Menikah dengan Mantan

Bab 208 \"LELAH\"



Bab 208 \"LELAH\"

2HAI… HULA-HULA… UP GUYS… MOGA SUKA YA…     

MAAF KAN DAKU KARENA TYPO MASIH BETEBARAN DI MANA-MANA.     

MAAF JUGA JIKA KALIAN TIDAK NYAMAN DENGAN APA YANG AKU LAKUKAN, SILAHKAN TINGGALKAN LAPAKNYA YA GUYS.. AKU ENGGAK MAKSA KALIAN KOK.     

HAPPY READING….     

Raka mulai membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah Chika yang masih tertidur dengan wajah lelahnya. Bukan karena mereka kelelahan setelah melakukan olahraga ranjang tetapi, semua karena mereka kelelahan dengan para tamu yang hadir. Tidak di sangka para tamu cukup banyak yang hadir, padahal mereka hanya mengundang sekitar 200 undangan saja dari kenalan mereka. Itu memang belum dari Papa Chika, yang memangg di beri sendiri undangan sekitar 600 undangan.     

Selesai acara Raka langsung pergi ke kamar untuk membersihkan diri, sedangkan Chika masih harus melepaskan pakaian dan riasannya terlebih dahulu. Selesai Raka mandi, ia sudah pergi ke tempat tidur memposisikan tubuhnya miring dengan bertopang satu tangannya seraya menatap Chika yang sedang membersihkan make-upnya. "Kenapa?" tanya Chika tanpa menoleh kea rah Raka.     

"Kamu cantik," ucap Raka seraya tersenyum.     

"Modus aja," cibir Chika kemudian berdiri dari duduknya untuk pergi ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.     

"Beneran kamu cantik," ucap Raka seraya mendudukkan dirinya dengan ke dua kakinya yang bersila.     

"berarti kemarin-kemarin enggak cantik?" tanya Chika yang terus berjalan ke kamar mandi tanpa menatap ke arah Raka.     

"Enggak!" jawab Raka spontan membuat Chika menghentikan langkahnya kemudian menatap Raka.     

"Apa kamu bilang?" tanya Chika memicingkan matanya.     

"Enggak!" jawab Rak denagn wajah sok polos.     

"Fuck!" umpat Chika seraya mengeluarkan satu jari tengah yang ia arahkan ke Raka. Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan masuk ke kamar mandi dengann tergesa-gesa sedangkan Raka malah tertawa terpingkal-pingkal melihat raut wajah Chika.     

Hari ini sepertinya Raka benar-benar bahagia, sedari pagi ia selalu tertawa dengan menjahili Chika. Melihat raut wajah marah Chika malah membuatnya senang. Entah, ini benar dia sedang bahagia atau tidak. Tapi yang pasti, jika orang melihatnya Raka benar-benar bahagia. Raka kini mengambil handphonenya dan memainkan game yang ada di handphonenya. Walau ia tidak begitu suka dengan game, tetapi ia terkadang masih memainkan gamenya.     

Pintu kamar mandi terbuka, Chika keluar dengan kaos dan celana pendeknya membuat Raka mengernyit. "Kok pakek kaos, sih?"     

"Lagi daoet," jawab Chika singkat tapi mampu membuat Raka terdiam sambil otaknya berpikir.     

"Apa dapet?" tanya Raka memikik kaget dan matanya membulat smepurna.     

Chika memutar malas bola matanya menatap Raka. Memangnya ada apa jika dirinya datang bulan, apa karena ini harusnya malam pertama mereka? Namun, untuk apa malam pertama. Mereka sudah memiliki malam pertama karena malam pertama mereka sudah sering di lakukan sebelum-sebelumnya.     

"Kok, dapet sih?" tanya Raka lagi dengan nada lesu.     

"Ya waktunya datang bulang, ya datang bulan. Memangnya datang bulan bisa di tahan? Enggak kak?" tanya Chika malas seraya naik ke atas tempat tidur.     

"Kan, ini malam pertama kita," ucap Raka dengan nada lesunya.     

"Mana ada malam pertama?"     

"Ya ada lah, ini, kan malam pertama kita setalah resmi menikah," ucap Raka yang mendekatkan dirinya ke tubuh Chika.     

"Ish, minggir. Enggak usah dekat-dekat!" ketus Chika seraya mendorong tubuh Raka agar menjauh dari dirinya.     

"Ih, sok, jual mahal. Sebelumnya aja enggak pernah jual mahal," ucap Raka menjauhkan tubuhnya dari Chika.     

"Bodo amat!" kesal Chika kemudian memiringkan tubuhnya. Raka mendengkus kesal mendengar jawaban dari Chika.     

Chika pun yang tubuhnya terasa lelah di tambah ia harus memasang wajah palsu di depan Papanya itu malas sekali. Ia muak melihat wajah Papa dan si Mama tirinya yang terlihat tersenyum di depan orang nyatanya mereka tidak ada yang setuju jika mereka menikah dengan Raka. Benar-benar memuakkan menurut Chika. Ia pun mulai memejamkan matanya dan masuk kea lam mimpinya. Suara dengkuran halus memasukki pendengaran Raka. Perlahan Raka mendekatkan dirinyanya ke arah Chika kemudian satu tangannya ia selipkan ke bawah leher Chika.     

Ia perlahan memindahkan kepala Chika di lengannya, Chika sama sekali tidak bangun ia malah memeluk tubuh Raka membuat Raka tersenyum. Raka menatap wajah lelah Chika yang tergurat jelas di wajahnya itu. Raka merapihkan helaian rambuta Chika yang sedikit menutupi wajahnya. Lama ia memandangi wajah Chika, lama-lama ia pun ikut tertidur menyusul Chika yang sudah lebih dulu tertidur.     

Chika mulai terusik dari tidurnya ketika tangan Raka mulai mengusap-usap lembut pipinya. Ia membuka matanya secara perlahan membuat Raka tersenyum. "Pagi, istriku," sapa Raka seraya tersenyum.     

"Hum," jawab Chika yang malas.     

"Seharusnya jawabnya pagi juga suamiku," protes Raka.     

Chika yang tadinya ingin memejamkan matanya kembali tidak jadi karena ucapan Raka. Ia kini menjauhkan tubuhnya dan tangannya terulur untuk menyenuh kening Raka membuat Raka mengernyitkan dahinya dengan perlakuan Chika. "Badan kamu enggak panas" ucap Chika yang kini mngernyitkan dahinya.     

"Ya, iyalah. Aku enggak sakit!" kesal Raka menatap Chika.     

Chika mendudukkan dirinya dan meregangkan otot-ototnya. Ia menguap lebar tanpa menutup mulutnya. "Kalau nguap itu di tutup mulutnya," ucap Raka yang kini sudah mendudukkan dirinya juga. Chika menoleh ke Raka tanpa berucap apapun membuat Raka memutar malas bola matanya.     

Chika turun dari tempat tidur dan berjalan ke koper untuk mengambil pakaiannya, ia kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah mendapatkan pakaian yang ia mau. Raka turun dari tempat tidur kemudian berjalan ke arah meja untuk membuat teh. Ia menuangkan air mineral ke dalam teko air panas kemudian meracik tehnya.     

Ia berjalan kea rah balkon dan membuka tirainya. Ia juga membuka jendelanya untuk bisa merasakan cuaca pagi yang segar karena semalam hujan lebat. Ia ingat bagaimana suara gemuruh Guntur dan petir yang salin bersahutan membuat Chika merapatkan tubuhnya tanpa sadar. Raka juga terbangun ketika suara Guntur yang begitu menggelegar. Tadi malam rasanya bumi seperti akan meledak mendengat Guntur yang begitu kuat apalagi suara kilat yang seolah-olah membelah langit itu. Ia bisa melihat kilatan merah itu dari kaca jendela balkon. Raka memegangi dadanya yang sakit karena menghirup dalam udara dingin pagi ini. Rasanya dadanya langsung dingin karena udaranya yang dingin itu.     

Raka kembali masuk ke dalam lagi, karena rasa dingin yang menusuk tubuhnya. Ia menutup pintu balkon, kemudian berjalan ke arah tempat tidur. Airnya sudah mendidih, ia pun mencabut kabelnya kemudian menuangkan airnya ke dalam gelas yang sudah ia siapkan. Ia juga membuatkan teh untuk Chika. Raka menoleh ke arah kamar mandi dan melihat Chika yang sudah tampil rapih dengan dress berwarna putih dan celana jens berwana hitam. Rambutnya di balut dengan handuk karena ia keramas. "Hari iini jadi berangkat Malang?" tanya Raka menatap Chika yang berjalan ke arahnya.     

"Jadilah, kenapa enggak jadi?" tanya Chika heran seraya mengusuk rambutna yang basah.     

"Kamu kan lagi depet, enggak bisa main dong," ucap Raka lesu.     

"Sehari, otakmu enggak mikir selakangan bisa enggak sih?" tanya Chika kesal.     

TBC….     

YE YE YE… ENGGAK JADI MAIN, WKWKWKWK.. HAYO.. NGAKU SIAPA YANG NUNGGU" KENAN MAIN SQUISHI SAMA QIQ? WKWKWK… MOHON MAAF YA GUYS…BELUM WAKTUNYA MEREKA BERMAIN SQUISHI.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.