Bab 94 \"MAU COBA?\"
Bab 94 \"MAU COBA?\"
BTW, ADA YANG IKUTAN CHALLENGE PART DUA KEMARIN. CUZ LAH HUBUNGI AKU DI IG : CHI_HYO_KI95 DAN FB : ACHI HYOKI95 ATAU BISA KOMENT DISINI LANGSUNG.
HAPPY READING GUY….
"Papa mau kamu jangan menghalangi pernikahan Kenan apalagi sampai mengancam Tata. Apa kamu tidak ingin melihat anakmu bahagia?" tanya Dermawan menyadarkan Carla dengan lamunannya dan ia menatap papanya seraya memegangi dadanya yang sesak.
"Jika kamu ingin membuat anakmu sembuh dan tidak membenci seorang wanita. Maka restui pernikahan mereka. Papa yakin 100 persen, Tata akan mengubah Kenan untuk kembali ke kodratnya."
Carla menatap papanya yang wajahnya penuh keyakinan. Tidak ada raut wajah ketidak yakinan di wajah tuanya yang sudah banyak keriput itu. Carla menghela napasnya, melihat wajah serius papanya tidak bisa membuatnya berkutik. Tanpa berkata apa-apa Carla hanya menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan pertanyaan papanya.
"Terimakasih," ucap Dermawan seraya tersenyum dan kerutan di wajahnya semakin terlihat ketika ia tersenyum.
Pesanan mereka pun datang dari minuman dan juga makanan mereka. Mereka pun makan bersama seraya membahas pernikahan seperti apa yang bagus untuk Kenan dan Qia. Kakek juga menceritakan tentang keadaan keluarga Qia. Hubungan Qia dengan Kenan yang di mulai sejak SMA dan beberapa informasi lainnya yang ia tahu tentang Qia.
Di tempat lain kini Raka sedang menghabiskan waktunya di appartement bersama Chika. Saat ini Raka sedang memasak untuk sarapan mereka. Chika menggunakan kemeja panjang milik Raka berwarna biru telur bebek yang panjang pakaian kebawahnya itu bisa menutupi hingga satu jengkal dari pinggul Chika. Ia kemudian memakai celana pendek Raka. Rambutnya masih basah karena Raka tidak punya pengering rambut.
"Sepertinya aku harus belajar memasak darimu," ucap Chika yang duduk seraya memperhatikan Raka yang terampil menggunakan alat-alat dapur.
"Aku hanya bisam memasak makanan yang biasa-biasa saja. Masakan kamu pasti lebih enak."
"Aku enggak bisa masak. Ya, walau aku memiliki ibu tiri dan adik tiri yang tidak baik, tetapi mereka cukup takut memakan masakanku karena takut aku racuni."
"Hah, ada-ada saja. Jika ingin membunuh tidak secara terang-terangan juga," ucap Raka dan mentap Chika.
Chika menghendikkan kedua bahunya acuh tak acuh. "Oh iya, sejak kapan kamu mengalami ini dan dari kapan kamu mengetahui kamu memiliki sisi buruk bernama Scarlett?" tanya Raka yang kini fokus mengaduk sayuran yang sedang ia masak.
"Sejak kecil, ketika ibuku di bunuh oleh orang di hadapanku. Aku ingin melawan tetapi aku takut. Dan dari itu aku mulai merasa aneh."
"Aneh kenapa?"
"Aku sering tersadar di tempat-tempat yang tidak aku tahu. Itu sebabnya sewaktu aku terbangun di tempat tidur denganmu aku langsung bertanya siapa kamu."
"Hal-hal apa yang membuat kamu berubah menjadi Scarlett?" tanya Raka seraya menuangkan sayuran ke mangkuk saji.
Raka tadi hanya mendapat penjelasan tentang kepribadian ganda saja yang di alami oleh Chika. Dan apa saja penyebab orang mengalami kepribadian ganda. Ia belum mengetahui lebih lanjut tentang Chika kenapa bisa seperti ini dan hal-hal yang membuat dirinya bisa berubah menjadi Scarlett.
"Jika aku sedang merasa sangat terbebani dan ingin merasa bebas, maka Scalett akan muncul untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa aku lakukan."
"Kenapa tidak kamu sendiri yang melakukan hal-hal yang ingin kamua lakukan?" tanya Raka yang sedang melanjutkan ke masakan ke duanya. Ia sedang memasak sayur sop dan cumi asin sambal hijau. Dan saat ini ia sedang menumis sambal hijau untuk cumi asinnya.
"Aku terlalu takut untk melakukannya. Aku seorang wanita dan dari keluarga yang cukup terpandang. Melakukan hal-hal yang salah itu tidak pantas. Itu sebabnya aku tidak berani melakukannya."
"Hum, kamu menemukan orang yang tepat untuk membuatmu berani melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan," ucap Raka seraya tersenyum menatap Chika.
"Ngomong-ngomong, apa tidak masalah jika aku memintamu untuk mengendalikan Scarlett?" tanya Chika yang baru sadar jika ia belum tahu tentang Raka.
"Apa maksudmu kekasihku?" tanya Raka seraya menatap Chika.
"Iya," jawab Chika singkat.
"Tentu saja tidak akan menjadi masalah. Walau aku memiliki kekasih, itu tidak akan menjadi masalah. Dia hanya kekasih, bukan istriku jadi aku masih berhak untuk bersama siapa."
"Dasar pria, enak saja mempermainkan perasaan wanita."
"Hahaha, yang penting tidak sampai ketahuan saja jika aku memiliki kekasih lebih dari satu," ucap Rka seraya tertawa terbahak-bahak.
"Jangan mempermainkan perasaan wanita, nanti kamu kena tulanya baru tahu rasa," ucap Chika memperingati. Ia kemudian meminum teh hangatnya yang sudah mendingin.
"Ya, kalau itu aku sudah terbiasa ketika di tinggal pas lagi sayang-sayangnya," ucap Raka begitu santai seraya tersenyum.
Raka membawa mangkuk berisi sayur sop ke meja makan karena cumi asinnya sudah di aduk rata dan tinggal menunggu bumbunya merasuk ke cumi asinnya. "Hum, wangi sekali baunya," ucap Chika ketika mencium aroma sayur sopnya.
"Tentu saja wangi ada taburan bawang goreng yang membuat semakin wangi," jawab Raka kemudian ia kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya yang lain.
"Kelak yang akan menjadi istrimu akan beruntung tetapi juga rugi."
"Kenapa bisa begitu?" tanya Raka yang mematikan kompornya.
"Beruntung karena suaminya pintar masak dan pasti pintar menghasilkan uang. Ruginya, suaminya udah enggak orisinil lagi, hahaha," ucap Chika yang di akhiri dengan tawanya.
Raka tersenyum miring mendengar ucapan Chika. "Walau aku udah enggak orisinil yang penting aku bersih dan sudah pasti spermaku bibit unggulan."
"Dih, percaya diri banget anda," ucap Chika seraya tersenyum mengejek.
"Enggak percaya? Apa—" Raka sengaja menggantungkan kalaimatnya.
Ia berjalan ke meja makan sambil membaw piring berisi cumi asin sambal hijaunya. "Apa?" tanya Chika memicingkan matanya menatap Raka.
Raka tersenyum kemudian ia meminta Chika berdiri dan mendekatkan telinganya karena posisi Chika ada di sebrang meja makan. "Apa mau aku buktikan?" bisik Raka tepat di telinga Chika dan ia menjilat ujung telinga Chika membuat gelenyar aneh tiba-tiba menyerang tubuh Chika.
"Sialan!" umpat Chika dan ingin memukul Raka tetapi Raka segera menghindarinya. Ia pun membalikkan badannya untuk kembali ke dapur untuk membersihkan alat-alat yang habis ia gunakan.
"Jadi, apa kamu mau coba?" tanya Raka sedikit berteriak karena ia sedang menghidupkan keran di tempat cuci piring.
"Gila!" teriak Chika kesal.
Raka hanya tertawa saja mendengar suara kesal Chika. Ia tidak menyangka Chika yang hadir di hidupnya bisa sedikit membuat dirinya melupakan masalah yang ia hadapi dengan Kenan. Putus cinta ternyata memang sakit. Raka menghela napasnya dengan berat ketika mengingat kembali hubungannya yang telah usai dengan Kenan. Ia benar-benar tidak percaya jika dirinya di kalahkan oleh wanita seperti Qia.
TBC….
YEY… YUKS RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…