Menikah dengan Mantan

Bab 231 \"MALU\"



Bab 231 \"MALU\"

0MAAF YA GUYS... TYPO BETEBARAN DAN MAAF KARENA AKU UDAH BUAT KECEWA SAMA KALIAN.     

HAPPY READING...     

Kenan bangun dari tidurnya, sedangkan Qia malah menarik selimutnya karena malu melihat Kenan.yang duduk dengan bertelanjang dada. Kenan tidak mempedulikan Qia, ia pun turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Qia yang mendengar pintu kamar mandi tertutup pun menyibak selimutnya kemudian menghembuskan napas lega. Ia mendudukkan tubuhnya kemudian menatap kesekelilingnya.     

Qia turun dari tempat tidur kemudian mengambil pakaiannya yang berantakan di lantai. Karena Kenan baru saja masuk, ia leluasa berjalan tanpa memakai apapun. Qia sendiri sudah biasa tidak memakai apapun kalau di kosan sendirian. Berjalan kelemari dan mengambil pakaian baru. Ia pun memakainya, kemudian berjalan ke meja sofa untuk mengambil tisu. Ia mengambil tisu kemudia membersihkan wajahnya sesuatu yang tidak enak di pandang. Serasa sudah bersih, ia pun berjalan ke arah tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang berantakan di lantai kemudian ia mengambil sprei dan bad cover. Ia pun membawa semuanya ke luar kamar untuk di cuci     

Ia berjalan menuruni tangga, bagian intimnya masih terasa sakit, tetapi tidak sesakit ketika pertama kali. "Loh, Qi. Mau ngapain?" tanya Revi ketika melihat Qia membawa selimut yang ia pakai.     

"Nyuci, ma," jawabnya singkat.     

"Udah, kasih ke bibi aja. Kamu tadi malam kurang enak badan," ucap Revi.     

"Udah biasa kok ma, jadi enggak masalah," ucap Qia seraya tersenyum. "Ya udah ya, ma. Qia mau nyuci dulu," pamit Qia.     

"Iya," jawab Revi. Qia pun kemudian melangkahkan kakinya pergi ke tempat loudry-an di rumah itu. Qia memasukkan badcover ke dalam mesin cuci sedangkan pakaia dan selimut ia rendam di dalam bak cucian baju. Qia mencuci wajahnya supaya lebih segar kemudian ia berkumur. Setelah itu Qia berjalan ke arah dapur untuk mengisi perutnya yang sedikit pedih karena belum makan.     

"Masak apa bi?" tanya Qia yang melihat bibi sedang memotong-motong sayuran.     

"Mau masak capcay buat makan siang non," jawab bibi seraya meantap Qia.     

"Humm…" Qia mengaguk – anggukan kepalanya.     

"Tadi pagi bibi masak apa?" tanya Qia.     

"Nasi goreng, tetapi udah habis. Non Qia mau bibi buatin makanan?"     

"Ada mie enggak bi?"     

"Dirumah enggak stock mie instan non," jawab bibi.     

"Kalau mie kuning aja atau mungkin mie jagung ada enggak bi?" tanya Qia.     

"Ada non."     

"Mau bi," ucap Qia.     

"Mie apa non?"     

"Mie jagung aja bi."     

"Mau di buat apa non, nanti bibi buatin."     

"Qia buat sendiri aja bi," ucap Qia kemudian ia berjalan ke kulkas.     

Qia melihat isi kulkas dan mencari bahan – bahan yang dia perlukan. Dia ingin membuat sop bihun jagung. Ia mengambil bakso,sosis daging, daun bawang dan daun sop, kubis, wortel. "Bi, ada bawang bombay enggak?" tanya Qia.     

"Ada non," jawab bibi.     

Qia pun menyiapkan semua bahannya, sebelumnya ia sudah merebus satu lempeng bihun jagung ke air biasa. Ia kemudian memotong bulat-bulat wortel, setelah itu memotong kubis. Setelah itu ia pun mencucinya bersamaan dengan daun bawang dan daun sop serta bawang setengah bawang bombay ukuran sedang. Jika bawang bombaynya ukuran besar gunakan saja seperempatnya.     

Setelah selesai di cuci ia pun memotong dadau bawang bombay. Qia menyiapkan wajan dengan sedikit minyak sekitar sesendok makan minyak goreng saja. Ia tidak mau terlalu banyak minyak yang di pakai. Ia menggoreng bawang bombay sampai harum baru masukan wortel goreng sampai setengah matang, masukan sosis dan juga bakso, di aduk-aduk sampai tercampur semua. Diamkan sebentar kemudian baru masukan air sekitar tiga gelas belimbing. Masukan garam sesendok teh, penyedap rasa setengah setengah sendok teh dan juga bubuk lada sekitar setengah sendok teh.     

Mengadukknya hingga rata, kemudian ia pun menutupnya. Ia memotong daun bawang dan juga daun sop bersamaan. Qia kemudian berjalan ke ruang laundry-an yang tidak jauh dari dapur untuk membuang air cuciannya karena sepertinya mesin sudah berhenti. Namun, ternyata mesin cucian belum berhenti, ia pun kemudian mencuci pakaiannya. Karena pakaiannya tidak kotor jadi ia pun hanya menguceknya saja, untuk gaunnya sendiri ia tidak terlalu menguceknya. Qia segera berlari di dapur, karena mungkin masakannhya sudah mendidih.     

Qia membuka tutup wajanya kemudian mengaduk masakannya yang sudah mendidih. Ia mengecilkan apinya untuk mengurangi didihannya. Mengambil mie jagung yang tadi di rendam di dalam air biasa dan langsung memasukkannya kedalam wajan tanpa meniriskannya. Kemudian ia mengasduk-aduknya lagi. Ia merasa airnya kurang sehingga ia kembali menambahkan aid an menambahkan garam juga penyedap rasa. Ia aduk-aduk, kemudian memasukkan kubis serta daun bawang dan daun sop. Ia aduk-aduk lagi hingga mendidih. Ketika sudah mendidih ia mencicipi rasanya. Masih sedikit kurang asin, ia pun menambahkan sedikit garam dan mengaduk-aduknya. Mencicipi kembali rasanya dan kali ini rasanya sudah pas dengan lidahnya. Ia memasak untuk dirinya sendiri, jadi kalau ada yang mau makan ya harus terima dengan masakannya. Qia suka memasak dengan rasa yang asin, tetapi walau asin, ketika memakannya dengan nasi rasanya akan pas.     

Namun, jika Qia sedang memasakan untuk orang, Qia tidak akan memasak sesuai seleranya yang asin. Ia akan memasak dengan rasa yang pas, tetapi ketika di makan dengan nasi, rasanya kurang kuat. Qia mengaduk-aduknya sebenatar hingga mendidih baru ia matikan kompornya. Qia mengambil mangkuk dan menuangkan semua masakannya ke dalam mangkuk.     

"Bi, kalau mau ambil ya bi. Ini banyak, Qia enggak habisn juga kalau makan sendiri" ucap Qia seraya menatap bibi. Ia kemudian membawa wajan danbebrapa wadah yang kotor itu ke tempat cucian. Setelah itu ia pun mencucinya, "Non, enggak usah di cuci. Biar bibi aja yang cuci," ucap bibi seraya berjalan ke arah Qia.     

"Udah, bibi lanjutin lagi aja nyiapin bahan masakannya. Cuma kayak gini aja, Qia udah biasa kok, bi," ucap Qia seraya mengambil busa untuk mencuci.     

Qia fokus mencuci piringnya hingga tidak menyadari kehadiran Kenan. "Apa itu bi?" tanya Kenan pada bibi yang sedang membawa mangkuk sop bihun Qia ke meja makan. Qia sempat menjatuhkan sutil yang sedang ia cuci karena terkejut dengan suara Kenan. Qia kembali melanjutkan mencucinya berusaha tidak terpengaruh dari kehadiran Kenan.     

"Sop bihun, den," jawab bibi.     

"Kayaknya enak. Bibi yang masak?" tanya Kenan yang sudah duduk di kursi meja makan.     

"Non, Qia den."     

"Ah, Qia. Bi, bisa ambilin nasi sama aku mau jus jeruk ya bi," ucap Kenan yang menarik mangkuk sopnya. Tanpa izin dari Qia ia sudah menyantapnya karena ada sendok di dalam mangkuk itu.     

"Kak Ken, jangan di habisin. Aku juga mau," ucap Qia seraya berjalan kem arah meja makan.     

"Buat lagi," ucap Kenan yang sama sekali tidak mau berbagi dengan Qia.     

"Dih, aku yang masak suruh buat lagi," ucap Qia kesal.     

"Udah, sih. Sana buat lagi," ucap Kenan menyuruh Qia membuat lagi tanpa dosa.     

Kesal sekali Qia, ia pun memilih melanjutkan mencuci bajunya. "Mau kemana?" tanya Kenan karena Qia malah pergi.     

"Nyuci baju," jawab Qia tanpa menoleh ke arah Kenan.     

Dari pada ia semakin malu dengan Kenan, ia pun memilih untuk melanjutkan mencuci pakaiannya. Qia sebenarnya masih malu berhadapan dengan Kenan. Jika pertama kali ia tidak begitu malu, kali ini ia malu berhadapan langsung dengan Kenan karena mereka melakukannya ketika Kenan sadar. Tidak seperti pertama kali mereka melakukannya ketika Kenan dalam ke adaan mabuk berat.     

"Gitu aja, ngambek," ucap Kenan tetapi ia tetap memakan sop bihun Qia. Qia sama sekali tidak mendengar ucapan Kenan sehingga ia tidak menjawab sama sekali.     

Hari-hari berlalu, semua berjalan seperti biasanya. Qia masih bekerja setidaknya sampai urusan pekerjaannya selesai semuanya. Hubungan ranjang Qia dan Kenan semakin intens, walau hanya seminggu sekali mereka melakukannya. Setidaknya jauh lebih baik mereka sudah melakukannya. Tidak seperti sekitar hampir empat bulan pernikahan mereka tidak melakukan apapun.     

Tanpa terasa pernikahan Qia dan Kenan sudah ada setengah tahun lebih. Iya, setengah tahun dan sudah banyak hal yang mereka lalui. Terutama kecemburuan Kenan yang terkadang membuat Qia meledak karena kesal dengan kecemburuan Kenan yang berlebihan. Awalnya memang ia marah, tetapi pada akhirnya ia akan meminta maaf terlebih dahulu karena merasa bersalah.     

Bukan hanya hubungan Qia dan Kenan yang baik-baik saja, tetapi hubungan Raka pun baik-baik saja. Keadaan Chika pun sudah jauh lebih baik tidak seperti sebelum-sebelumnya yang terkadang masih sering kambuh. Chika dan Scarlett sepertinya telah menjadi satu sehingga Raka terkadang merasa sedang bersama dengan Scarlett, tetapi Raka tidak mengatakannya. Jika ia mengatakannya kemungkinan Chika akan marah dan Scarlett akan muncul.     

Papa Scarlett pun sudah bertemu dengan Raka dan bertanya apakah Raka mengenal Scarlett. "Memangnya ada apa dengan Scarlett pak?" tanya Raka dengan wajah dinginnya.     

Ia tidak peduli jika dihadapnnya ini adalah papa mertuanya. Ia hanya tidak ingin papa mertuanya ini menjadikan Scarlett untuk menyakiti Chika. Chika pernah mengatakan jika sewaktu kecil papanya itu memaksanya untuk melakukan pengobatan dan sekitar sebulan lebih ia berada di rumah sakit jiwa untuk melakukan pengobatana. Kata istrinya papanya menganggap Scarlett adalah monster itu sebabnya Chika sendiri berusaha untuk membaik, walau pada kenyataannya ia tidak benar-benar membaik.     

Papanya sangat membenci Scarlett, karena setiap kali Scarlett ke luar ia selalu membuat kacau semunya. Itu sebabnya Papanya sangat membenci Scarlett jika Scarlett muncul. Sebisa mungkin Chika pun menghindari papa dan mama tirinya jika ia merasa Scarlett akan muncul. Memang, kahadiran Scarlett tidak bisa terprediksi. Namun, sebisa mungkin Chika selalu pergi ke rumah lama mereka jika ia merasa Scarlett akan muncul.     

Ia menuliskan pesan pada Scarlett di handphonenya agar Scarlett tidak muncul di hadpan papanya jika dirinya masih ingin hidup. Itu pesan Chika di handphonenya yang ia jadikan wallpaper depan handphonenya agar Scarlett membacanya sebelum membuka handphonenya. Hal itu berhasil membuat Scarlett tidak bertingkah dan Chika merasa lega.     

TBC….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.