Ayah yang bijaksana
Ayah yang bijaksana
Nita berbalik dan melihat sosok aditya berjalan menghampirinya, dengan senyuman yang dia perlihatkan pada nita.
"Saya boleh bicara sebentar? "
Nita menjawab dengan senyuman tipis dan anggukan kepalanya, dia tahu pasti aditya akan menanyakan tentang putranya alvar.
"Dimana sebaiknya kita bicara? " tanya aditya, dia sedang memikirkan tempat untuk bicara dengan nita.
"Apa kita bisa bicara sebentar di kantin? " aditya sebenarnya ragu mengajak nita untuk bicara dengannya kali ini, tapi dia sangat ingin menanyakan kabar putranya yang belum kembali kerumah setelah mereka bertengkar karena kesalah pahaman.
Dia tahu alvar berada di rumah nita, karena yoga memberitahukan padanya terlebih dulu.
"Baiklah " nita menyetujui untuk bicara di tempat yang aditya pilihkan.
Mereka duduk di sebuah kursi dan terlihat aditya memesankan minuman terlebih dulu untuk nita.
"Alvar dan kia " dia sepertinya kebingungan untuk memulai dari mana hal yang akan diceritakannya itu.
Nita tersenyum tipis, "alvar sudah tahu kia bukan ibu kandungnya, jadi dia membutuhkan waktu untuk bisa menerimanya "
"Alvar selama ini hanya tahu bahwa kia adalah ibunya " ucap aditya, "aline meninggalkannya ketika alvar masih berusia satu tahun "
"Alvar mendengarkan apa yang kalian bicarakan " nita sebenarnya tidak ingin ikut campur tentang keluarga aditya dengan kia, tapi tiba-tiba bibirnya mengatakan hal yang tidak ingin dikatakannya.
"Alvar tahu darimana? " tanya aditya, dia merasa tidak pernah menceritakannya pada alvar.
"Sepertinya dia dengar pak adit atau kia bicara " jawab nita, dia teringat ketika alvar membicarakannya dengan axel semalam.
Dia terdiam sejenak, sebenarnya dia kesal dengan aditya dan kia yang tidak bisa bicara dengan baik tentang hal seperti ini dengan baik-baik.
Aditya terlihat menundukkan kepalanya, hal yang ingin sekali dia sembunyikan dengan baik ternyata dapat diketahui oleh alvar.
"Bagaimana saya harus menjelaskannya pada alvar? " dia bertanya dengan memandangi nita, "saya menyayanginya dan tidak ingin menyakitinya "
"Bicaralah berdua saja dengan alvar, ceritakan dengan baik. Mungkin memang alvar harus mengetahui kenyataannya, saya yakin dia akan menerimanya jika dijelaskan dengan baik " nita hanya bisa memberikan jawaban yang hanya diketahuinya.
Dia juga lebih baik tidak terlalu mencampuri masalah keluarga aditya, karena ketika dia telah memutuskan untuk menikahi kia, nita sengaja tidak terlalu dekat dengan aditya walaupun mereka adalah teman.
Dia takut kia salah paham dengan kedekatan mereka, karena dia tahu tidak semua istri bisa menerima teman-teman yang berada di dekat suaminya terlebih itu adalah seorang wanita.
"Untuk sementara biar alvar menginap di rumah bersama axel " ucap nita, "dia lebih dekat dan nyaman bercerita dengan teman seusianya, karena yunna berteman dekat dengan alvar jadi mungkin dia senang berada di rumah kami "
"Pak adit tahu yunna sedikit tomboi, jadi semua temannya laki-laki " sambung nita, "untung ada alvar, jadi saya lega karena alvar selalu mengatakan apa saja yang dilakukan yunna di sekolah "
Aditya tersenyum lebar, "tapi yunna sangat mirip dengan kamu, walaupun tomboi tapi kalian memiliki sifat yang sama "
"Sangat peduli pada orang terdekat " sambung aditya, sambil sesekali dia mencuri pandang pada nita yang berada di depannya.
Dia bukan ingin melupakan takdir yang meliputinya, tapi jika dia bisa memilih. Aditya ingin sekali meminta nita yang menjadi pendampingnya, jika dia bisa menerima axel dan menyayanginya sampai kapanpun mungkin dia juga bisa menerima alvar ketika takdir jodoh mempersatukan mereka, pikir aditya.
Tapi pada kenyataan tidak, semua tidak sesuai dengan keinginannya. Wanita yang terbaik yang tengah terduduk di depannya itu harus menjadi milik orang terbaik juga, dokter yoga. Laki-laki yang sudah memilikinya dan satu-satunya pemilik hatinya.
"Apa rapatnya sudah selesai? " ketika mereka sedang bicara, yoga tiba-tiba muncul di tengah-tengah nita dan aditya.
Nita tersenyum lebar ke arah yoga, dan satu tangannya meraih tangan yoga untuk duduk di kursi.
"Dia sengaja mengirimku pesan supaya aku menemaninya yang sedang mengobrol dengan aditya " ucap yoga dalam hatinya, dia memandangi nita dengan senyuman.
Kedua matanya memberikan sebuah kode pada nita, dan seolah-olah mengatakan 'bisa-bisanya kamu untuk menemani kalian mengobrol, padahal aku sedang bekerja! '.
Dia masih terus memandangi nita yang juga melihat ke arahnya dengan senyuman yang membuatnya tidak bisa berkutik, dia sudah sangat berkuasa pada hidupnya sejak lama sampai sekarang ini.
'Tapi ternyata aku sendiri tidak bisa menolaknya, karena dia hal utama dalam hidupku! ' yoga menertawakan dirinya sendiri, sebesar itukah rasa cintanya pada wanita yang duduk disampingnya dengan senyuman mautnya.
Aditya tersenyum ke arah yoga, "kebetulan dokter yoga berada disini juga! "
Dia semakin takjub melihat pasangan ini, selalu mempunyai insting yang kuat sehingga dimana pun selalu berdekatan.
"Aku lupa, hari ini ada staff meeting " nita melihat ke arah jam ditangannya, lalu berganti ke arah aditya.
"Karena sudah ada dokter yoga, jadi pak adit bisa dengan leluasa mengobrol " ucap nita, "maaf karena saya tidak bisa melanjutkan pembicaraannya "
"Iya, terima kasih bidan kanita " aditya tersenyum lebar, dia melihat nita yang masih saja membuatnya gemas walaupun mereka sudah tidak di usia muda lagi.
"Terima kasih, sayang! " ucap nita pelan pada yoga, kali ini dia menjadi penyelamat untuknya karena menggantikannya untuk mendengarkan semua curahan hati aditya.
Dia bukan menjadi orang yang tidak berperasaan, tetapi nita merasa tidak memiliki pemikiran yang sama dengan laki-laki. Tapi jika aditya berbicara dengan yoga, mungkin akan satu ideologi. Karena menurutnya itu yang terbaik, disamping tidak menimbulkan fitnah pada orang lain, yoga juga akan mempercayainya.
"Alvar tidak menyusahkan dokter yoga dirumah? " aditya memulai percakapan mereka.
Yoga tersenyum, "dia anak yang baik, dan pendiam. Justru yunna yang selalu membuat ramai suasana rumah, dia senang menghibur alvar "
Dia lalu melihat ke arah aditya, "kehidupan pada pernikahan kedua memang sangat berbeda dan tidak mudah "
Aditya terantuk, "saya pikir semua wanita sama dengan kanita, bisa menerima dan menyayangi anak yang tidak lahir dari rahim mereka "
"Semua wanita itu penyayang " ucap yoga, "tapi tergantung pada laki-laki yang berada di sampingnya "
"Jika kita terlalu memaksakan diri memintanya untuk menerima yang bukan anaknya itu tidak akan bertahan lama " sambung yoga, "jadi buatlah kia merasa kamu bukan hanya membutuhkannya hanya untuk mengasuh anakmu dan memenuhi semua kebutuhanmu "
Aditya tertunduk, dia merasa selama ini yang dia lakukannya pada kia itu benar.
"Kata ini memang berbeda, tapi coba pikirkan lebih dalam dari pandangan wanita " yoga kembali berucap, "membutuhkan bagi mereka bisa saja menjadi memanfaatkan, ada sisi dimana wanita selalu mengartikan seperti itu kalau kita terus memaksanya melakukan sesuatu "
"Memaksanya melakukan sesuatu? " dahi aditya berkerut, dia mencoba mengingat kembali apa yang sudah dia katakan pada kia.
"Apa kamu pernah mengatakan, rawatlah alvar seperti anakmu sendiri? " tanya yoga, "apa kamu selalu membantunya ketika kia merawat putra sambungnya dan anak kalian? "
"Aku dulu tidak pernah sama sekali melakukannya pada nita " lalu yoga mengatakan hal yang membuat aditya tertegun, "tapi aku tidak pernah memaksa nita untuk menerima axel, semua karena dia punya naluri seorang ibu. Dia menerimaku dan juga anakku, tanpa harus dipaksa. Karena ketika dia memutuskan menerima menikah denganku itu berarti dia harus menerima putraku "
"Saya memang selalu mengatakan itu pada kia " ucap aditya mengakuinya, "karena saya merasa kia tidak menyayangi alvar seperti pada putrinya "
"Dia selalu membedakan alvar " sambungnya.
"Cara merawat anak laki-laki dan perempuan memang berbeda, mungkin kia tahu itu " yoga ingin aditya berpikiran positif, "percayakan saja pada kia yang menjadi ibu dirumahmu kalau kamu sendiri tidak pernah membantunya dengan alasan sibuk "
"Karena tidak semua kasih sayang ditunjukkan dengan ucapan manis dan pelukan hangat setiap waktu " yoga lagi-lagi mendominasi pembicaraan, "kanita dan kia memang sama-sama wanita, tapi mereka berbeda pemikiran "
Aditya tersenyum lebar, dia memang selalu merasa tepat jika bicara dengan yoga. Apa yang dia bicarakan sama seperti perhatian dari seorang kakak, dia juga layak disebut ayah terbaik.
"Jangan hanya mau supaya kia menerima keadaanmu dan alvar, tapi kalian juga harus menerimanya dengan baik " yoga mengucapkan sebuah nasehat pada aditya.
"Iya, benar dokter " aditya membenarkan ucapan yoga, "sayalah yang lebih dulu harus memperbaiki diri "
Yoga tersenyum lebar dengan anggukkan kepalanya, dia tahu aditya adalah ayah yang hebat yang selalu peduli pada istri dan anak-anaknya. Dia mengeluh hari ini bukan karena dia tidak mampu, tapi dia sedang mencari jawaban dari ketidaktahuannya untuk bisa memperbaiki diri.
"Kamu pasti bisa " yoga memberikannya sebuah semangat untuk memperbaiki diri, karena dulu pun dia pernah menjadi seperti aditya. Dan selalu berusaha untuk berubah menjadi lebih baik.
"Terima kasih dokter atas waktunya " aditya terlihat bernafas lega, ketika dia tahu bahwa semua permasalahan di rumahnya muncul karena dirinya sendiri.
Yoga tersenyum dengan tatapan hangatnya yang mencerminkan betapa penyayangnya dia, dia menjadi ayah yang bijaksana hanya dengan melihat dan mendengarkannya berbicara...