Menikah dengan Mantan

Bab 230 \"AWAL BARU\"



Bab 230 \"AWAL BARU\"

1AKU CUMA BISA MINTA MAAF KE KALIAN. MAAF YA...     

HAPPY READING....     

Qia keluar dari kamar mandi dengan kaos kebesaran dan juga celana pendeknya. Ia meletakkan pakaian kotornya di keranjang pakaian kotor. Ia tidak melihat Kenan sama sekali di dalam kamar dan ia hanya menghela napasnya Qia berjalan ke tempat tidur dan merebahkan dirinya. Dari pada pusing memikirkan segalanya, Qia pun memilih untuk memejamkan matanya dan tidur. Kenan saat ini sedang berada di ruang kerjanya. Ia memegang sebuah obat kaplet dan menatapnya.     

Obat yang sedang ia pegang sekrang adalah obat kuat yang biasanya ia pakai jika ingin bermain beberapa jam dengan Raka. Namun, kali ini berbeda. Dia berpikir akan menggunakannya supaya ia bisa tidur dengan Qia. Supaya Qia tidak akan kesal padanya karena dirinya menolak untuk berhubungan badan. Jika ia meminum obat kuat ini, ia pasti mau tidak mau akan melakukannya bersama Qia.     

Kenan menantap obat di tangannya kemudian ia menghela napasnya untuk memantapkan hatinya supaya ia bisa membuat Qia hamil dan membuat Qia bertahan dengannya. Setidaknya sampai semuanya stabil. Setelah ia memiliki anak sehingga semua harta jatuh ketangannya. Kehadiran seorang anak akan membuat kakeknya percaya jika Kenan sudah sembuh. Jadi, lebih baik dirinya melakukan ini supaya bisa membuat Qia segera mengandung dan melahirkan anaknya. Ia akan bersama Raka jika seluruh hartanya sudah ia dapatkan.     

Kenan bukan gila harta, hanya saja ia pantas mendapatkan semua itu. Mamanya sendiri sudah membuat orang tuanya kecewa, sedangkan Zian itu hanya orang lain. Ia tidak rela jika harta itu untuk mereka berdua. Walau dirinya serakah untuk memiliki harta kakeknya. Tetapi ia tidak akan membiarkan mama dan keluarga sambungnya pun terlunta-lunta. Ia akan tetap bertanggung jawab pada mereka. Urusan Qia sendiri, ia nantinya akan jujur tentang hubungannya dengan Raka dan ia pun ingin menikah dengan Raka. Masalah anak, ia akan tetap bertanggung jawab bahkan ia pun akan tetap bertanggung jawab pada Qia dan tetap menjadikan Qia sebagai istrinya. Semua sudah pasti karena janjinya pada Nathan selain itu karena ia memang tidak mau jauh dari Qia. Ia tidak menyukai jika Qia menikah dengan orang lain dan anaknya memiliki papa selain dirinya. Ia tidak mau sama sekali Qia menikah lagi. Jadi, ia akan memiliki dua pasangan, pertama Qia yang seorang wanita dan yang ke dua Raka yang seorang pria.     

Ia yakin, Raka dan Qia akan bisa akur, walaupun Raka sering cemburu jika ia lebih memperhatikan Qia di bandingkan dirinya. Kenan berjalan ke arah dispenser yang ada di ruang kerjanya untuk mengambil minum. "Ini yang terbaik," ucap Kenan seraya menatap obat yang ada di tangannya. Bungkusan obatnya sudah ia buang ke tongs sampah di bungkus dengan kertas sehingga tidak akan ketahuan jika dirinya mengkonsumsi obat kuat. Setelah meminum obatnya, Kenan pun ke luar dari ruang kerjanya dan berjalan ke kamarnya. Ia masuk ke kamar dan lampu bagian tempat tidur sudah di matikan oleh Qia. Ia mengunci pintunya rapat-rapat. Kemudian mematikan lampu utama kamar. Suasana redup akan membuat permainannya aka lebih nyaman. Itu pendapat Kenan pribadi, supaya ia bisa mengenali lekukan tubuh pasangannya. Walau dirinya sendiri tidak tahu apakah obat kuat akan membuat dirinya tetap bisa melakukannya dengan Qia.     

Kenan naik ke atas tempat tidur membuat Qia yang belum tertidur nyenyak itu pun terbangun. Ia yang tadinya tidur agak ketengah pun bergeser kepinggir, sangat pinggir hingga bisa saja jika tidurnya berantakan ia jatuh dari atas tempat tidur. Hawa panas sudah Kenan rasakan di tubuhnya. Qia tidur memunggunginya dengan selimut yang membungkus tubuhnya sampai ke kepala. Kenan mendekatkan tubuhnya ke Qia, tangannya sudah memeluk tubuh Qia membuat sang empunya lansung terbangun dan Qia yang terlalu di pinggir langsung jatuh ke bawah.     

"Qia!" panggil Kenan terekejut karena Qia malah terjatuh.     

Qia bangun dari terjatuhnya, kepalanya terantuk sehingga sedikit berkedut di bagian keningnya. Kenan pun segera turun dan menghidupkan lampu bagian tempat tidur. Lampu utama kamar Kenan ada dua tempat yang satu di bagian sofa ketika masuk ke kamar dan satu lampu lagi ada di bagian tempat tidur. Posisi tempat tidur Kenan ada di samping sofa dan lantainya di buat meningkat hingga empat anak tangga. Di bagian tempat tidur itu luas dan di samping kanan kirinya terdapat nakas kecil untuk meletakkan lampu tidur di sisi kanan dan kiri serta meletakkan beberapa hal kecil karena memang nakas itu hanya berfungsi untuk meletakkan lampu tidur.     

Kenan meminta Qia duduk dan ia segera berjalan ke meja kotak p3k yang terletak di dekat pintu masuk. Kenan mengambil wadah kapas yang sudah tercampur dengan alkohol, kemudian ia mengambil obat merah dan plester. Ia pun berjalan cepat menghampiri Qia yang sedang duduk di pinggir ranjang. Kenan pun duduk di samping Qia kemudian membuka wadah kapas yang beralkohol kemudian ia menempelkan pelan-pelan ke luka di dahi Qia. Qia sedikit menjauhkan kepalanya karena sempat terkejut, perih yang ia rasakan ketika kapas beralkohol itu mengenai lukanya. Setelah di obati Kenan akan menempelkan plester ke dahinya. Qia menahan tangan Kenan membuat Kenan menatap tidak suka Qia.     

"Luka kecil kak, enggak perlu di plester. Darahnya juga udah berhenti," ucap Qia seraya menatap mata Kenan.     

"Itu, luka. Kalau kena debu atau nanti kena kuman bisa infeksi," ucap Kenan dengan raut wajahnya yang tidak suka atas penolakan Qia.     

"Lihat nih, kak," ucap Qia sambil menunjukkan bekas luka di tangannya. Ada garis panjang tetapi memang tipis, kemudian beberapa luka kecil lainnya yang ada di tangannya. "Ini enggak ada yang pakai plester-plesteran. Udah, ya, kak. Engak usah pakai plester ya. Enggak akan infeksi, kok," ucap Qia melembut di akhir katanya. Ia pun tersenyum menatap Kenan mencoba meyakinkan Kenan jika ia baik-baik saja.     

Kenan terlihat menimbang-nimbang dan pada akhirnya ia pun tidak jadi memberikan plester di kening Qia. Qia pun mengambil semua obat yang di gunakan Kenan kemudian meletakkannya kembali ke kotak p3k yang terpasang di dekat pintu masuk. Qia kembali ke tempat tidur kemudian ia duduk di smaping Kenan. "Tumben jam segini mau tidur, kak?" tanya Qia seraya melihat ke jam dinding yang ada di kamar itu.     

Kenan diam saja tidak menjawab, sedari tadi ia yang mengobati luka Qia menahan diri untuk tidak menyerang tubuh Qia. Ia membutuhkan pelepasan segera tetapi tidak mungkin ia lakukan karena Qia sedang terluka. "Kak," panggil Qia karena Kenan hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Tangan Qia terulur untuk menyentuh kening Kenan. Baru juga tangannya meyentuh kening Kenan, suaminya itu langsung memegang erat pergelangan tangannya. Kenan menatap Qia dengan tatapan yang sulit di artikan.     

Qia pun hanya diam dan terus menatap Kenan. Tidak ada perkataan apapun yang ke luar dari mulut mereka. Perlahan, Kenan mendekatkan wajahnya ke wajah Qia. Hembusan napas mereka saling beradu, aroma mint dari bibir Qia itu tercium di indra penciuman Kenan. Bibir mereka kini saling menempel, satu tangan Kenan memegang tengkuk Qia. Kenan pun mulai mengerakkan bibirnya untuk memagut, menghisap dan melumat bibir sang istri.     

Qia mancoba mengimbangi walau masih sulit untuk Qia mengimbanginya. Kenan memang sering menciumnya, tetapi Qia tidak pernah membalasnya. Kali ini, Qia mencoba membalasnya. Ia tidak mau menyia-nyiakam kesempatan ini. Walau ia sendiri tidak tahu, apakah Kenan akan berhenti di saat dirinya sudah setengah telanjang seperti sebelumnya.     

Qia berusaha membuat Kenan tidak berhenti di jalan. Ia benar-benar berusaha mengimbangi Kenan. Kini Qia sudah berada di bawah kungkungan tubuh suaminya yang sudah terangsang dengan obat kuat yang dia minum. Ciumana Kenan turun ke leher Qia, ia memberikan tanda kepemilikan di sana. Tangan Kenan sudah bergerak menyusuri tubuh Qia yang masih berbalut kaos kebesaran yang ia pakai.     

Kenan meremas dada Qia dengan lembut. Ini adalah hal kedua kalinya untuk Qia, tetapi rasanya masih terasa aneh ketika dadanya di remat seperti ini oleh seorang pria. Qia memncoba menerimanya dan ia pun kini sudah mulai menikmati permaianannya. Kenan terus bermain dan kini ia sudah menarik celana pendek yang Qia pakai bersamaan dengan celana dalam Qia. Kenan juga sudah melepaskan celana pendek yang ia pakai. Tanpa pemanasan yang cukup lama ia langsung memasukkan saja pedangnya yang sudah tegak berdiri.     

Qia mengigit bibir bawahnya kuat untuk menahan diri agar ia tidak berteriak. Miliknya belum begitu sipa, tetapi dengan kasar Kenan langsung memasukinya. Ini yang kedua kalinya mereka melakukan, tetapi rasanya masih begitu sakit dan miliknya yang kering semakin membuatnya terasa sakit. Kenan langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Qia untuk memberi pagutan di bibir Qia agar tidak terasa sakit lagi. Kenan pun tidak langsung menggerakkan miliknya, melainkan ia mendiamkannya supaya milik Qia bisa terbisa dengan miliknya.     

Tangan Kenan pun sudah bergerilya menyentuh tubuh Qia memberikan rangsangan supaya Qia menikmatinya. Karena Kenan meminum obat kuat ia melakukannya beberapa kali hingga akhirnya ia tertidur. Qia juga sudah tertidur karena kelelahan menghadapi permainan Kenan. Hari ini akan menjadi hari baru bagi mereka berdua, walau pun mereka sudah pernah melakukannya sebelumnya. Namun, hari ini berbeda karena Kenan melakukannya secara sadar walau harus meminum obat kuat terlebih dahulu.     

Pagi ini mereka bangun kesiangan, baik Kenan maupun Qia bangun kesiangan. Mereka berdua sama-sama bangun di pukul sepuluh pagi. Matahari sudah sangat terang di luar sana. Sinarnya sudah masuk ke sela-sela tirai jendela kamar Kenan. Qia membuka matanya kemudian mengusap matanya. Kedua tangannya ia tarik ke atas untuk meregangan otot-ototnya. Kenan pun sudah membuka matanya, ia mengusap matanya seraya bangun dari tidurnya.     

TBC....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.