Bab 126 \"KITA BERCERAI SAJA!\"
Bab 126 \"KITA BERCERAI SAJA!\"
SAYANG…. BANGET SAMA KALIAN
HAPPY READING…
Qia yang masih merasakan sakit di bagain intimnya itu hanya merebahkan dirinya, tidak mau keluar sama sekali dari kamarnya. Ia sendiri tidak mempedulikan jika Kenan sudah makan atau belum, dirinya saja belum makan sama sekali. Jadi, ia tidak peduli sama sekali dengan Kenan.
Kenan yang sedari tadi berdiri di depan pintu pun hanya diam saja menunggu pintu terbuka. Namun, pintu tidak kunjung terbuka membuat Kenan akhirnya membuka pintu dan segera berjalan menghampiri Qia yang sedang tertidur. Kenan mengernyitkan dahinya melihat Qia yang tertidur. Ia pun berjalan ke sisi tempat tidur kemudian duduk di samping tubuh Qia.
Qia yang merasakan pergerakan tempat tidur di sampingnya pun membuka matanya kemudian menoleh ke arah Kenan. Wajah Qia terlihat malas menatap Kenan membuatnya kini beregerak memunggungi tubuh Kenan.
Kenan mengernyitkan dahinya dengan sikap Qia barusan. "Kamu kenapa?" tanya Kenan.
"Capek, ngantuk!" jawabnya ketus.
"Kamu tuh kenapa?" tanya Kenan sekali lagi seraya menarim bahu Qia agar mereka bisa langsung bertatapan.
"Kakak enggak suka sama aku, jadi ngapain peduli sama aku? Mau akau kayak begini atau begitu, semua bukan urusan kakak!" kesal Qia kemudian kembali membalikkan tubuhnya.
Kenan pun ikut kesal membuat ia segera menarik kasar bahu Qia kemudian ia memegangi kedua bahu Qia agar Qia tidak membalikkan tubuhnya lagi. "Kamu itu kenapa daru tadi? Yang seharusnya marah itu aku, bukan kamu!" marah Kenan.
"Pria sialan itu datang ke sini dan tanpa permisi, ia langsung masuk ke dalam!" marah Kenan seraya memberikan tatapan marahnya pada Qia yang hanya diam menatapnya. Qia mengernyitkan dahinya bingung mandengar ucapan Kenan. Siapa pria yang di maksud dengan suaminya ini.
"Apa maksud kakak?" tanya Qia mengernyitkan dahinya.
"Jangan pura-pura enggak tahu kamu!" tegas Kenan.
"Kak, aku beneran gak tahu apa yang kakak maksudkan. Qia enggak bohong kalau Qia enggak tahu siapa pria yang kakak maksud!" kesal Qia seraya mengernyitkan dahinya karena merasa sakit di bahunya yang di cengkram kuat oleh Kenan yang sedang marah.
"Bohong!" marah Kenan.
"Untuk apa aku bohong, kak? Aku sama sekali enggak pernah bohong!" tegas Qia menjawabnya dengan mantap.
Kenan melepaskan cengkramannya dari bahu Qia dan dari sudut matanya Qia menitikan air matanya. Ia pun segera memiringkan tubuhnya dan memeluk guling. "Kak, apa begitu sulit untuk kakak percaya sama aku? Aku tahu kakak begini karena kaka enggak mau aku sama seperti mama kakak yang pergi ninggalin papa kakak. Qia enggak sama seperti mama kakak, jika Qia sama seperti mama Kakak. Jika Qia sama, enggak akan Qia menikah sama kakak. Untuk apa Qia menerima kakak yang udah enggak ada kabar selama bertahun-tahun. Bahkan--" ucapan Qia terhenti ketika Kenan tiba-tiba memeluknya.
Suara isakan mulai keluar walau samar, sebisa mungkin Qia mengigit bibir bawahnya agar suara tangisannya tidak keluar. "Qia berusaha bertahan sama kakak. Rasanya Qia capek kakak.tuduh terus, padahal Qia memang enggak tahu siapa orang yang kakak maksud," ucap Qia tersendat-sendat karena tangisannya.
"Kalau kakak enggak percaya sama Qia, lebih baik kita bercerai saja kak. Qia enggak sanggup lagi--"
"Enggak!" tolak Kenan tegas seraya bangun dari tidurnya. Ia kemudian membalikkan tubuh Qia dan air mata itu sudah membasahi pipi Qia.
"Aku enggak akan pernah menceraikan kamu!" tegasnya.
"Kalau kakak enggak akan pernah menceraikan aku, kaka berubah kak. Qia sakit," ucapnya tersendat-sendat seraya memejamkan matanya karena bahunya terasa sakit di cengkram kuat oleh Kenan.
"Aku enggak mau menjadi orang bodoh seperti papaku. Jadi, aku mau kamu sellau jujur sama aku. Kamu enggak boleh deket-deket sama laki-laki lain. Dan mulai hari ini kamu enggak perlu bekerja lagi, supaya enggak ada cowok yang deket sama kamu!" tegas Kenan dan melepaskan cengkramannya dari bahu Qia.
Ia turun dari tempat tidur dan pergi meninggalkan Qia sendiri di kamar. Qia memiringkam tubuhnya dan mulai terisak karena rasa sakit di hatinya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa Kenan menikahinya semua karena ia tidak mau jika Chika yang ia nikahi tidak bisa ia perlakukan seperti ini. Sedangkan dirinya yang hanya wanita cengeng bisa ia sakiti sesuka hatinya. Melihat betapa marahnya Kenan, ia merasa bukan karena cemburu. Tetapi ia tidak mau menjadi pria seperti papanya yang hanya diam ketika istrinya itu menjalin hubungan dengan pria lain.
Qia terus menangis hingga ia tertidur. Sedangkan Kenan saat ini sedang berada di dapur untuk masak. Melihat wajah Qia yang penuh air mata ia tidak bisa berlama-lama melihatnya. Hatinya terasa di cabik-cabik melihat wajah Qia basah dengan air mata. Ia benar-benar tidak suka melihat Qia seperti itu.
Kenan memotong sosis dengan kasar, hingga tanpa sadar dia malah mengiris tangannya. Untung saja hanya sedikit, tetapi tetap saja perih. Kenan mencuci tangannya di bawah air mengalir yang berada di tempat cucian piring.
Setelah itu, ia mengambil plester di kotak obat yang berada di salah satu lemari yang ada di dapur. Kini Kenan berdiri seraya menatap jalan di mana kamarnya berada. Kenan kemudiaan kembali melanjutkan masaknya. Ia akan membuat orak arik sosis saja. Bahan-bahan yang ia perlukan hanya bawang bombang seperempat buah di potong memanjang. Bawang merah ukuran besar satu buah dan bawang putih ukuran besar juga satu buah. Cabai setan 5 buah dan cabai merah dua buah. Pertama ia menggoreng 6 butir telur dkemudian ia orak arik.
Setelah matang ia tiriskan, dan sekarang ia mulai menumis bawang bombay sampai harum, kemudian bawang merah dan putih yanh di iris tipis. Setelah warnaanya sedikit berubah kecoklatan, baru masukan cabai dan sosis bersamaan. Aduk-aduk sampai sosis matang baru masukan air kurang lebih setengah gelas belimbing.
Tambahkan garam kasar sekitar seperempat sedok teh, penyedap rasa sapi sepucuk sendok makan. Saos sambal 3 sendok makan, kecap 2 sendok makan dan saus tiram setengah sendok makan. Aduk-aduk semuanya kemudian tunggu mendidih baru masukkan telur. Aduk-aduk hingga rata, kemudian cicipi rasa. Jika belum pas bisa di tambahkan bumbu lagi yang kurang. Kenan menambahkan lagi kecap karena menurutnya warnanya kurang coklat dan di tambah sedikit garam lagi karena masih kurang asin menurutnya.
Ia aduk-aduk lagi kemudian ia tutup hingga airnya menyusut. Kenan mengambil piring saji kemudian ia letakkan di samping kompor. Sambil menunggu, ia mengambil gelas untuk membuat es, karena rasanya panas baru masak sebentar di dapur.
TBC....