Menikah dengan Mantan

WARNING!! JANGAN BUKA SEBELUM GANTI JUDUL



WARNING!! JANGAN BUKA SEBELUM GANTI JUDUL

0HAI HULA HULA…     

HAPPY READING….     

Ketika di parkiran mobil Qia menatap mobil yang akan ia masuki. Qia diam menatap mobil itu, sedangkan Kenan sudah masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Bayangan kecelakaan itu membuat Qia meragu. Raka yang akan masuk pun diam dengan berdiri di depan pingtu mobil bagian belakang yang terbuka.     

"Ayo, Qi, masuk. Kamu nunggu apa lagi?" tanya Raka menyadarkan Qia dari lamunannya.     

"Aku naik bis aja kak," ucap Qia kemudian ia berbalik. Ia pun segera melangkah menjauh dari mobil membuat Kenan mengernyitkan dahinya ketika melihat Qia yang malah pergi menjauh.     

"Cepat naik!" perintah Kenan pada Raka yang masih beridir di depan pintu.     

"Qia?"     

"Ya kita susul," jawab Kenan.     

Raka pun segera masuk ke dalam mobil dan Kenan pun segera melajukan mobilnya untuk menyusul Qia. Mobil Kenan kini melaju di samping Qi adan Kenan membunyikan klakson seraya menurunkan kaca mobil ssampingnya.     

"Qi, masuk. Kamu mau kemana?"     

"Aku mau naik bis aja kak," jawab Qia yang masih berjalan tanpa menoleh ke arah Kenan dan Raka. Kenan pun langsung menghentikan mobilnya tepat di depan Qia supaya Qia berhenti berjalan. Hal itu sungguh membuat Raka dan Qia terkejut karena Kenan yang menghentikan mobilnya tiba-tiba di depannya.     

Kenan pun segera turun dari dalam mobil dan berjalan ke arah Qia berada. "Ini sudah malam, lebih baik naik ke mobil sekarang!" perintah Kenan yang sudah membukakan pintu mobil sebelah kemudi.     

"Enggak kak, aku naik bis aja."     

"Qia!" bentak Kenan. Ia sudah lelah apalagi tadi ia smepat kesal karena Qia merengek seperti anak kecil di depan dokter tadi. Jadi, sekarang ia benar-benar tidak mau di ajak rebut.     

"Qia enggak mau kak, Qia enggak mau!" teriak Qia kemudian ia berjalan melewati Kenan. Namun, belum sempat ia benar-benar berjalan Kenan menarik pergelangan tangan Qia kemudian mendorong tubuh Qia masuk ke mobil.     

"Kak!" pekik Qia kemudian ia langsung mendudukkan dirinya di tanah.     

"Qia!" bentak Kenan karena Qia malah duduk di tanah.     

Qia menggelengkan kepalanya kemudian ia malah memeluk menekuk kakinya dan memeluk kakinya. Raka pun yang melihatnya segera kelar dan berjongkok di samping Qia. Tanpa aba-aba, Raka langsung membawa Qia kedalam pelukannya. Qia pun langsung menangis keras di pelukan Raka. Kenan pun sudah memejamkan matanya erat-erat melihat hal di depannya ini.     

Ingin rasanya ia menghajar Raka karena berani-beraninya memeluk tubuh Qia. "Tenang, ada abang di sini, hum," ucap Raka seraya menepuk-nepuk lengan Qia.     

"Mau sampai kapan kamu begini. Aku yang kemarin mengalami kecelakaan yang sama denganmu saja tidak ada masalah!" ucap Kenan yang kesal. Ia merasa Qia tidak mau naik ke dalam mobil pasti ada hubungan dengan kecelakaan yang menimpa mereka kemarin.     

Qia semakin menangis keras mendengarnya membuat Raka semakin mengeratkan pelukannya. "Qia, kamu harus bangkit. Jangan terus terjerat dalam masalalu. Apa kamu sama sekali enggak mau sembuh?" tanya Kenan yang terdengar begitu frustasi.     

Ia lelah ama-lama menghadapi Qia yang terus ketakutan seperti ini. Awalnya ia akan menerima saja dengan keadadn Qia, tetapi lama-lama ia kesal dengan keadaan Qia. Dirinya saja tidak ada masalah sama sekali dengan kecelakaan itu. Ia masih bisa membawa mobil tanpa takut sedikitpun. Hanya saja sekarang dia lebih mawas lagi tidak sembrono membawa mobil supaya ia tidak mengalami kecelakaan lagi.     

"Qia!" panggil Kenan dengan suara meninggi dan wajah frustasinya. Bahkan dirinya saja sampai menjambak rambutnya kerana tidak tahan dengan Qia yang terus saja menangis.     

Kenan pun berjongkok epat di sampaing Qia. "Apa kamu lupa aku tidak suka melihat wanita menangis?" tanya Kenan dengan suara melembutnya tetapi penuh dengan nada mengingatkan.     

Tidak tahan dengan sikap Kenan Raka pun kini menatap Kenan begitu tajam. "Berhenti Ken, cukup ucapan kamu yang nyakitin. Kamu enggak bisa maksa Qia untuk melawan ketakutannya. Setiap orang punya batasan rasa sakitnya, jadi jangan paksa Qia untuk meawan keatkutannya. Biarkan dirinya sendiri yang melakukannya."     

"Ka!" bentak Kenan tidak suka Raka membela Qia.     

"Berkacalah pada diri kamu sendiri, bukankah kamu membenci wanita dan menganggap wanita itu sampah. Sampai detik inipun masih sama kamu menganggap wnaita itu sampah. Jadi, jangan paksa Qia untuk berani mealwan traumanya jika kamu sendiri belum bisa mengatasi kebencian kamu terhadap wanita!" tegas Raka membuat Kenan langsung terdiam.     

Qia masih saja menangis, hanya saja suaranya sekarang lebih kecil. "Kita pulang ya, aku akan temani kamu naik bis," ucap elang dengan suara lembutnya.     

Qia menganggukkan kepalana sebagai jawaban. Raka pun membantu Qia berdiri dari duduknya kemudian ia membersihkan bokong Qia dengan menepuk-nepuknya. "Jangan tepuk-tepuk, kak," ucap Qia kemudian menjauh dari Raka untuk membersihkan bokognya.     

Qia paling tidak suka jika bokokngnya di tepuk-tepuk orang, itu sebabnya dia tadi langsung protes. Wajah Qia yang masih basa dengan air mata menatap Kenan yang terdiam. Karenaia tadi habis menangis, air matanya pun membuat pandangannya buram. Melihat Kenan yang berjongkok ia pun kembali berjongkok membuat Raka mengernyitkan dahinya melihat tindakan Qia.     

"Maafin Qia kak," ucap Qia dengan suara lirihnya dengan satu tangannya memegang lengan atas Kenan.     

Kenan yang tadi menundukk kini mendongakkan kepalanya menatap Qia. "Qia minta maaf enggak bisa jadi peremuan kuat seperti yang kakak minta. Selama 9 tahun ini Qia sudah berusaha untuk jadi wanita kuat, tapi Qia gagal. Maafin Qia kak," ucap QIa yang matanya mulai berkaca-kaca lagi.     

Kenan yang tidak suka melihat Qia yang menangsi pun langsung membawa Qia ke pelukannya. Raka langsung membalikkan tubuhnya tidak mau menatap adegan di depannya saat ini. "Maafin Qia, kak," gumam Qia yang wajahnya berada di cerukan leher Kenan.     

Kenan tidak berucap dia malah mengeratkan pelukannya ke Qia. Setelah Qia puas menangis ia pun membantu Qia berdiri. "Ka, Aku minta tolong bawa mobil. Kalau kamu mau bawa pulang ke appartement kamu, bawa aja," ucap Kenan seraya menatap punggung Raka.     

"Hum," ucap Raka kemduian Kenan mengambil tas Qia yang ada di jok depan kemudian ia memeluk bahu Qia untuk berjalan bersama menuju halte bus.     

Raka menatap punggung Qia dan Kenan yang sudah menjauh. Antara sedih dan senang, melihatnya. Ketika ia melihat punggung Kenan ia merasa sedih, dan ketika melihat punggung Qia ia pun merasa sedih. Namun, perasaan sedih yang ia rasakan untuk Qia berbeda dengan rasa sedih yang ia rasakan pada Kenan. Rasa sedih yang ia rasakan pada Qia adalah rasa sedih melihat Qia yang seperti ini. Ia tidak suka dengan Qia yang sedang bersedih. Rasanya sungguh tidak nyaman melihat Qia seperti ini.     

Raka pun masuk ke mobil setelah Kenan dan Qia sudah sangat jauh. Ia pun melajukan mobilnya pulang ke appartementnya Sementara itu, Qia dan Kenan sedang menunggu bis di halte bis. Ini sudah pukul tujuh malam, jadi tidak tahu apakah masih ada bis di jam segini.     

"Apa jam segini masih ada bis?" tanya Kenan tiba-tiba karena sudah sekitar lima belas menit menunggu tidak ada bis yang berhenti.     

"Masih jam tujuh kak, jadi tunggu aja. Jadi santai, aku biasa pulang jam 10 malam saja masih ada bis yang lewat," ucap Qia seraya menatap jalanan yang tidak begitu padat di depannya.     

"Sebelum kamu bisa naik bis, bagaiman cara kamu bepergian?" tanya Kenan seraya menoleh ke arah Qia.     

Qia pun menoleh ke arah Kenan, "Naik ojek."     

"Terus, gimana bisa akhirnya kamu naik bis?"     

"Aku beraniin diri aku. Di dalam mobil aku akan mencubit diri aku supaya aku tetap sadar dan tidak memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi."     

"Kenapa kamu enggak bisa naik mobil pribadi, jika bis saja kamu bisa mengatasinya?" tanya Kenan lagi. Selama ini dia tidak bertanya tentang hal ini. Namun, hari ini ia seperti ingn tahu kenapa Qia bisa naik mobil angkutan umum tetapi hanya bis dan angkot. Sedangkang seperti taxi biasa dan taxi online Qia masih tidak bisa.     

Qia kembali menatap ke jalanan sebelum ia menjawab pertanyaan Kenan. "Kecelakaan itu terjadi ketika keluargaku pergi berlibur dan itu menggunakan mobil pribadi yang papa sewa untuk berlibur. Ya, jadi untuk mengtasi ketakutan itu aku masih belum bisa kak. Karena naik ke dalam mobil seperti itu seperti menaiki mobil yang membawa keluargaku menuju maut," ucap Qia kemudian ia menundukkan kepalanya sedih. Kenan meraih satu tangan Qia dan mengenggamnya. Ia tidak berkata apa-apa hanya mengenggam satu tangan Qia seerti sedang memberikan kekuatan melalu genggaman tangannya.     

Bis pun datang, Kenan dan Qia berdiri dan akan masuk ke bis. Namun, ketika akan menaiki bis langkah Qia terhenti. Qia mulai ketakutan dan kilasan balik masalalunya terlintas. Kenan menarik tangan Qia membuat Qia tersadar dari lamunan masalalunya. "Kita masuk, hum," ucap Kenan seray tersenyum hangat dengan suara lembutnya ia berkata.     

Qia pun naik ke bis dengan satu tangannya yang di genggam oleh Kenan. Genggaman Qia mengerat di tangan Kenan dan Kenan pun bisa merasakan hal itu. Bahkan ia bisa merasakan tangan Qia yang mulai dingin.     

Bisa yang mereka naiki kursinya sudah penuh dengan orang alhasil mereka pun berdiri. Qia yang tadinya akan berdiri dengan berpegangan pada gantungan yang ada di bus seketika tangannya di tarik untuk melingakar di tubuh Kenan. Qia pun tersenyum kemudian ia memeluk tubuh Kenan tanpa malu di tatap oleh orang-orang di dalam bis itu.     

Hari ini adalah moment Qia yang membahagiakan. Ia tidak perlu menyakiti dirinya sendiri agar tetap tersadar. Dengan memeluk Kenan ia bahagia dan sadar babhwa kini ada seseorang yang akan memeluknya ketika ia ketakutan.     

TBC…     

YO YO YO GUYS… GIMANA PART INI. ADA YANG SENYAM SENYUM KARENA KENAN KENA SEMPROT RAKA. ATAU SENYUM" KAREN SIKAP KENAN KE QIA?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.