Bab 209 \"dr. LINTANG GALAXI PUTRA, Sp.N(K)\"
Bab 209 \"dr. LINTANG GALAXI PUTRA, Sp.N(K)\"
MAAF KAN DAKU KARENA TYPO MASIH BETEBARAN DI MANA-MANA.
GUYS... KALAU ENGGAK NYAMAN, KALIAN BOLEH TINGGALKAN LAPAK INI YA... WEHEHE... BUKAN SOMBONG ATAU APA. AKU MAH PENULIS BIASA BELUM BAGUS, JADI KALAU MERASA ENGGAK NYAMAN DI LAPAK INI, SILAHKAN TINGGALKAN SAJA.
HAPPY READING….
Kenan terbangun dari tidurnya, ia meraba-raba di sebelahnya. Tidak ada orang sama sekali membuat Kenan langsung menatap sebelahnya. Tidak ada Qia sama sekali, ia pun segera bangun dan menatap ke seluruh kamarnya. Ia pun menajamkan telinganya apaka Qia ada di kamar mandi. Kenan pun menatap jam di dinding dan sudah pukul 9 pagi. Kenan menghela napasnya kemudian memijit pangkala hidungnya untuk meredakan rasa pusingnya. Ia turun dari tempat tidur kemudian berjalan ke kamar mandi.
Kenan berendam di dalam bathub untuk merilex'kan tubuhnya. Ia juga menghidupkan aroma terapi. Hari ini tidak ada jadwal penting yang harus ia lakukan, jadi ia tidak begitu terburu-buru berangkat bekerja. Hanya beberapa hal yang harus ia lakukan tetapi tidak begitu terburu-buru. Kenan menikmati berendam dengan air hangat yang di tambah dengan bubuk susu. Tidak seperti Kenan yang sedang menikmati berendamnya, Qia saat ini sedang di dalam ruangannya dan berhadapan dengan seorang klient yang datang. Ia seorang dokter darisalah satu rumah sakit swasta.
Dokter itu ingin menggunakan jasa perusahaan untuk medesai ruangan bagi penderita kanker supaya mereka lebih rilex menjalani pengobatan. Apalagi para pasien terdiri dari pasien anak-anak dan remaja. Ke fokusan Qia hilang karena ada dokter lain yang menemani dokter pria paruh baya. Seorang dokter muda dengan tampilan yang sedikit urakan dan satu lagi, ia adalah pria yang mendekati Qia semalam. Pria itu ternyata seorang dokter syraf keponakan dari pria paruh baya yang saat ini sednag mendiskusikan ruangan seperti apa untuk seorang pasien anak-anak penderita kanker. Hal yang membuat Qia tidak fokus adalah ketika pria itu mengerlingkan matanya beberapa kali ketika ia tidak sengaja menatap ke pria itu.
Qia berusaha fokus dan mengusulkan beberapa hal. "Bagaimana jika hari ini anda ikut saja pergi ke rumah sakit untuk melihat tempatnya?" usul si dokter muda berpenampilan urakan itu. Bagaimana Qia tidak menyebut penampilannya urakan jika rambutnya di sisir acak, celana jens robek-robek di bagian lututnya dan kemejanya yang sengaja di kancing tinggi sebelang. Jadi bagian atas tersisa satu kancing, bagian bawah tersisa satu lubang kancing.
"Ah, iya. Bagaimana jika hari ini anda ikut saya ke rumah sakit. Nanti ponakan saya bisa menemani anda berkeliling ke rumah sakit," ucap pria paruh baya itu. Pria paruh baya bernama Dr.dr. Angga Prambudi, S.pB.(K)On serta keponakannya yang bernama dr. Lintang Galaxi Putra Sp.N(K) itu menatap ke arah Qia.
"Baik, pak. Hari ini saya akan ke rumah sakit untuk mengecek lokasi," jawab Qia seraya tersenyum.
Mereka semua pun berdiri dari duduknya, Qia mengambil beberapa barang di atas meja dan memasukkannya kedalam tas. Ia pun tidak lupa membawa ipadnya supaya ia bisa langsung mendesainnya. "Pak Angga dan Pak Lintang bisa duluan ke rumah sakit, nanti saya menyusul," ucap Qia.
"Kamu bareng aku saja, akubawa motor jadi lebih cepat sampai ke rumah sakit," ucap Lintang seraya tersenyum manis menatap Qia.
Qia mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Lintang. Kenapa bisa Lintang menawarkan diri untuk pergi bersamanya apalagi ia mengatakan jika ia membawa motor. "Saya pergi sendiri saja, pak. Masih ada perlu sebentar, jadi saya akan menyusul," ucap Qia seraya menatap kea rah dr.Anggana.
"Ah, iya," jawab dr.Anggana.
Baru juga dr. Anggana menyelesaikan ucapannya tiba-tiba saja Lintang menarik pergelengan tangan Qia dan mengajak Qia berlari. Qia yang terkejut langsung mengikuti langkha Lintang yang membawanya ke tempat parkiran. "Ayo naik," ucap Lintang setelah ia naik ke atas tempat duduk kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Qia duduk ke atas motornya. "Maf, pak. Saya pergi sendiri saja," ucap Qia kemudian ia melangkahkan kakinya untuk pergi dari hadapan Lintang.
Lintang memegang pergelangan tangan Qia erat seraya tersenyum mentap Qia penuh arti. "Apa kamu yakin?" tanya Lintang penuh arti karena itu yang Qia rasakan saat ini. Sura Lintang biasanya tetapi syarat akan sesuatu hal.
"Tolong lepaskan tangan saya, pak."
"Apa kamu takut suamimu marah?" tanya Lintang menatap serius Qia tetapi senyuman itu terpatri di wajahnya. Qia merinding dengan senyuman yang di tampilkan oleh Lintang. Senyuman Lintang terkesan normal, tetapi Qia merasakan susuatu yang berbeda.
"Naiklah, suamimu ada di kantor, jadi mana mungkin dia akan tahu jika istrinya sedang dengan seorang pria. Lagi pula ini hanya masalah pekerjaan. Masa dia akan marah istrinya pergi dengan seorang klient?" tanya Lintang.
"Maaf, pak," ucap Qia dan menciba melepaskan pergelangan tangannya yang mulai di genggam erat oleh Lintang.
Lintang turun dari motornyanya dan tanpa aba-aba ia langsung menunduk dan menggendong tubuh Qia ala bridal style. Ia mendudukkan Qia ke jok motornya membuat Qia tidak bisa berkata apapun. dr. Lintang pun segera naik ke atas motor. Ia sebisa mungkin memengang tangan Qia supaya Qia tidak turun dari atas motor. Lintang segera menghidupkan motornya dan menjalankan motornya. Setelah motor berjalan stabil tangan Lintang berusaha meraih tangan Qia agar berpegangan pada pinggang Qia. "Bapak mau apa?" tanya Qia kesal."
"Saya lompat, kalau bapak mau macam-macam!" ancam Qia.
Lintang tidak peduli tangannya masih berusaha untuk meraih tangan Qia. Qia yang kesal pun berdiri dari posisinya dan akan melakukan apa yang ia ucapkan tadai pada Lintang. Lintang sudah bersikap kurang baik padanya . Jadi, ia tidak peduli jika ia harus terjatuh dan sampai lecet-lecet. Dulu ia pun pernah terjatuh dari motor karena baru-barunya ia membawa motor kakaknya. Lintang pun segera memegangi tangan Qia agar tidak melakukan hal nekat. "Jangan nekat kamu!" ucap Lintang dengan suara meninggi.
"Gua enggak peduli!" teriak Qia kesal.
"Oke, aku enggak pegang kamu. Duduklah, lagi," pinta Lintang yang kini dengan suara lembutnya.
Qia pun akhirnya duduk kembali, kemudian berusaha untuk menjauhkan dirinya dari tubuh Lintang. Kakinya berusaha menahan agar tubuhnya tidak merosot ke bawah. Jika ada orang yang melihat, pasti mereka akan menyangka Qia sedang marah pada Lintang karena jarak yang di bangun Qia. Qia yang tidak memakai helem karena Lintang tadi memaksanya naik. Lintang mencari jalan tikus untuk menghindari polisi. Ia terus melajukan motornya hingga ia sampai di rumah sakit. Qia segera turun dari atas motor dan wajahnya terlihat marah.
Ia ingin segera pergi, tetapi tidak mungkin ia lakukan. Karena ia sendiri ke rumah sakit karena pekerjaan yang ada di rumah sakit. Ia menunggu Lintang yang sedang memarkirkan motornya. Lintang berjalan kea rah Qia seraya tersenyum manis. Bahkan dengan tidak tahu sopan santunya ia merangkul pundak Qia. Qia pun langsung mendorong tubuh Lintang. "Tolong sopan ya, anda!" tegas Qia dengan raut wajah marahnya.
"Oke-oke, gua enggak pegang-pegang lo," ucap Lintang seraya mengangkat kedua tangannya ke atas membentuk huruf V. Seseorang dari jauh kini sedang menatap kea rah Qia dengan tatapan marah. Ada juga yang menatap dengan tatapan bahagia melihat Qia dan Lintang.
TBC….
YE YE YE… ENGGAK JADI MAIN, WKWKWKWK.. HAYO.. NGAKU SIAPA YANG NUNGGU" KENAN MAIN SQUISHI SAMA QIQ? WKWKWK… MOHON MAAF YA GUYS…BELUM WAKTUNYA MEREKA BERMAIN SQUISHI.