Menikah dengan Mantan

Bab 203 \"APA MAKSUD MARAHMU?\"



Bab 203 \"APA MAKSUD MARAHMU?\"

1HAI HULA HULA.. UP GUYS…     

MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.     

GUYS… MASIH ADA TIGA ORANG YANG BELUM HUBUNGIN AKU UNTUK MENGAMBIL HADIAN YANG UDAH AKU SIAPIN.     

OH IYA GUYS.. AKU ADA CERITA BARU YNG JUDULNYA PERNIKAHAN SATU MALAM. YUKS RAMAIKAN RIVIEW, KOMENT DAN POWER STONENYA GUYS…     

SEPERTI BIASA, KALAU BANYAK KASIH POWER STONE, AKU AKAN KASIH HADIAH UNTUK KALIAN.     

MAAF YA GUYS... AKU LAKUIN INI LAGI.     

HAPPY READING...     

Seorang pria yang tinggi, melebihi Kenan dan badannya berotot iti dengan pakaian kasualnya dan celana jens panjang bagian lututnya robek-robek itu pun tersenyum ke arah Chika. "Boleh aku duduk di sampingmu?" tanya pria itu lagi membuat Qia tersadar dari rasa terkejut dan terpesonanya pada pria di hadapannya ini.     

Oh, jangan salahkan Qia kalau matanya langsung hijau ketika melihat pria tampan di hadapannya. Bukan ia tidak setia pada satu pasangan, hanya saja apa salahnya kita mengagumi keindahan yang Allah ciptakan. Lagi pula, ia hanya mengagumi, bukan untuk memiliki apa yang ia kagumi.     

"Ah, silahkan," ucap Qia kemudian ia menggeser duduknya hingga sisi paling pinggir.     

Pria itu masih tersenyum kemudian ia duduk di dekat Qia. Ia mengambil sesuatu dari dalam kantong plastik yang ia bawa. Ia kemudian mengeluarkan kalenga minuman bersoda. "Mau minum?" tanya pria itu seraya mengulurkan satu kaleng minuman bersoda ke arah Qia.     

"Ah, makasih. Tapi enggak perlu," ucap Qia seraya menangkupkan ke dua tangannya di depan dada.     

"Minuman ini enggak beracun kok, atau pun bakalan yang macem-macem lainnya," ucap pria itu meyakinkan.     

Dengan ragu, Qia pun menerimanya. Pria itu membuka kaleng soda miliknya, kemudian ia bertanya, "Boleh aku berkenalan dengan mu?" tanyanya seraya menolehkan kepalanya menatap Qia yang hanya terdiam saja.     

"Maaf, sepertinya aku harus segera kembali ke dalam. Terimakasih minumannya," ucap Qia yang buru-buru berdiri dari duduknya. Qia yang terburu-buru tidak menyadari jika selendangnya yang panjang itu terinjak olehnya. Alhasil Qia pun akan terjatuh, tetapi dengan sigap pria tinggi itu menangkap tubuhnya.     

"Hati-hati," ucap pria itu seraya membantu Qia berdiri. Qia menjadi salah tingkah sendiri hanya karena perlakukan pria itu padanya.     

Ia pun kemudian mendorong pria itu agar menjauh darinya. "Terimakasih," ucap Qia seraya tersenyum kikuk. Ia pun segera melangkahkan kakinya pergi dari taman itu. Padahal ia masih inging menenangkan dirinya karena masalah Kenan. Namun, semua tidak sesuai dengan keinginannya karena datang pria tampan dan menganggunya itu.     

Qia berjalan terburu-buru untuk kembali ke tempat acara, ia membuang minuman itu ke tong sampah. Qia bukan orang yang menuda menerima minuman atau makanan yang di berikan orang lain padanya. Itu sebabnya, ia tadi sempat menolak walau pada akhirnya ia terima. Namun, minuman itu tidak akan ia minum. Sesampainya di dalam ballroom hotel itu, di mana pesta pernikahan di adakan. Qia tidak melihat Kenan sama sekali di tempatnya.     

Bahkan tas tangan miliknya yang ada di meja makanpun tidak ada. "Di mana kak Ken?" tanya Qia entah pada siapa.     

Qia kemudian berjalan untuk mencari keberadaan Kenan, ingin menelphone tapi ia tidak hafal dengan nomor telphonenya.Tiba-tiba, muncul ide di dalam otaknya untuk menghubungi Kenan dengan handphone mama mertuanya. Ia kemudian mencari keberadaan mama mertuanya dan tidak butuh waktu lama ia menemukan Carla yang sedang mengobrol dengan beberapa orang. "Permisi," sapa Qia pada semuanya membuat semua orang kini menoleh ke arah Qia.     

"Qia, ada apa?" tanya Carla menatap Qia.     

"Ma, boleh pinjam handphone enggak. Qia mau telephone kak Ken."     

"Memangnya Kenan kemana, handhphone kamu kemana?"     

"Tadi Qia pergi keluar sebentar karena pusing, tapi enggak bawa handphone dan juga ngasih tahu kak Ken. Waktu Qia balik lagi, Kak Ken udah enggak ada," jawab Qia jujur.     

"Ya, udah, nih. Kamu telephone Kenan," ucap Carla seraya mengulurkan handphonenya pada Qia.     

Baru juga ia akan mendial nomor handphone Kenan tiba-tiba seseorang menarik bahunya secaya kasar. "Kak Ken," ucap Qia terkejut.     

"Ikut aku!" tegas Kenan.     

"Eh, ini Ma, enggak jadi," ucap Qia seraya mengulurkan handphonenya pada Mamanya.     

Carla menatap putranya yang wajahnya terlihat marah itu dan ada sedikit memar di ujung bibirnya. "Ah, saya permisi dulu ya. Ada perlu sebentar," pamit Carla pada teman-temannya.     

Ia sungguh penasaran dengan apa yang terjadi pada putranya. Kenapa Kenan terlihat marah dan juga wajahnya terdapat lebam. Ia mengikuti langkah putra dan memnantunya itu dengan jarak yang aman agar tidak di ketahui. Ia mnegernyitkan dahinya ketika Kenan menarik tangan Qia menuju ke samping ballroom yang jelas-jelas itu hanya sebuah lorong yang yang tidak di gunakan. Kenan dan Qia kini sudah ada di lorong sepi itu, Carla sudah bersembunyi di balik tembok yang tidak jauh dari Kenan dan Qia berada.     

"Siapa laki-laki tadi?" tanya Kenan dengan nada suara dinginnya.     

"Maksud kakak?" tanya Qia tidak mengerti. Apalagi badannya terasa sakit karena Kenan mendorong tubuhnya kuat.     

"Jangan sok enggak tahu. Apa kamu pikir kamu pergi diam-diam dari acara dan menemui pria sialan itu aku tidak akan tahu?" tanya Kenan dengan suara meningginya.     

"Apaan sih, kak. Pria apa?" tanya Qia masih mencoba mengingat siapa pria yang di maksudkan Kenan.     

"Apa perlu aku seret pria sialan itu kehadapan kamu baru kamu ingat?"     

"Apa kakak tadi ke taman hotel?" tanya Qia mencoba menebak siapa pria yang di maksudkan Kenan, karena dia sendiri hanya ingat pria itu yang datang menghampirinya.     

Kenan tersenyum miring, "Jadi, siapa pria itu?" tanya Kenan dengan nada suara dingin dan suaranya di tekan.     

"Aku enggak kenal siapa pria itu. Tiba-tiba saja dia datang duduk di sebelah aku dan kasih aku minum. Aku memang menerimanya, tetapi enggak aku minum sama sekali. Aku beneran enggak tahu, kak. Siapa laki-laki itu!" jawab Qia dengan nada kesal. Kenapa Kenan harus bersikap seolah-olah dia mencintai Qia. Padahal, apa yang terjadi pada Kenan. Ia sendiri meras tidak suka dengan pernikahan ini. Lalu, untuk apa rasa marahnya ketika Qia dekat dengan orang lain?     

Tanpa mau berlama-lama di dekat Kenan, Qia pun memilih untuk segera pergi dari hadapan Kenan. Rasanya menyesakkan ketika sadar, rasa marah Kenan tidak berarti apa-apa. Ia hanya marah, tetapi cintanya untuk Chika. Baru juga selangkah Qia akan pergi dengan kuat Kenan menarik tubuh Qia dan wajah Qia menabrak dada bidang Kenan. Tanpa aba-aba, Kenan segera menangkup kedua pipi Qia dan ia melumat bibir Qia dengan sangat rakus. Sakit, rasanya sungguh sakit denga perlakuan Kenan seperti ini. Kenapa Kenan bisa seperti ini, ia tidak mengetahuinya.     

Qia berusaha menggerakkan kepalanya dan juga menggerakkan tangannya dengan mendorong dan memukuli tubuh Kenan, tetapi tidak berhasil sama sekali. Ia pun akhirnya mengigit bibir Kenan dengan kuat sehingga Kenan pun langsung memekik dan mendorong tubuh Qia menjauh. Saat Kenan mengusap bibirnya dan terdapat darah, ia langsung menatap marah pada Qia. Qia yang sudah merasa sakit hati pun kini menendang pedang pusaka milik Kenan kemudian pergi dari sana. Ia berlari sekuat tenaga tanpa peduli dengan Kenan yang kesakitan di miliknya. Clara yang melihatnya menatap miris putranya, tetapi ia sendiri menatap kepergian Qia dengan sedih. Apalagi Qia pergi dengan air mata yang membasahi wajahnya, yang berarti dia sedang tidak baik-baik saja.     

TBC…     

YO YO YO… GIMANA INI GUYS…     

YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.