BAB 199 \"AKU AKAN MEMBUATMU MENCINTAIKU\"
BAB 199 \"AKU AKAN MEMBUATMU MENCINTAIKU\"
MAAF YA… TYPO MASIH BANYAK BETEBARAN.
HAPPY READING…
"Ah, lebih baik kita bawa masuk Qia ke dalam," ucap Raka mengalihkan pertanyaan Chika.
"Ah, iya," jawab Chika sedikit gagap.
Raka pun mengangkat tubuh Qia ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam appartement. Raka meminta Chika memasukkan password yang ia tahu, tetapi password itu tidak masuk. "Telphone Kenan saja," usul Chika.
"Ya, udah. Telphone Kenan," jawab Raka.
Chika pun menelphone Kenan untuk meminta password appartementnya supaya mereka berdua bisa membawa masuk Qia. Chika memasukkan passwordnya dan ketika pintu terbuka mereka Raka tidak sengaja menginjak sesuatu. "Apa itu?" tanya Raka pada Chika karena ia kesulitan untuk melihat benda yang ia injak,
"Handphone," jawab Chika kemduian mengambil handphonenya dan memperhatika handphonenya pada Raka.
"Itu handphone Qia," ucap Raka mengernyitkan dahinya.
Otak Raka tiba-tiba saja berpikir jika Qia seperti ini karena hanphone yang sedang di pegang Chika. "Bawa masuk Ka," ucap Chika menyadarkan Raka.
Raka pun segera membawa masuk Qia dan ia pun berjalan masuk menuju kamar Qia dan Kenan. Ia hanya meraba-raba saja di mana kamar Qia dan Kenan, karena ia memang belum tahu appartement yang di tempati Kenan ini. Bahkan Raka sendiri baru tahu setelah Kenan mengumumkan hubungannya dengan Qia. Namun, walau ia tidak tahu tata letak appartement ini tebakannya tidak salah jika kamar pintu yang ia minta tolong bukakan adalah pintu kamar Qia dan Kenan.
Perlahan Raka menidurkan Qia ke atas tempat tidur, selanjutnya Chika yang membantu Qia karena pakaian yang di kenakan Qia terlalu tipis hingga bagian tubuh dalamnya terlihat. Raka memilih ke luar dari kamar membiarkan Chika merawat Qia. Awalnya Raka tadi tidak begitu memperhatikan jika Qia hanya memakai kemeja panjang putih yang tidak memakai apapun di dalamnya. Namun, ketika ia menggendong Qia, ia baru menyadari jika Qia tidak mengenakan apapun di balik kemejanya putih tipis kebesarannya.
"Hah, bagaimana bisa dia hanya memakai kemeja itu keluar appartement?" tanya Raka yang menggerakkan kerah depannya untuk mengipasi tubuhnya yang tiba-tiba saja kepanasan. Ia pun kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil minuman dingin agar rasa panasnya berkurang.
"Hah, sial! Ini yang bawah kenapa berdiri sih!" maki Raka karena pedang miliknya menjadi berdiri.
"Hei, lo. Kenapa bikin malu sih, lihat dadanya bini orang langsung berdiri. Sadar diri oy, itu bukan sarang lo!" maki Raka seraya menatap miliknya yang menggembung di balik celana jens hitam yang ia pakai. Tangannya pun bergerak memukul miliknya yang malah terasa sangat ngilu.
Suara pintu terbuka kasar membuat Raka mengalihkan pandangannya. "Qia!" panggil orang yang membuka pintu secara kasar.
Raka yang mendengar suara Kenan pun segera menghampiri Kenan. Kenan sudah berlari ke kamarnya karena ia berpikir jika Qia sudah berada di dalam kamar. Lagi-lagi ia membuka pintu kamarnya secara kasar membuat Chika terkejut di buatnya. Chika segera menyingkir dari sisi tempat tidur memberi ruang untuk Kenan yang kini sudah duduk di temoat yang tadi Chika duduki.
Kenan meraih satu tangan Qia kemudian satu tangannya yang lain ia gunakan untuk membelai pipi Qia. "Bangun Qi, jangan buat aku takut. Ada aku di sini, kamu jangan takut," ucap Kenan dengan nada suara begitu lembut. Ia menatap Qia dengan tatapan begitu khawatir.
Raka yang menyusul Kenan ke kamar kini hanya mampu terdiam melihat Kenan yang memperlakukan Qia begitu lembut. Perlakuannya pada Qia terlihat begitu tulus tanpa adanya kebohongan. Tidak kuat melihat adaegan di depannya, ia pun memanggil Chika dengan suara lirihnya kemudian ia mengajak Chika pulang.
"Kita enggak pamit dulu?" tanya Chika seraya menoleh ke arah Kenan yang masih begitu perhatian pada Qia.
"Udah kita pulang saja, biarkan mereka berdua," ucap Raka.
"Ya, udah kalau gitu," ucap Chika kemudian ia melangkahkan kakinya mengikuti langkah Raka yang sudah jalan terlebih dahulu.
Entah apa yang di pikirkan Chika, ia tadi tiba-tiba mengajak Raka untuk menjenguk Qia yang sedang sakit. Sebenarnya bukan tanpa sebab Chika mengajak Raka menjenguk Qia, tetapi ia ingin memastikan sesuatu. Chika merasa bahwa Raka wanita yang pernah membuat Raka mabuk dan terkadang Raka sebut dalam permainan panas ketika Raka mabuk itu adalah Qia. Ia ingin melihat reaksi Raka bagaimana ketika Qia yang sedang sakit di rawat oleh Kenan. Apalah ia kana cemburu atau tidak.
Dan kesimpulan yang ia dapat adalah, Raka memang menyukai Qia. Terbukti dengan Raka yang terlihat panik dan khawatir ketika Qia histeris. Bahkan, ketika Raka mengajaknya pulang dengan tatapan mata sedihnya menatap Qia dan Kenan sudah membuktikan jika Raka memanglah menyukai Qia. Mereka berdua berjalan tanpa ada perkataan sedikitpun, Chika pun hanya diam dan menatap punggung Raka yang memang berjalan di depannya. "Aku akan membuatmu mencintaiku," ucap Chika dalam hati.
Ya, Chika tidak mau mengelak lagi dengan perasaannya. Dirinya memanglah benar-benar jatuh cinta pada Raka. Hanya saja, ia tidak mau mengakuinya di depan Raka. Karena ia merasa dirianya wanita, jadi seharusnya ia lebih jual mahal di hadapan pria yang di sukainya. Ia mau Raka lah yang mengatakan, aku cinta kamu. Dirinya gengsi sekaligus malu jika harus mengakui terlebih dahulu jika ia jatuh cinta pada Raka. Itu sebabnya, ia mencari tahu wanita seperti apa yang di sukai Raka.
Chika akan belajar dari wanita yang di sukai Raka. Setidaknya, wanita itu sudah bersuami, jadi ia tidak akan bermasalah jika memanfaatkan wanita bersuami untuk menaklukan lelaki pujaannya. Mereka berdua kini sudah naik ke mobil, did lam mobil pun masih tidak ada yang mereka bicarakan dan hanya musik dari Bruno mars yang kini menemani perjalanan mereka untuk kembali ke apartment.
Urusan pernikahan, mereka sudah menyerahkannya kepada WO. Untuk cincin sendiri Chika membatalkannya karena ia tadi malah langsung berinisiatif untuk menjenguk Qia. Namun, ia tidak begitu mnyesalinya karena mementingkan bertemu Qia di bandingkan membeli cincin. Karena dengan bertemu Qia, Chika bisa tahu bahwa dugaannya adalah benar. Jika Raka menyukai Qia, hanya saja ia tidak bisa mengungkapkannya pada Qia karena Qia sudah menjadi milik Kenan.
Raka menolehkan kepalanya menatap Chika karena ia merasa Chika sednag menatapnya. "Ada apa?" tanya Raka membuat Chika tersadar dari lamunannya.
"Hah, kenapa Ka?" tanya Chika sedikit gelagapan.
"Kamu kenapa ngelihatin aku terus?" tanya Raka yang kembali fokus ke jalanan.
"Ih, siapa yang ngelihatin lo?" tanya Chika kemduian ia membungkam mulutnya karena slah berucap.
"Siap-sip terima hukumanmu!" ucap Raka seraya menoleh ke arah Chika dengan tatapan mengintimidasi.
TBC…
YUHUU… GIMANA GUY… RAMIAKAN KOMENT DAN POWER STONENYA GUYS… WEHEHEHE…
GUYS... MENDEKATI AKHIR DARI VOLUME 2, YUKS, RAMAIKAN KOMENT GUYS...
BTW, BANTU SUPPORT KARYAKU YANG JUDULNYA PERNIKAHAN SATU MALEM DENGAN POWER STONE YUK GUYS... BIAR AKU BISA MENANG KOMPETISI. WEHEHEHE....