Menikah dengan Mantan

WARNING!! JANGAN BUKA SEBELUM GANTI JUDUL



WARNING!! JANGAN BUKA SEBELUM GANTI JUDUL

2Entah apa yang ia pikirkan, ia mengangkat tubuh Qia hati-hati kemudian membawa Qia masuk ke dalam mobilnya. Ia menidurkan Qia di jok belakang. Dia bingung harus membawa Qia kemana, membawa pulang ia malas mendengar pertanyaan Kakeknya. Di bawa ke hotel, dia takut ada apa-apa. Ia melirik wajah Qia yang tertidur dari kaca spion kemudian ia menatap ke jalanan.     

Setelah berpikir cukup lama ia pun memutuskan untuk membawa Qia ke appartement Raka. Sebelum ia sampai di appartement Raka, ia memilih untuk berhenti di minimarket dan membeli pembalut juga minuman pereda nyeri ketika datang bulan. Ia memang tidak pernah memiliki teman dekat tapi ia dulu pernah memiliki kekasih wanita semasa SMA. Walau ia tidak begitu peduli dan mereka berpacaran hanya satu tahun tapi, ia memperhatikan apa saja yang wanita butuhkan ketika nyeri datang bulan.     

Dengan sedikit ke susahan Kenan membawa belanjaan yang dia perlukan dan juga menggendong Qia ala brydal style. "Ini orang tidur apa mati?" gerutunya di dalam lift sambil menatap wajah Qia. Ia menatap wajah Qia yang mengernyitkan dahinya matanya memicing saat ia melihat ada bekas luka memanjang di kening Qia hingga ke kepalanya.     

Pintu lift terbuka dan menyadarkan Kenan yang sedang fokus menatap bekas luka Qia. Ia segera ke luar dari lift dan berjalan ke appartement Raka. Ia menekan bel appartement, tapi tidak ada seseorang yang menjawabnya. Akhirnya dengan susah payah ia membuka pintu appartement Raka.     

"Sepertinya dia belum pulang," ucap Kenan yang melihat lampu masih padam. Ia pun segera membawa Qia ke dalam kamar dan merebahkan tubuh Qia hati-hati.     

Kenan mengelimuti tubuh Qia hingga bahu kemudia menghidupkan ac. Ia berjalan ke luar sambil membawa botol air mineral yanh tadi sempat ia beli. Ia menuangkan separuh airnya ke dalam teko dan ia pun merebusnya. Ia mematika ln kompornya ketika airnya sudah mendidih kemudian ia menambahkan setengah air yang masih tersisa ke dalam air panas. Ia mencoba memasukkan tangannya apakah airnya panas atau sudah hangat.     

Ia menambahkan sedikit lagi air karena masih cukuo panas. Setelah di rasa hangat ia menuangkannya ke dalam botol air mineral tadi tidak sampai penuh. Ia kembali masuk ke dalam kamar dan berjalan mengambil handuk kecil di dalam lemari. Ia membalutnya ke botol kemudian ia duduk di sebelaj Qia yanh masih memejamkan matanya dengan wajah menahan sakit. Kenan menyingkap selimutnya dan tanpa malu, tangannya masuk ke dalam kaos Qia kemudian menekan handuk hangat itu ke atas perut Qia.     

Perlahan tapi pasti wajah Qia berubah, ia sudah tidak merah sakit lagi. Kenan pun mengeluarkan botolnya dan membenarkan kaos Qia setelah itu ia kembali menyelimuti tubuh Qia. Kenan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.     

Setelah tiga puluh menit ia menyelesaikan ritual mandinya ia pun ke luar dari kamar mandi. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat Raka yang sudah melepaskan pakaian atasnya juga celana panjangnya. "Aku akan membuatmu terbanh malam ini," ucap Raka dengan senyumanya.     

Dengan cepat Kenan berlari menghampiri Raka. Ia menahan tubuh Raka dan dengan sigap ia mengangkat tubuh Raka seperti karung beras. Raka berteriak dan memukuli punggung Kenan. Kenan segera membawa Raka ke luar daei kamar kemudian mengunci pintu kamar yang di tempati Qia untuk berjaga-jaga.     

Kenan menjatuhkan tubuh Raka ke atas sofa membuat Raka uring-uringan. "Minggir!" usir Raka sambil mendorong tubuh Kenan yang ada di atas tubuhnya dengan tangan Kenan yang menahan rtubuhnya agar tidak menimpa tubuh kekasihnya yang sedang mabuk ini.     

"Bisa-bisanya kamu mabuk," ucap Kenan dengan tatapan jengahnya. Raka meracau sambil mendorong-dorong dada Kenan.     

Saat sedang mabuk seperti ini, Raka menjadi tidak berdaya. Untung saja saat seperti ini belum ada orang yang memanfaatkannya. Kenan sudah sering menegurnya untuk tidak minum-minum lagi, tapi tetap saja Raka terus-terusan minum. Di sofa yang bisa di tempati untuk dua orang itu, Kenan pun memeluk tubuh Raka erat supaya kekasihnya itu bisa diam.     

Ia mulai memejamkan matanya karena tubuhnya masih terasa lelah. Ia pun mulai tertidur dan Raka pun sudah mulai tenang, bahkan dirinya kini sudah memeluk tubuh Kenan dengan nyaman.     

***     

Pagi pun tiba, Qia membuka matanya sambil mengucek matanya. Sakit perutnya sudah tidak begitu terasa, ia segera terlonjak bangun ketika merasakan sesuatu hangat di bagian bokongnya mengalir. Qia pun terjatuh karena dia tidak sadar jika ia tidur di atas tempat tidur.     

Qia menatap kesekelilingnya yang nampak gelap. Ia pun berdiri kemudian melihat kesekelilingnya. "Kamar siapa ini?" tanya heran.     

"Bukannya aku tadi malam tidur di lantai, ya?" tanyanya lagi. Kemudian ia pun langsung mengecek ke adaannya pakaiannya masih utuh tidak ada yang berganti. Ia membuka gorden yang ada di belakang tubuhnya. Matahari belum menampakkan sinarnya yang menandakan ini belum kesiangan. Ia mencari pintu ke luar, saat menemukan pintu ke luar ia pun membukanya. Syangnya pintu terkunci, perasaan takutpun mulai ia rasakan. Ia memundurkan tubuhnya karena takut dan tidak sengaja tangannya yang memegangi dinding menghidupkan saklar lampunya.     

Matanya menyipit karena pancaran cahaya yang menyilaukan. Qia pun menatap sekitarnya, ia cukup takjup melihat kamar yang begitu luas dan tersusun rapih. Ia memicingkan matanya dan segera menghampiri tasnya yang ada di meja nakas.     

Ia mengambil handphonennya untuk menelpon polisi, sayangnya keberuntungan belum ia dapat. Handphonemnya mati karena kehabisan daya. Tiba-tiba suara kunci terbuka, Qia membularkan matanya. Matanya lanngsung mencari sesuatu barang untuk menolongnya. Qia mengambil seprotan cabai yang selalu ia bawa du dalam tasnya. Ia menyelempangkan tasnya kemudian mematikan saklar dan bersembunyi di balik pintu.     

Kenan masuk ke dalam dan menghidupkan saklarnya. "Kemana wanita itu?" tanyanya heran sambil mengucek matanya.     

Kenan membalikkan tubuhnya dan saat itu Qia langsung menyemprotkan semprotam cabai yang membuay Kenan langsung memekik kaget. Qia mendorong tubuh Kenan hingga terjungkal ia pun segera lari dari kamar. "Aapaan sih, ribut-ribut?" tanya Raka yang duduk di sofa sambil mereganggakan otot-ototnya membuat Qia langsung membalikkan tubuhnya karena malu melihat tubuh polos Raka yang hanya menggunakan boxer.     

"Apa kau sudah gila, hah!" marah Kenan berjalan ke luar. Untung saja saat Qia menyemprotkan semprotan cabainya, Kenan sedang menguap dan memejamkan matanya sehingga matanya tidak perih. Hanya wajahnya saja yang sedikit panas.     

"Kau berdarah!" pekik Raka saat melihat noda merah di pantat Qia. Qia pun langsung melepaskan tas selempangnya dan menutupi bokongnya.     

"Dasar wanita rendahan! tidak tahu terimakasih! Di tolong malah ngelunjak!" maki Kenan yang kini berdiri di hadapan Qia.     

Qia memegangi semprotan cabainya dengan tangan bergetar. Kenan dengan kasar mengambil semprotannya dan membantingnya dengan kasar. "Kenan!" teriak Raka memperingati.     

"Diam!" peringat Kenan menatap tajam Raka.     

"Pak, Pak Kenan," ucap Qia tergagap sambil mendongakkan kepalanya.     

"Apa?" tanya Kenan marah.     

"Ma...maafin saya, Pak. Saya gak tahu kalau tadi bapak, saya fikir bapak penculik!"     

"Bodoh! mana ada penculik membawa ke appartement mewah seperti ini, hah!" maki Kenan.     

"Maaf, Pak. Saya benar-benar tidak tahu," ucap Qia memnundukkan kepalanya.     

"Dasar, rendahan. Kamu sekaya apa sampai di culik, bahkan jika di jual di club malam pun, tubuhmu tidak menjual. Dada rata, pantat tepos, badan kurus seperti triplek apa yanh mau di jual!" marah Kenan.     

"Kenan, hentikan!"     

"Diam! Kamu gaknusah ikut campur. Dia cuma wanita rendahan, jadi kau diam."     

"Ini appartemenku, jangan mencari keributan di pagi-pagi buta seperti iji!" tegas Raka membuat Kenan mengepalkan tangannya.     

"Siapa namamu?" tanya Raka yang kini sudah berdiri di samping Qia.     

"Bapak bisa panggil saya Qia,"     

"Qia, tatap mata orang yang sedang kamu ajak bicara," ucap Raka membuat Qia kini langsung menatapnya.     

"Kamu!" ucap Raka sedikit terkejut.     

"Pak," ucao Qia sedikit malu. Kenan kini menatap Raka dengan mengernyitkan dahinya.     

"Kita ketemu lagi,"     

"I...iya, pak," jawab Qia tergagap.     

"Nama saya Raka dan jangan panggil saya Pak kalau di luar kantor, saya masih single belum punya anak," ucap Raka seraya tersenyum membuay Kenan tidak suka melihatnya. Raka tidak peduli dengan Kenan yanh ada di dekatnya, kekasihnya itu sudah tahu bagaimana dirinya.     

"Ah, Qia, lebih baik kamu bersihkan tubuhmu, pasti bagian bawahmu sudah tidak nyaman,"     

"Gak perlu Pak--"     

"Jangan panggil saya, Pak." potong Raka cepat.     

"Tapi--"     

"Ini bukan di kantor, jadi tidak apa jika kamu memanggil saya tanpa ada embel-embel Pak. Kamu bisa panggil saya Raka,"     

"Abang, boleh saya panggil abang?" tanya Qia takut-takut.     

Raka tersenyum, "tentu saja boleh. Kamu bisa panggil saya Abang dan kamu juga bisa panggil Kenan dengan sebutan Abang."     

"Aku tidak mau!" ketus Kenan.     

"Terus, kamu mau di panggil apa?" tanya Raka malas.     

"Pak, panggil saya, Pak, karena saya atasan kamu!" tegas Kenan sambil menatap Qia.     

"Baik, Pak," jawab Qia menundukkan kepalanya.     

Raka hanya memutar malas bola matanya mendengar ucapan Kenan. "Ya, sudah Qia, lebih baik kamu mandi. Kamu nanti bisa pakai baju kekasih saya yang sudah tidak di pakai,"     

"Gak perlu Bang, saya bisa pulang saja."     

"Dengan bagian belakang pakaianmunyanh berdarah?" tanya Raka tidak habis pikir.     

"Saya bisa menutupinya dengan tas, Bang."     

"Sudah, kamu mandi! Gak perlu merasa tidak enak,"     

"Tapi--" ucapan Qia berhenti karena Raka sudah memegang ke dua bahunya dan mendorong tubuhnya masuk ke dalam kamar. Ia kemudian mendorong Qia masuk ke kamar mandinya.     

"Sudah mandilah, siniin tas kamu," Qia pun menyerahkan tasnya kemudian Raka menarik handle pintu kamar mandi untuk menutup pintunya.     

Raka meletakkan tas Qia di atas meja nakas kemudian ia berjalan ke arah lemari pakaian untuk mengambilkan pakaian untuk Qia. Ia mengambilkan sebua dress yang panjangnya mungkin selutut dengan tali spagethi. Ia juga mengambilkan celana dalam, celana pendek juga bra. Entah cukup atau tidak yang oenting lengkap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.