Menikah dengan Mantan

Bab 210 \"WANITA BODOH!\"



Bab 210 \"WANITA BODOH!\"

3HAI… HULA-HULA… UP GUYS… MOGA SUKA YA…     

MAAF KAN DAKU KARENA TYPO MASIH BETEBARAN DI MANA-MANA.     

HAPPY READING….     

Qia berjalan masuk mengikuti Lintang dari belakang. Ia tidak mau bersebelahan dengan Lintang. Ia tadi meminta Lintang berjalan terlebih dahulu, tetapi Lintang tidak mau. "Kalau anda tidak mau berjalan terlebih dhaulu, lebih baik saya pergi sendiri!" tegas Qia menatap tajam Lintang.     

"Memangnya ada yang mau menemanimu untuk melihat runagannya? Jika aku tidak mengiznkan orang lain masuk, maka kamu tidak akan bisa masuk."     

"Oh, tidak masalah jika saya tidak masuk. Lagi pula, mungkin Pak Angga akan marah pada anda," jawab Qia penuh percaya diri.     

"Oh, om saya tidak akan marah pada saya. Karena bisa pakai tempat lain."     

"Oh, silahkan saja pak, kalau mau pakai tempat lain. Bos saya pasti tidak akan ada masalah menolak proyek ini. Apalagi jika, karyawannya tidak di perlakukan dengan sopan," jawab Qia seraya tersenyum. "Kalau begitu, saya pamit pulang, pak," ucap Qia dan akan melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Lintang pun segera memegang pergelangan tangan Qia.     

"Oke, oke, gua ngalah," ucap Lintang pada akhirnya.     

Qia menatap pergelagan tangannya yang masih di pegang oleh Lintang, Lintang pun langsung mengangkat ke dua tangannya dan Qia hanya menatap datar Lintang. Lintang kemudian berjalan terlebih dahulu sepeti saat ini. Tidaka ada pembicaraan apapun yang keluar dari bibir Qia. Lintang sedari tadi mencoba mengajaknya bicara, tetapi tidak di respon sama seki oleh Qia.     

"Tenang Lintang lo belum kalah, hal wajar kalau dia susah untuk di taklukin. Seorwng Lintang pesonanya enggak akan tertolak oleh wanita," ucap Lintang dalam hati.     

Kini mereka sudah sampai di ruangan khusus para penderita kanker, terutama anak-anak. Qia pun mulai melihat bentuk dari area yang akan di tata semenarik mungkin. Ia mengeluarkan tabletnya dan mulai menggambar asal di setiap sudutnya. Ia juga beberapa kali memotret bagian. Seorang anak kecil yang sedang bermain tidak sengaja menbrak Qia membuat tablet yang di pegang Qia pun terjatuh.     

Qia terdiam untuk beberapa saat, sampai seorqng suster menghampiri anak yang usianya sekitar 5 tahun itu. Qia menatap anak itu kemudian tersenyum, ia berjongkok di hadapan anak itu. "Siapa nama kami?" tanya Qia tersenyum ramah.     

"Ardie tante," jawab anak itu takut-takut.     

"Nama tante Qia, maaf ya tante tadi enggak lihat-lihat kalai ada Ardie. Jadi, Ardie nabrak tante deh," ucap Qia seraya tersenyum. Ucapan Qia barusan suskses membuat ketiga orang itu terdiam. Tiga orang itu Ardie, Lintang dan juga si suster.     

"Ardie yang tadi enggak hati-hati tante, maaf ya tante," ucap Ardie seraya menggelengkan kepalanya.     

"Biar adil, bukan hanya Ardie yang salah tapi juga tante yang salah. Karena kita berdua sama-sama enggak merhatiian kalau di depan kita ada orang. Kan, kalau salah satu di antara kita merhatiin di depan kita ada orang, pasti kita enggak akan tabrakan seperti ini. Bener enggak?" tanya Qia seraya tersenyum.     

"Iya, tante," jawab Ardie seraya tersenyum menampilkan deretan giginya.     

Suster pun membawa Ardie ke kamarnya karena Ardie akan mendapatkan perawatan. "Kamu sepertinya menyukai anak kecil," ucap Lintang seraya tersenyum.     

Qia tidak berkaya sedikit pun ia kembali fokus dengan pekerjaannya. "Ih, gemes sama kamu. Pingin ku cium!" ucap Lintang membuat Qia kini menatapnya tajam.     

"Ih, ya ampun... makin gemes pingin ku kelonin deh. Boleh enggak ku kelonin?" tanya Lintang dengan nada menggoda.     

Qia rasanya ingin melemparkan hills yang sedang ia pakai sekarang. Namun ia berusaha tetap tenag tidak terpancing emosi. Tablet Qia tadi walau terjatuh untungnya tidak apa-apa. Hanya tempret glass-nya saja yang retak. Layarnya sendiri masih berfungsi baik.     

Tiba-tiba seseorang datang meghampiri Qia dan Lintang. Lintang langsung jatuh tersungkur ke lantai akibat pukulan dadakan dari orang yamg sedari tadi mengawasi Qia dari jauh.     

"Kak Ken!" pekiki Qia histeris.     

Ia segera memegangi lengan Kenan ketika Kenan akan menghajar Lintang lagi. "Kak, ini rumah sakit," ucao Qia mencoba menahan pukulan Kenan walau sangat sulit. Kenan pun berusaha melepaskan pelukan Qia di lengannya.     

"Maafin Qia, maafin Qia," ucap Qia karena Kenan berusaha untuk melepaskan pelukannya dari lengan Kenan.     

Kenan menghentikan usahanya untuk melepaskan pelukan Qia. Lintang membulatkan matanya mendnegar Qia meminta maaf pada Kenan. Apa yang salah dari Qia, untuk apa ia meminta maaf pada Kenan. Lintang benar-benar tidak habis pikir dengan Qia yang meminta maaf, padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun. Sedari tadi Qia pun tidak membalas ucapannya. Ketika di atas motor pun Qia tidak memeluknya. Lantas, apa yang salah hingga Qia meminta maaf terlebih dahulu.     

Lintang mengepalkan tangannya erat, mengapa ada wanita bodoh seperti Qia yang meminta maaf padahal dirinya tidak salah. Kenapa Qia sangat bodoh sekali seperti itu. Ia benar-benar merasa kesal membuatnya kini dengan cepat berdiri kemudian mencengkram kemeja yang di pakai Kenan. Kenan menatao marah Lintang dan Qia sudah membulatkan matanya melihat apa yang Lintang lakukan.     

"Lepasin kerah suami gua!" marah Qia dengan tatapan mata tajamnya.     

"Wanita bodoh!" maki Lintang kemudian melepaskan kerah kemeja Kenan dansegera pergi dari sana.     

Qia memejamkan matanya mendengar umpatan itu. "Wanita bodoh!" Ya, dia memang wanita bodoh karena sudah kembali dengan pria masalalu dan sekarang meminta maaf begitu saja. Qia hanya tidak mau Kenan semakin marah itu sebabnya ia meminta maaf.     

"Kita pulang yuk, kak," ucap Qia menatap Kenan.     

Kenan tidak menjawab, ia hanya melingkarkan tangannya di pinggang Qia, kemudian mereka melangkahkan kakinya pergi dari sana. Sampai di parkiran, Qia terlihat ragu masuk ke mobil. "Kita naik bis saja," ucao Kenan yang masih di depan pintu mobil bagian kemudi.     

Qia tersenyum kemudian dengan langkah pasti, ia langsung masuk ke dalam mobil. Ia meletakkan tasnya ke jok belakang ke mudian ia memasang seatbeltnya. "Ayo, kak," ucap Qia seraya menatap Kenan yang masih berdiri di depan pintu kemudi.     

"Kamu yakin?" tanya Kenan sekali lagi dan Qia hanya tersenyum membalas pertanyaan Kenan.     

Tidak ada jawaban dari Qia dan senyuman Qia sebagai jawaban membuat Kenan pun akhirnya masuk ke mobil. Ia memasang seatbelt dan matanya melihat Qia yang hanya diam seraya kedua tangannya memegangi seatbelt. Kenan meraih satu tangan Qia membuat Qia kini menoleh ke arahnya.     

"Bersandarlah," ucap Kenan dengan tatapan teduhnya.     

Qia menggelengkan kepalanya, "Kakak fokus nyetir aja. Aku enggak kenapa-napa," ucap Qia seraya tersenyum. Kenan menatap Qia begitu intens, memastikan bahwa Qia yakin dengan ucapannya. Kenan pun mulai melajukan mobilnya meninggalkan area parkir rumah sakit.     

TBC….     

MENURUT KALIAN, APA YANG AKAN TERJADI DENGAN QIA YA? AKANKAH QIA AKAN BAIK-BAIK SAJA? WEHEHEH. YUKS, LAH... BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.