Menikah dengan Mantan

Bab 236 \"PERHATIAN KECIL



Bab 236 \"PERHATIAN KECIL

3HAPPY READING...     

JANGAN LUPA IKUTAN CHALLENG YA ... TGL SATU DM AKU DAN KIRIM SS BERAPA BANYAK KALIAN KASIH AKU PS.     

Berawal dari tetangga dan satu sekolaha, Raka dan Tata memulai hubungan pertemanan mereka. Tata yang sering mengajak bicara Raka di sekolah atau pun di rumah. Padahal dia memiliki kakak, tetapi sering sekali waktu sorenya ia habiskan di rumah Raka. Apalagi rumah mereka bersebelahan.     

"Ngapain sih, lo. Ke sini lagi, berisik tahu enggak kalau ada lo!" ketus Raka yang baru ke luar dari kamar ia melihat Tata yang sedang menonton televisi.     

"Ih, kakak Raka mah gitu. Tante aja enggak masalah tuh, Tata di sini," ucapnya kemudian ia memanyunkan bibirnya.     

"Memangnya kenapa sih, Ka. Kalau Tata main? Kan bagus kalau ada Tata, kamu jadi ada temen mainnya."     

"Berisik kalau ada dia Ma, Raka enggak bisa konsen belajarnya!" kesal Raka seraya menatap Tata yang asyik memakan bolu pandan buatan mama-nya Raka.     

"Tata diem gini loh, masa di bipang berisik?" tanya Mamanya seraya mengusap puncak kepala Tata. Tata yang di puji seperti itu tersenyum seraya menatap Mama Raka.     

"Diem, soalnya lagi makan. Kalau enggak, itu mulutnya kayak burung beo!" ketus Raka kemudian ia berjalan ke dapur.     

Tata sih tidak peduli sama sekali, ia hanya diam sambil menikmati bolu pandannya. Di rumah Raka, Tata merasa nyaman karena terbebas dari kakak lucknutnya. Jika di rumah, ia sering sekali di buat menangis atau pun di perintah ini itu. Sedangkan di ruamh Raka, ia hanya perlu banyak bicara untuk mengajak Raka yang super irit bicara. Bahkan Tata mungkin bisa menghitung berapa kata Raka keluarkan untuk bicara padanya. Jika ia lelah bicara dengan Raka, ia akan pergi menemui mama Raka yang terkadang membuat cemilan di daput. Tata dengan senang hati membantu mama Raka membuat cemilan.     

Raka kini berada di dapur sedang mengambil minum. Rasanya begitu kesal karena mamanya malah tidak masalah ada Tata di rumah. "Memangnya dia tidak punya rumah apa, sampai –sampai setiap hari datang ke sini terus?" tanya Raka entah pada siapa.     

Tidak seperti biasanya, Raka yang biasanya hanya diam di kamar atau menonton televisi kini bisa menggerutu kesal hanya karena kehadiran seorang Tata yang menurutnya berisik seperti burung beo. Setelah minum ia berjalan ke arah kamarnya seraya membawa segelas air mineral, malas menonton televise jika ada Tata.     

Terbiasa dengan kehadiran Tata di rumah dan di sekolah, sudah sekitar lima hari ini Tata tidak datang di rumahnya. Beberapa kali ia melihat ke arah pintu masuk rumahnya siapa tahu Tata diam – diam mengagetkannya. "Kangen ya, sama Tata?" tanya Mamanya seraya membawa sepiring pudding dengan flanya.     

"Kangen sama burung beo? Enggak lah, ma!" jawab Raka dengan suaranya yang sedikit meninggi.     

Mamanya hanya tersenyum saja mendengar jawaban putranya. "Tata beberapa hari ini masuk rumah sakit karena ken DBD, tadi mama sama beberapa tetanga habis jenguk Tata di rumah sakit."     

Raka hanya diam tidak menjawab, tetapi raut wajahnya terlihat khawatir. "Mungkin besok atau lusa, Tata udah boleh pulang. Tadi dia juga udah aktif ngobrol walau sambil tiduran," ucap mamanya membuat raut wajah Raka sedikit lega.     

Hari berlalu, Tata sudah masuk sekolah tetapi dia tidak begitu bersemangat karena kepalanya masih terasa berat. Ia tetap masuk sekolah karena ingin bertemu teman - temannya. Bahkan ia di gendong ke kelasnya oleh Nathan -- kakak Tata ke ruang kelasnya. "Enggak usah banyak tingkah di kelas, diem aja. Nyusahin kalau kamu tiba - tiba jatuh!" peringat Nathan.     

"Bawel! ketus Tata.     

"Di kasih tahu, malah di bilang bawel. Dasar tatakan gelas!" kesal Nathan.     

Tata hanya diam tidak membalas, ia merebahkan kepalanya di atas meja karena masih terasa berat. Nathan sudah ke luar dari kelas untuk menuju kelasnya.     

Suara bel istirahat membuat para anak - anak keluar dari kelas mereka. Tata keluar kelas dengan langkah sedikit sempoyongan karena kepalanya benar - benar terasa berat. "Mau kemana?" tanya Nathan dengan nada ketus.     

"Pipis," jawab Tata dan kembali berjalan. Nathan sudag berjongkok di depan Tata.     

"Naik!" perintahnya dengan nada ketus. Tata menatap malas kakaknya tetapi ia pun nail ke punggung kakaknya.     

"Makanya kalau masih enggak enak badan, enggak usah masuk. Sok - sok'an kuat, sih," cibir Nathan. Tata hanya diam tetapi ia pun naik ke punggung Nathan. Raka yang sengaja berjalan melewati kelas Tata pun hanya menatap punggung Tata yang menjauh dari pandangannya.     

"Ngapain juga aku ke sini?" tanya Raka ketus entah pada siapa. Ia pun membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan area kelas satu sd itu.     

Ketika pulang Tata tidak langsung pulang karena mamanya sedang ada urusan sehingga ia harus menunggu kakaknya pulang sekolah. Ia hanya duduk di bangkunya sendirian di dalam kelas. Tata memutuskan untuk memejamkan matanya dengan merebahkan tubuhnya di atas dua kursi yang ia rapatkan. Sekitar pukul setengah sebelas siang Nathan sudah keluar kelas, ia pun berjalan ke kelas adiknya untuk menjemput sang adik. Raka yang juga sudah pulang melihat Nathan yang berjalan ke arah kelas satu. Raka pun mengikuti Nathann tapi ia masih memberi jarak agar tidak ketahuan.     

"Mana dia?" tanya Nathan ketika ia sampai di depan ruang kelas adiknya. Apa dia udah pulang? Tapi, sama siapa?" tanya Nathan kebingungan.     

Ia pun melangkahkan kakinya menjauh dari ruang kelas dan mencari adiknya di tempat lain, mungkin adiknya menunggu di tempat lain. Raka pun mendekati ruang kelas Tata, ia pun masuk ke kelas Tata kemudian matanya melihat ada tas berwarna pink di samping meja. Ia pun berjalan mendekat ke arah di mana ada tas pink itu dan ia pun menemukan Tata yang sedang tertidur di kursi. "Bisa aja, si burung beomm tidur di kursi," ucap Raka.     

Ia pun kemudian membungkukkan tubuhnya dan akan membangunkan Tata dengan menyentuh pundak Tata. Namun, tangannya hanya mengambang saja di udara ketika mau membangunkan Tata. Wajah Tata terlihat pucat membuatnya mengurungkan niatnta membangunkan Tata. Ia pun kemudian mendudukkan dirinya di bangku sebelah tempat duduk Tata. Ia memperhatika Tata yang tidur tenang. "Kalau tidur begini enak lihatnya, enggak berisik kayak burung beo," ucap Raka.     

Raka pun hanya diam saja seraya menunggu Tata bangun. Lama ia hanya diam, seseorang masuk ke dalam kelas. "Nyari Tata ya?" tanya Raka.     

"Apa abang melihatnya?"     

"Ini," ucap Raka sambil melihat ke arah Tata yang masih tidur.     

Nathan dan seorang satpam sekolah yang tadi ia mintai tolong. Nathan pun segera menghampiri meja yang di tunjuk Raka dengan dagunya. Nathan bernapas lega melihat adiknya yang tertidur di kursi. "Asal aja sih, kalau tidur," gerutu Nathan menatap malas adiknya.     

Nathan pun membangunkan Tata dengan mengusap puncak kepalanya pelan. Perlahan Tata membuka matanya dan melihat kakanya yang ternyata sedang berjongkok di depannya. Nathan menjitak kening adiknya membuat Tata langsung bangun dan memegangi keningnya. "Sakit, kak!" kesal Tata.     

"Makanya jangan tidur sembarang, kalau tadi kakak pulang aja enggak nyariin kamu. Mau nginep di sekolahan?" tanya Nathan.     

Tata memanyunkan bibirnya kesal mendengar ucapan kakanya. "Ayo pulang," ucap Nathan yang kini sudah berdiri dari jongkoknya.     

Tata pun berdiri dari duduknya tetapi ia kembali duduk kemudian memegangi kepalanya yang sakit. "kak, sakit," ucapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.     

Raka dengan sigap duduk di samping Tata kemudian merangkul kedua bahu kecil Tata membuat Tata kini menolehkan kepalanya menatap Raka. "Kamu istirahat lagi aja, pulangnya bisa nanti. Pak Baron, enggak apa – apa, kan?" tanya Raka menatap sang satpam yang sedari tadi hanya diam saja.     

"Lebih baik telpon orang tua kalian saja supaya bisa di jemput. Kasihan itu, wajah adiknya pucet seperti itu."     

"Gimana telponnya pak, kita enggak punya telpon," ucap Nathan begitu polos.     

"Bapak kuni kelas dulu, nanti kalian bapak antar pulang," ucap pak Baron.     

"Naiklah kepunggungku," ucap Raka yang sudah berjongkok di samping meja Tata.     

Semua orang mentap ke arah Raka yang sedang berjongkok. "Biar Tata pulang bareng saya dan Nat – Nat, pak," ucap Raka seraya mendongakkan kepalanya menatap pak Baron.     

"Ya, nama gua Nathan Putra Mahakam, bukan Nat – Nat!" kesal Nathan.     

Raka memang tidak tahu siapa nama Nathan yang ia ingat Tata sering menyebut nama kakanya itu Nat – Nat. Raka hanya diam saja tidak berkata apapun dengan protesan Nathan. Tata pun naik ke punggung Raka kemudian ia berdiri dari duduknya.     

"Ayo, pulang Nat," ajak Raka menatap Nathan.     

Nathan masih kesal, tetapi ia pun akhirnya ikut melangkahkan kakinya ke luar kelas. Ia tidak lupa membawakan tas sekolah Tata. Mereka berjalan bersama untuk sampai di rumah. Tidak ada pembicaraan selama mereka pulang ke rumah. Tata pun hanya diam saja karena ia tidur di gendongan Raka dengan kepala yang bersandar di punggung Raka.     

"Maaf ya bang, ngerepotin abang," ucap Nathan membuka pembicaraan.     

"Iya," jawab Raka singkat. Pembicaraan mereka pun hanya berhenti sampai di situ saja, tidak ada pembicaraan lainnya. Raka mengantarkan Tata sampai di rumahnya, bahkan ia masuk ke dalam kamar Tata yang serba putih tetapi langit – langit kamarnya berwarna biru langit dengan gambar awan. Tidak banyak boneka di kamar itu, padahal biasanya kamar anak perempuan isinya itu boneka. Meja belajar yang terdapat alat tulis dan juga tumpukan buk pelajaran. Ruang kamar yang begitu simple tidak banyak yang ada di dalam kamarnya.     

"Terimakasih kak," ucap Tata kemudian ia memiringkan tubuhnya untuk mengambil gulingnya dan ia pun memjamkan matanya.     

Raka keluar dari kamar Tata, Nathan masih melepaskan sepatu adiknya yang belum terlepas dan juga meletakkan tas sekolahnya di kursi meja belajarnya. Ia pun baru ke luar dari kamar dan menghampiri Raka.     

"Bang, mau makan siang dulu?" tanya Nathan.     

"Enggak, gua langsung pulang saja," ucap Raka.     

"Oh, baiklah," jawab Nathan singkat. Raka pun melangkahkan kakinya ke luar dari rumah Natham dan Tata. Di rumah itu, Nathan dan Tata hanya berdua saja, karena ayahnya bekerja sedangkan ibunya yang seorang penulis itu sedang ada urusan di luar.     

TBC….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.