Menikah dengan Mantan

Bab 224 \"MUSUH BEBUYUTAN\"



Bab 224 \"MUSUH BEBUYUTAN\"

3MAAF YA GUYS… CUMA BISA BILANG MAAF AJA.     

MAAF TYPO BETEBARAN.     

HAPPY READING…     

Janu dan Flora saat ini sedang mengobrol di ruang tamu rumah Sabana. "Flo, apa kamu benar-benar harus melakukan ini?" tanya Janu menatap serius Flora.     

"Aku capek kak, Mama selalu melarang aku menikah dengan pria ini, pria itu. Umurku udah enggak muda lagi, tetapi setiap kali aku kenalin selalu saja ada kekurangannya bagi mama. Mama sendiri menuntut aku untuk menikah, tetapi mama sendiri yang menjadi penghambat untuk aku menikah."     

"Semua bisa di bicarakan baik-baik. Biar aku yang berbicara pada ke duai orang tuamu, bahwa aku bisa menjaga kamu dan membuat kamu bahagia," ucap Janu bersungguh sungguh.     

"Udah biarin aja kak. Flo mau tahu, sampai mana mama akan bertahan dengan semu ini," ucap Flora. "Kakak tenang aja, semua ini demi kebaikan kita semua. Kali ini, Flo enggak akan mundur dan akan berusaha bertahan untuk kebahagiaan kita semua!" ucapnya penuh keyakinan.     

"Tapi Flo," ucap Janu yang kurang setuju dengan pendapat Flora.     

"Kak, ikutin aja apa yang aku lakuin. Semua ini demi kebaikan kita. Kalau mama dan papa sayang, mereka akan kasih yang terbaik untuk kita. Flo yakin, mama akan luluh dan kasih kebahagiaannya untuk kita," ucap Flora meyakinkan Janu.     

Janu terdiam sesaat sebelum ia pun menganggukkan kepalanya. "Oh, iya. Kamu mau ikut aku enggak?"     

"Kemana?" tanya Flora.     

"Jengukkin Al," ucap Janu.     

"Mau. Mau berangkat sekarang?"     

"Ayo kalau mau berangkat sekarang," ucap Janu.     

"Sab!" panggil Flora seraya berdiri dari duduknya.     

"Kenapa?" tanya Sabana yang baru saja ke luar dari kamar.     

"Gua mau pergi nih," ucap Flora masih berteriak.     

"Enggak usah teriak-teriak kenapa? Samperin sana Sabananya. Lagi hamil juga, dianya. Enggak kasihan apa?"     

"Hah, iya-iya," jawab Flora malas. Ia pun berjalan ke ruang ke luarga menghampiri Sabana yang sudah rapih.     

"Mau ke mana lo?"     

"Cek kandungan," jawab Sabana.     

"Wah, gua juga mau ke rumah sakit nih. Lo cek kandungan di rumah sakit mana?" tanya Flora semangat. Siapa tahu kan, ruamh sakitnya sama. Jadi, mereka bisa berangkat bersama.     

"Rumah sakit xxx," jawab Sabana.     

"Wah, sama. Guam mau ke rumah sakit itu. Bareng aja, yuk," ajak Flora.     

"Lama enggak lu?"     

"Enggak tahu, orang jengukin orang sakit," jawab Flora.     

"Males gua kalau lama-lama di rumah sakit."     

"Ya udah sih, sekali-kali lamaan."     

"Gua males kalau sampai ketemu temen bokpa gua. Itu rumah sakitkan,punyanya temen bokap gua," ucap Sabana malas.     

Ia mencari dokter kandungan yang bagus dan juga wanita, hanya di rumah sakit teman papanya inilah ia bisa bertemu dengan dokter wanita yang baik dan juga sabar. "Ya, nanti setelah perikasa lo ikut aja ke ruang rawat anak yang mau ku jenguk."     

"Emang anaknya siapa yang lo jenguk?"     

"Ada anak yang ibunya tadinya anak panti. Anaknya juga serinng main dip anti kalau pulang sekolah karena di rumah enggak ada siapa-siapa. Gua juga serinng ketemu kalau gua lagi main ke panti."     

"Hum," ucap Sabana yang hanya bergumam.     

"Jadi, gimana? Mau bareng apa enggak?"     

"Ya, udah. Bareng aja," jawab Sabana.     

"Oke, deh. Yuk, let's go. Kita berangkat," ucap Flora semangat.     

"Eh, bentar. Gua ambil tas gua dulu," ucap Flora dan segera berlari ke lantai dua untukm mengambil tasnya Ia sekarang tinggal bersama Sabana dan ia tidur di kamar yang berada di lantai dua. Tidak membutuhkan waktu yang lama ia sudah menuruni tangga seraya berlari.     

"Awas nyusruk lo!" peringat Kenan.     

Flora tidak menyahuti, ia tetap berlari dan menghampiri Sabana. "Ayo!" ajaka Flora ketika ia sampai di depan Sabana.     

Mereka berdua pun berjalan bersisian menuju ruang tamu untuk menghampiri Janu yang berada di ruang tamu. "Sabana mau periksa, jadi kita berangkat bareng ya kak," ucap Flora menatap Janu.     

"Oke," jawab Janu singkat.     

Mereka pun ke luar ruamh dan menuju mobil. Kali ini mereka menaiki mobil milik Sabana. Flora meminta Sabana yang duduk di depan dengan alasan ibu hamil baiknya duduk di depan. Walau awalnya menolak, tetapi pada akhirnya Sabana mau duduk di depan. Flora sebenarnya sengaja mendekatkan Janu dengan Sabana. Siapa tahu Janu bisa cocok dengan Sabana. Sabana menurutnya adalah wanita hebat, dirinya berusaha tersenyum walau sebeneranya hatinya terluka. Ia pulang dari Australia bukannya bahagia tetapi ia malah membawa kabar buruk. Suaminya Paul memutuskan untuk tinggal di Australia dan menceriakannya. Paul sudah memberinya talak, kemudian ia pun secepatnya akan mengurus surat-surat perceraiannya setelah anak itu lahir. Paul juga berkata, bahwa anak itu sepenuhnya adalah tanggung jawab Sabana. Rasanya ketika mendengar curahan hati Sabana dengan air mata yang membasahi wajahnya itu Flora sangat marah. Sedari awal ia tidak menyukai Paul. Apalagi ketika Paul berbohong tentang status pernikahannya. Padahal dirinya sudah menikah dan memiliki anaka, itu adalah hal yang sudah membuat penilaiannya pada Paul buruk. Dan sekarang, benar bukan penilaiannya pada Paul. Jika Paul adalah orang yang tidak baik dan seharusnya Sabana tidak menikah dengan pria sialan seperti Paul.     

Lagu brunor mars dan ariana grande yang menemani perjalanan mereka ke rumah sakit. Sesekali Flora dan Sabana saling berbicara dan Janu pun terkadang ikut menyahuti jika ia di tanya. Setelah menempuh perjalan sekitar kurang lebih satu jam lebih sepuluh atau lima belas menit akhirnya mobil pun terparkir di parkiran rumah sakit. Mereka pun turun dari mobil kemudian berjalan beriringan menuju rumah sakit. Saban dan Flora jalan bersisian sedangkan Flora Janu berjalan di belakang mereka berdua.     

Flora mengantarkan Sabana ke ruangan dokter kandungan, sampai di sana Flora pun langsung berpamitan untuk pergi menjenguk. Baru juga Flora membalikkan badannya, pergelangan tangannya di pegang oleh Sabana. "Kenapa?" tanya Flora seraya menolehkan kepalanya untuk menatap Sabana.     

Sabana menggerakkan dagunya ke arah seseorang, Flora pun melihat ke arah orang yang di tunjuk Sabana dengan dagunya. "Lintang, tuh," ucap Sabana membuat Flora menoleh.     

"Lintang siapa?" tanya Flora mengernyitkan dahinya.     

"Itu, musuh bebuyutan lo dari jaman SD sampai SMA," ucap Flora seraya tersenyum.     

"Dih, ngapain lo tunjukin dia ke gua. Enggak level gua sama playboy cap anjing kayak dia," ucap Flora malas.     

"Ya, kalau-kalau aja, kan. Lo kangen ribut-ribut sama dia," ucap Sabana kemudian terkekeh.     

"Bangsul!" kesal Flora. "Udah, ah. Gua mau pergi, nanti kelamaan kak Janu nyariin gua, lagi," lanjut Flora berucap.     

"Ya udah, hati-hati."     

"Haduh… memangnya gua mau kemana? Gua masih di rumah sakit ini, loh Sab, Kalau lo lupa," ucap Flora yang terkesan menyindiri.     

Sabana hanya memutar malas bola matanya, Flora pun melangkahkan kakinya pergi dari sana. Ia berajaln ke arah lift yang nantinya akan membawanya ke ruangan Al di rawat. Ia masuk ke dalam lift dan seorang pria yang menggunakan jas dokter masuk ke dalam lift juga. "Ha… mimpi apa gua semalam. Ketemu sama playboy cap anjing," ucap Flora seraya bersedekap tanpa melihat ke arah orang yang ada di sampingnya.     

Orang itu adalah Lintang musuh bebuyutan Flora. Lintang menolehkan kepalanya menatap Flora yang menatap lurus ke depan. "Kebun safari?" tanya Lintang karena hanya si wanita yang menjadi bahan keributannya yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu.     

"Gua kebun safari, sialan!" maki Flora menatap kesal Lintang.     

"Ya, beneran kebun safari. Astga… kenapa lo makin tua ya?"     

"Ngaca, woi! Kayak yang ngomong enggak tua aja!" ketus Flora dan kembali menatap lurus ke depan.     

"Dih, gua mah masih kelihatan muda. Enggak kayak lo, yang kelihatan tua. Tuh, ada kerutannya di dekatk mata."     

"Melayang nih sandal ke muka lo!" kesal Flora.     

"Dih, mainnya sepatu. Tua banget sih, lo!"     

"Bangkek!" umpat Flora kesal.     

Lintang hanya tertawa kemudian ia pun ke luar dari dalam lift karena ia sudah sampai di lantai yang ia tuju. Flora pun tetap di lift karena ia belum sampai di ruangan yang dia tuju. Sampai di lantai 3 ia pun melangkahkan kakinya ke ruangan di mana Aldebaran di rawat. Ia mengetuk pintu ruang rawat Adlebaran ketika sudah sampai di depannya. Ia kemudian masuk ke dalam dan di dalam ada Ibu Suri, Elita dan juga Elang calon suami Elita.     

"Katanya sendiri kak," ucap Elita menatap Janu.     

"Kak Janu kok di percaya, El," ucap Flora seraya berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan tersebut.     

"Bagaimana? Apa belum ada perkembangan dari Al juga?" tanya Flora seraya mendudukkan dirinya di single sofa.     

"Ya, seperti yang di lihta Flo. Al belum bangun juga," jawab Elita seraya menatao kea rah tempat tidur di mana putranya berada. Wajahnya terlihat bersedih melihat ke arah putranya. Walau Flora belum memiliki anak, ia tahu rasanya bagaimana perasaan seorang ibu jika anaknya koma seperti ini.     

Mereka mengobrol dari a sampai z hingga dering ponsel dari Flora memecahkan obrolan mereka. Ternyata Sabana yang menelphone. "Iya, Sab?" ucap Flora setelah mengangkat telphonenya.     

["Gua udah selesai, lo di ruang mana?"]     

"Naik aja ke lantai tiga, kalau udah sampe lantai tiga ambil jalan ke kiri. Nanti gua tunggu di depan ruangan."     

["Oke,"] jawab Flora singkat.     

Sambungan pun terputus dan kini ia menoleh ke arah Janu. "Sabana udah selesai?"     

"Udah," jawabnya singkat. "Aku ke depan dulu, kak," ucap Flora kemudian bangkit dari duduknya.     

"Mau ke mana Flo?" tanya Elita yang sedang duduk di samping Aldebaran.     

"Mau nyusulin temen dulu El," jawabnya kemudian melangkahkan kakinya ke arah pintu ke luar. Ia pun membuka pintu dan ke luar menunggu Sabana.     

Sabana ke luar dari lift dan berjalan ke arh yang Flora katakana, ia pun bisa melihat Flora yang melambaikan tangannya. Ia pun bergegas menghampiri Flora. "Gimana, baik-baik aja, kan semuanya?" tanya Flora ketika Sabana sudah berdiri di hadapannya.     

"Iya, semuanya baik-baik aja," jawab Sabana.     

"Syukurlah, kalau semua baik-baik saja," ucap Flora yang lega. Kemarin sewaktu Sabana pulang dari Australia, keadaannya semat menurun hingga harus di rawat di rumah sakit beberapa hari. Sekarang semuanya baik-baik saja dan Flora merasa lega.     

Walau ia tidak tahu sehancur apa perasaan Sabana sekarang, tetapi jika sampai ada apa-apa dengan kandungannya. Ia yakin, Sabana akan makin terpuruk. Jadi, ia merasa lega jika Sabana dan kandungannya baik-baik saja.     

TBC…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.