Menikah dengan Mantan

Bab 183 \"MAKAN BERSAMA\"



Bab 183 \"MAKAN BERSAMA\"

3HAI HULA HULA.. UP GUYS…     

MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.     

HAPPY READING…     

Qia langsung berjalan ke menghampiri Kenan yang masih berdiri di ambang pintu masuk ruangan istirahat. Ia kemudian mengalungkan tangannya di lengan Kenan dan tersenyum seraya mendongak menatap Kenan.     

"Makan, yuk," ajak Qia.     

"Bagaimana jika kita makan bersama?" usul Raka membuat Kenan, QIa dan Chika menatap ke arah Raka.     

"Boleh, ayo makan bareng," ucap Qia semangat.     

"Semangat banget kamu," ucap Kenan memicingkan matanya dan menatap Qia tidak suka melihat QIa yang begitu semangat.     

"Laper, jadi semangat," jawab Qia seraya tersenyum.     

"Begitu?" tanya Kenan menatap malas Qia.     

"Udah, ah. Yuk, cari makan di mana. Udah laper banget ini," ucap Qia seraya menarik lengan Kenan.     

"Mau makan di maba?" tanya Kenan seraya menatap Raka dan Chika bergantian.     

"Restoran yang deket di sini saja," jawab Raka menatap Kenan, Qia dan Chika.     

"Ya udah, yuk," ajak Qia dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan istirahat.     

"Kita jalan kaki saja ya," ucap Kenan seraya menoleh ke belakang untuk menatap Raka yang berjalan berisisian dengan Chika.     

Sedari tadi, Chika hanya diam saja melihat Raka. Sesekali ia melihat Qia yang bersikap mesra dengan Kenan. Ia ingin memeluk lengan Raka, hanya saja ia takut Raka menjadi tidak nyaman. Ketika di luar appartement Chika sedikit menjaga jaraknya dengan Raka karena takut Raka tidak nyaman dan dirinya juga tidak terbiasa mengubar hal-hal seperti yang Qia lakukan di depan umum.     

Raka juga hanya berjalan dengan kedua tangannya yang masuk ke dalam saku celananya tanpa berinisiatif untuk menggandeng tangan Chika. Dengan santainya ia berjalan begitu saja. "Gimana Chik?" tanya Raka seraya menoleh ke arah Chika.     

Chika yang melamun tersentak kaget dengan pertanyaan Raka yang tiba-tiba "Hah! Kenapa?" tanya Chika menatap Raka dengan tatapan bingung.     

"Mau jalan kaki enggak?"     

"Jalan kaki?" tanya Chika mengernyitkan dahinya.     

"Kita mau makan di restorant yang deket sini, mau jalan kaki enggak kamu?" tanya Raka menatap kesal Chika yang sepertinya sedang tidak fokus menurut Raka.     

Ia tidak suka jika ada orang yang melamun, apalagi orang itu sedang bersama dengan orang lain. Seperti Chika saat ini, Chika sedang bersama Raka, Kenan dan Qia. Apa yang harus di lamunkan oleh Chika. Jika Chika hanya berjalan sendirian tidak ada masalah, tetapi ini Chika sedang tidak berjalan sendirian.     

"Aku ngikut aja," jawab Chika.     

"Ya, udah. Kita jalan aja," ucap Raka.     

Mereka berempat pun berjalan menuju restoran yang dekat dengan kantor. Dengan Kenan yang berjalan di depan bersama Qia sedangkan Raka dan Chika berjalan di belakang Kenan dan Qia. Chika masih diam tidak banyak bicara sama sekali sedangkan Qia semakin memeluk lengan Kenan.     

Alasan Qia melakukannya semua itu karena ia ingin Kenan melupakan hal tadi. Ia malas berhadapan dengan kecemburuan tidak masuk akal Kenan. Lagi pula, Raka itu atasannya dan juga teman Kenan. Masa iya dirinya akan berselingkuh dengan Raka. Memang sih, perselingkuhan bisa di mana sja dan dengan siapa saja. Di lingkungan pekerjaan itu yang sering banyak terjadi perselingkuhan. Namun, Qia berani menjamin bahwa dirinya tidak akan berselingkuh di belakang Kenan.     

Jika Qia mau berselingkuh, kenapa tidak Qia lakukan sedari dulu. Ia ingat ketika SMA ada beberapa pria mendekatinya bahkan ia sempat suka dengan pria itu. Namun, Qia tidak mengikuti apa kata hatinya. Ia tetap memilih bersama dengan Kenan walau Kenan bersikap dingin. Bagi Qia jika ia sudah memutuskan sesuatu, maka ia harus menerima segala kosekuensi dari pilihannya. Jadi, ia memilih tetap bertahan dengan Kenan yang dingin padanya.     

Setelah Qia perlahan menjauh dari pria itu pun, pria itu berpacaran dengan seorang wanita. Jika ia serius dengan Qia, bukankah dia seharusnya berusaha lebih keras untuk mendekati Qia dan meyakinkan Qia bahwa ia lebih baik dari Kenan. Namun apa yang terjadi, pria itu menyerah dan berpacaran dengan wanita lain.     

Qia tersenyum seraya bergelanyut manja di lengan Kenan. Sedangkan Kenan hanya berwajah datar dan terus berjalan menuju restoran. "Makin cinta Qia sama kakak," ucap Qia yang mendongakkan kepalanya menatap Kenan seraya tersenyum sedangkan Kenan hanya diam saja mendengar ucapan Qia.     

Raka yang berjalan di belakang Qia dan Kenan hanya diam tidak berkata apa-apa. Tatapan matanya pun tidak dapat di artikan. Ia berjalan begitu saja, sedangkan Chika terus menatap Raka sesekali menatap pasangan pengantin baru Qia dan Kenan.     

Sekitar 11 menit mereka berjalan akahirnya mereka sampai di restorant. Mereka mencari tempat duduk sofa yang bisa di duduki oleh empat orang. Pelayang menghampiri mereka berempat untuk mencatat pesanan mereka. Setelah selesai mencatat pesanan mereka, pelayan pun permisi.     

Qia permisi ke kamar mandi bersamaan dengan Chika yang juga pergi ke toilet. "Besok kita berangkat secara terpisah," ucap Kenan tiba-tiba membuat Raka mengernyitkan dahinya.     

"Kenapa tidak bersama-sama saja?"     

"Aku takut kakek masih mengutus orang jadi kita berangkat terpisah saja, hanya kita satu penerbangan dan satu kursinya sebelahan saja. Tiket pesawat sudah ku pesankan, jadi kamu tidak perlu memesan lagi," ucap Kenan yang sedang menatap handphonenya seolah-olah ia sedang memainkan handphonenya padahal dia sedang berbicara dengan Raka.     

"Sampai di sana, apa kita akan pergi ke hotel secara terpisah?"     

"Aku rasa kita bisa pergi bersama. Karena anak buah kakek mungkin tidak akan mengikuti kita sampai Autralia."     

"Baiklah kaau begitu," jawab Raka yang hanya bisa menerima. "Besok penerbangan jam berapa?" tanya Raka yang kini juga memainkan handphonenya.     

"Jam 8 pagi," jawab Kenan singkat.     

Para wanita sudah kembali dari toilet dan mereka pun duduk di kursi mereka kembali. "Besok kalian jadi kan?" tanya Qia meantap Kenan dan Raka bergantian.     

"Iya," jawab Raka seraya menatap Qia.     

"Mau kemana?" tanya Chika yang akhirnya mengeluarkan suaranya.     

Ia sedari tadi hanya diam, hanya tadi saja ketika di tanya mau berjalan kaki saja atau mengendari mobil Chika baru berkata. "Besok aku dan Kenan akan ke Australia," jawab Chika seraya menatap Raka.     

"Hah! Ke Austrlia, besok?" tanya Chika mengulang ucapan Kenan.     

"Iya, aku ada urusan pekerjaan di Austrlia dengan Kenan."     

"Kenapa kamu enggak bilang?" tanya Chika tidak suka dengan Raka yang tidak membertahukan kepadanya.     

"Kamu sibuk dan aku juga lupa kalau besok berangkat ke Australia."     

"Aku calon istrimu, tapi bisa-bisanya kamu lupa jika kamu harus pergi ke Australia?" tanya Chika tidak percaya.     

Raka menahan dirinya untuk tidak marah dengan sikap Chika yang berlebihan. Dirinya memang calon istri Raka, tetapi hubungan mereka hanya sebatas hubungan simbiosis mutualisme. Jadi tidak ada salahnya jika Raka tidak memberi tahu tentang dirinya yang akan berangkat ke Australia.     

TBC…     

YO YO YO… GIMANA INI GUYS… SEPERTINYA PERSAAN CHIKA ENGGAK MAIN-MAIN YA SAMA RAKA. AKANKAH RAKA DAN CHIKA PADA AKHIRNYA BISA BERSAMA TANPA TERLIBAT HUBUNGAN SIMBIOSIS MUTUALISME LAGI.     

YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.