang jam 10 atau 11 malam tetapi ini sudah pukul 1 dini hari Kenan masih saja belum pulang ke rumah. "Kak, kemana, sih?" tanya Qia dengan nada suara khawatirnya.
Sejak satu setengah jam yang lalu, Qia sudah berusaha menguhubungi Kenan tetapi tidak ada satu panggilan pun yang Kenan angkat. Dan baru saja ia mencoba menelphone lagi tetapi, handphone Kenan tidak aktif sama sekali. Ia ingin keluar, tetapiu ia tidak berani keluar sendirian. Ini sudah dini hari, ia takut keluar di jam segini. Dulu sewaktu kerja di restoran ataupun kafe paling malam ia pulang pukul setengah dua belas malam. Itu pun di antar oleh temannya, tidak pernah pulang sendiri jika pukul segitu ia baru pulang. Kecuali kos-kosannya dekat dengan kerjaan, ia tidak minta di antarkan.
Namun, untuk pukul satu dini hari seperti ini ia tidak berani sama sakali. Qia mondar-mandir di depan ruang televisi, sesekali ia berdiri di luar pintu appartement untuk melihat Kenan keluar dari lift. Suara pintu appartement yang di ketuk membuat Qia segera berjalan kea rah pintu. Ia melihat siapa yang mengetuk pintu dari lubang pintu. Melihat siapa orang yang mengetuk pintu, Qia malas tetapi matanya menatap seorang pria yang sedang di papah pria itu. Dengan cepat Qia membuka pintunya. "Kak, Ken!" pekik Qia khawatir.
"Shit!" umpat Qia tanpa sadar ketika ia akan mendekati Kenan dan mencium bau alkohol yang menyengat.
"Kenapa mabuk-mabukkan sih, kak. Udah tahu badan segede baboon, masih aja mabuk!" kesal Qia kemudian ia mengalungkan tangan Kenan ke lehernya.
"Biar saya bantu bawa masuk suamimu," ucap pria yang mengantarkan Kenan.
"Enggak perlu pak! Saya bisa sendiri. Terimakasih sudah mengantarkan suami saya, maaaf sudah merepotkan bapak," ucap Qia seraya menatap datar pada pria itu.
"Astaga Qia, ketus banget sih, kamu. Aku udah baik loh, nganterin suami kamu. Padahal suami kamu itu saingan saya untuk dapetin kamu," ucap pria itu yang tidak lain si dokter Lintang. Hari ini tampilan dokter Lintang terlihat rapih. Rambut yang tertata rapih, kemeja yang di gulung sampai dengan siku serta celana dasar berwarna hitam itu membalut tubuhnya. Tidak ada kesan urakan, tetapi terkesan sebagai dokter yanga rupawan.
"Apa wanita yang tidak memiliki suami itu sudah habis di dunia ini pak? Sampai-sampai dengan tidak tahu malunya bapak mengatakan hal seperti itu pada wanita bersuami? Apa harga diri bapaj itu murahan? Padahal bapak kuliah dokter itu uangnya bukan murahan," ucap Qia yang sangat-sangat menusuk itu.
"Wah… jangan samakan harga pendidikan saya untuk mendapatkan gelar dokter dengan saya yang menyukai kamu, dong. Itu sangat berbeda jauh. Yang saya kejar kan hati saya, sedangkan pekerjaan adalah status saya di depan orang," ucap Lintang yang masih tersenyum manis pada Qia.
Qia tidak menjawab lagi, ia segera berjalan untuk membawa Kenan dan Lintang membantu Qia membawa Kenan masuk ke dalam tanpa peduli jika tadi Qia sudah melarangnya untuk tidak membantunya membawa masuk Kenan. Namun, Qia sendiri tidak protes sama sekali, jadi dengan langkah senangnya ia masuk ke dalam appartement.
Kenan sudah di rebahkan di atas tempat tidur, mata Lintang pun segera mengamati ruangan kamar tidur Kenan dan Qia. "Terimakasih sekali lagi karena sudah membantu memabawa masuk suami saya. Sekarang, bisakah anada pulang, karena ini sudah bukan jamnya untuk berkunjung lama-lama ke rumah orang," ucap Qia dengan wajah dataranya begitu pun dengan suaranya.
"Enggak mau nawarin aku minum dulu apa, haus nih habis bawa suai kamu," ucap Lintang yang senyumannya tidak pudar sama sekali.
Tanpa berkata apapun, Qia berjalan ke luar dari kamar tidur mereka. Kini ia dan Lintang sudah sampai di ruang televisi. "Tunggulah di sini, pak," ucap Qia seraya menatap Lintang dengan tatapan datarnya
"Oke," jawab Lintangbegitu semangat karena Qia tidak langsung menyuruhnya untuk ke luar dari appartement.
Hanya sekitar 3 menit Qia sudah kembali dengan dua botol tumbler gelas. "Ini ada es sirup dan ini ada air putih biasa kalau bapak haus. Karena ini sudah bukan waktunya untuk bertamu, bapak bawa ini saja untuk menghilangkan rasa haus bapak," ucap Qia seraya meletakkan dua gelas tubler itu di depan Lintang.
Lintang di buat terkejut dengan sikap Qia barusan. Bisa-bisanya Qia berpikir membuatkannya minum agar ia bisa segera keluar dari appartement. "Kapan-kapan aku akan bekunjung ke rumah mu, ya," ucap Lintang kemudian berdiri dari duduknya seraya membawa dua gelas tumbler itu.
"Aku bawa semuanya, jangan protes. Aku pulang, ya," ucapnya seraya tersenyum manis. Ia pun melangkahkan kakinya dengan riang ke luar dari appartement Qia dan Kenan.
Setelah memastikan Lintang benar-benar ke luar dari appartementnya, Qia pun segra berjalan ke dapur untuk mengambilkan air hangat yang di letakkan ke dalam baskom. Ia gunaan air hangat untuk mengelap tubuh Kenan yang pasti sangat lengket. Qia meletakkan baskom berisi air hangat itu di atas nakas tepat di sebelah Kenan yang saat ini sedang berbaring. Qia kemudian berjalan ke lemari pakaian untuk mengambilkan pakaian ganti untuk Kenan. Ia mengambil piyama tidur polos berwarna navy.
Kini Qia sudah berdiri di samping tempat tidur tepat sebelah Kenan. Tangannya terulur untuk membuka kancing kemeja Kenan satu persatu. Dengan telaten, ia membuka kemeja itu kemudian melepaskannya dari tubuh Kenan. Setelah itu, ia pu mengambil kain yang tadi ia letakkan di dalam baskom kemudian memerasnya. Ia pun mulai mengelap wajah Kenan kemudian begian leher, lengan dan tubuh Kenan.
Tiba-tiba ketika ia sedang mengusap dada Kenan, Kenan membuka matanya dan menatap Qia. Qia pun yang melihat Kenan membuka matanya langsung terdiam dengan tangannya yang masih berada di atas dada. Tiba-tiba Kenan memegang pergelagn tangan Qia dan langsung menarik tubuh Qia ke atas tempat tidur dengan posisi dirinya yang berada di atas tubuh Qia. Qia sedikit terkejut dengan apa yang di lakukan Kenan. Namun, ketika wajah Kenan mendekat ke wajahnya, napasnya seolah-olah berhenti begitu saja. Jantungnya pun tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat.
"Apa ini waktunya?" tanya Qia dalam hati.
TBC….