Pasien Dan Jatuh Cinta
Pasien Dan Jatuh Cinta
"Kasihan ibumu sendirian " yoga berkata sambil melihat ke arah jarum jam di tangannya.
Dia menunggu yunna yang keluar dari kamar, sudah hampir satu jam anak perempuannya itu bersiap-siap dan belum keluar lagi dari kamar.
Axel tersenyum tipis, dia tahu pasti alasan yang sebenarnya adalah ayahnya itu takut ibunya akan di temui oleh dokter secara diam-diam lagi karena telah kembali walaupun tempat mereka berjauhan.
Yoga menjadi lebih posesif terhadap dua wanita yang berada di rumah, yaitu ibu dan adik perempuannya.
"Ayah, aku kan baru sehari disini!! " yunna menggerutu sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.
Sepertinya dia masih ingin berada di tempat kakaknya sekarang ini.
"Lebih baik temani ibumu " ucap yoga dengan penuh kesabaran, "daripada kamu bermain dengan pemuda karang taruna, bukannya membantu bekerja malah mengajak mereka main game! "
Axel menahanan tawanya ketika yoga mengatakan hal lucu itu pada adiknya. Dan melihat reaksi yunna yang sepertinya kesal dan memajukan bibirnya.
"Nanti ayah akan ajak kamu membeli apapun dengan ibu " ucap yoga mencoba merayu putrinya itu agar tidak memasang wajah yang membuatnya merasa bersalah karena telah mengacaukan liburannya.
Kedua mata yunna membulat, "ayah janji? "
"Iya " jawab yoga.
"Ayo kita pulang sekarang yah, kasihan ibu sendirian di rumah! " tiba-tiba yunna dengan semangat mengajak ayahnya itu untuk dengan cepat membawa nya pulang.
Rupanya trik membelikan semua yang yunna inginkan itu adalah cara jitu yoga supaya bisa membawa pulang putrinya. Dia memang kebalikan dari istrinya dalam hal apapun. Hanya wajah cantiknya saja yang diturunkan dari perpaduan ayah dan ibunya.
'Coba lihat... ' nita yang berada di depan puskesmas melihat sosok yoga dan yunna yang pulang dengan ojek.
'Tidak ada minusnya sedikitpun... ' dia harus menarik nafasnya melihat laki-laki paling keren yang pernah dilihatnya.
Walaupun lebih tua tetapi dia masih terlihat sangat gagah dan awet muda.
"Hati-hati nanti mimisan lihat cowok ganteng! " suara axel disamping nita mengejutkannya yang sedang berhalusinasi jika beruntung mendapatkan laki-laki sekeren itu.
Nita tidak menjawab apapun, dia hanya memperlihatkan gerakan di wajahnya yang memperlihatkan ketidaksukaan dengan kehadiran axel sekarang ini.
"Kenapa kamu tidak seperti itu ketika melihatku? " lalu axel bertanya pada nita, "padahal aku juga sama keren nya dengan ayah, dan juga masih muda! "
Nita nyengir mendengar perkataan axel yang membanggakan dirinya sendiri, dia lalu menyimpan monoaura yang di pegangnya di telinga sebelah kanannya diperlihatkan pada axel.
"Dokter tadi bicara apa? " nita berpura-pura tidak mendengar apa yang sudah axel katakan tadi.
Axel tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya, dia lalu menempelkan mulutnya di ujung monoaura yang tertempel di telinga nita.
"Aku bilang aku keren, dan kamu menyukaiku!! " dia berkata dengan nada sedikit tinggi membuat nita terperanjat karena suara keras di telinganya.
"Dokter! " nita mengusap telinganya sambil memasang wajah yang benar-benar mengkhawatirkan dan memerah.
Axel malah tertawa melihat nita yang memperlihatkan sikapnya yang salah tingkah seperti itu ketika dia mengatakan bahwa wanita itu diam-diam menyukainya.
"Bu bidannn!!! "
Dari arah depan mereka tiba-tiba terlihat seorang laki-laki paruh baya yang sedang menaiki motor menghampiri axel yang sedang menertawakan nita.
"Bu bidan punten " ucapnya dengan logat sunda yang halus.
"Iya pak, kumaha? " nita masih harus mencampur-campur bahasa yang dia pakai karena masih belum terbiasa.
"Pun bapa sampeana katinggang pacul, sapertosna parah " bapak itu menjawab pertanyaan nita dan masih berada di atas motornya.
"Dia bilang apa? " axel bertanya pada nita yang terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Dia bilang kaki ayahnya kena cangkul " jawab nita.
"Kin pak, abdi sareng dokter kaditu " jawab nita, "dipalih mana bumina? "
"Di caket pabrik panggilingan pare bu bidan " jawabnya, "hatur nuhun "
Dia lalu mulai menghidupkan mesin motornya, "mangga bu bidan " ucapnya sebelum akhirnya bapak itu pergi dari hadapan nita dan axel.
"Aku kan cuma bisa membrojolin bayi, kenapa warga disini selalu mengira aku multitalenta bisa mengerjakan apapun! " ucap nita menarik nafasnya.
Dia bingung karena semua di luar dari kompetensinya tetapi merupakan bagian dari pelayanan pekerjaannya.
Axel tersenyum, "aku bantu! "
"Aku bawa peralatanku dulu " sambung axel, dia lalu masuk ke dalam ruangannya dan kembali dengan membawa tas yang berisi semua peralatan tempurnya ketika menghadapi pasien-pasiennya.
"Aku yang bawa motor! " axel mendahului nita dan dia meraih helm yang akan dipakai oleh nita lalu dipakai olehnya.
Dia tidak mau harus mengalami kejadian seperti ketika pertama kali nita yang memboncengnya.
"Iya.. " ucap nita menurut saja.
Karena hari ini dia sedang membutuhkan pertolongan axel.
"Ayo berangkat dokter " ucap nita ketika dia sudah duduk di belakang axel.
"Pegangan " perintah axel.
"Sudah " jawab nita.
Kedua tangannya sudah memegang di bagian belakang tubuhnya.
axel meraih kedua tangan nita dan dipaksanya untuk berpegangan di pinggangnya.
"Disini biar lebih aman! " cetus axel sambil tersenyum tetapi dia tidak memperlihatkannya pada nita karena dia tahu sekarang ini wajah nita pasti sedang memerah.
Dan dia pasti malu karena sepanjang perjalanan dia tidak bicara apapun, dia juga sering memundurkan posisi duduknya ketika axel sengaja menginjak rem dan membuat dadanya bersentuhan dengan punggung axel.
Ketika sampai di depan sebuah rumah yang semi permanen dan tersembunyi di belakang sebuah gudah penggilingan padi.
"Kamu begadang tadi malam? " tanya axel pada nita yang terlihat menguap ketika mereka telah sampai di rumah pasien.
Nita menggelengkan kepalanya, "aku baru pertama naik motor seperti tadi! "
"Lebih cepat jalan kaki daripada naik motor dengan dokter, jadi aku ngantuk " sambung nita, "abis kayak naik odong-odong yang ada di alun-alun kota! "
Tawa axel muncul ketika nita menyamakannya dengan membawa sebuah permainan odong-odong. Dia tidak bisa menahan rasa gemasnya dan memberikan sentilan kecil di kening nita.
"Terima kasih " ucap axel lalu berjalan lebih dulu untuk masuk ke dalam rumah pasiennya.
Nita mengusap dahinya dan mengerucutkan bibirnya mengikuti axel yang sudah masuk ke dalam rumah.
Dia melihat axel yang sudah memakai sarung tangan dan melihat luka pria yang rambutnya sudah di penuhi rambut putih.
"Parah dok? " nita duduk di samping axel.
"Saat luka lebih lebar atau memiliki kedalaman lebih dari 1,2 cm maka luka itu harus dijahit " jawab axel tanpa menoleh ke arah nita, "tolong ambilkan Nacl, aku harus bersihkan dulu sebelum melakukan hecting, dan siapkan saja lidocainnya "
"Baik, dokter " nita lalu memberikan larutan nacl dan menyiapkan sebuah lidocain di dekatkan dengan semua peralatan yang dipakainya untuk menjahit luka pasien itu.
"Kassa dan plester " axel lalu kembali meminta nita membantunya mengambilkan kedua barang itu setelah hampir setengah jam dia melakukan tindakan hecting pada pasiennya.
"Selesai " ucap axel sambil tersenyum ke arah nita yang masih terlihat takjub dengan tindakan yang di lakukan oleh axel.
"Jangan terlalu serius seperti itu " ucap axel menanggapi sikap nita, "nanti kamu malah beneran jatuh cinta sama aku! "
"Dokter " nita mengernyit, dia lagi-lagi harus mendapatkan candaan dari axel yang membuatnya malu.
"Pak, lukanya sembuh sepuluh sampai dua belas hari " ucap axel pada pasiennya karena dia tidak bisa mengatakannya memakai bahasa yang sering dipakai oleh warga sekitar tempat kerjanya.
"Nanti bapak ke puskesmas untuk kontrol, dan banyak makan telur supaya lukanya cepat sembuh " sambungnya.
Pasiennya mengangukkan kepalanya, "hatur nuhun, terima kasih dokter "
Axel tersenyum senang mendapatkan ucapan terima kasih dari pasiennya itu.
"Pak dokter " lalu muncul wanita yang adalah istri dari pasien axel ke hadapannya dengan membawa satu karung berkapasitas kurang lebih lima kilo dan disimpan di depannya.
"Maaf, kami cuma punya ini buat bayarnya " dia memberikan sekarung beras untuk axel sebagai bayaran atas tindakan yang dia lakukan.
Axel menoleh ke arah nita yang tersenyum tipis, dan berbisik ke arah nya.
"Disini memang banyak yang seperti itu dokter "
Axel kebingungan untuk menerimanya, jika dia ambil dia sangat tidak tega memikirkan mungkin mereka juga membutuhkan beras itu untuk kehidupan mereka sehari-hari.
"Simpan saja buat bapak dan ibu " ucap axel dengan senyumannya, "tidak memikirkan bayarannya, semoga cepat sembuh "
"Terima kasih pak dokter " ucap wanita itu dengan kedua matanya yang mulai berkaca karena terharu.
"Pak dokter teh sudah kasep bageur deuih " pujinya.
Axel menoleh ke arah nita, "katanya dokter itu sudah ganteng baik hati pula.. "
Axel tertawa malu ketika tahu arti dari pujian pasiennya itu.
Dia dan nita memutuskan untuk berpamitan setelah yakin kondisi pasiennya sudah aman.
"Terima kasih pak dokter, bu bidan " ucap wanita itu mengantar axel dan nita sampai kedepan rumahnya.
"Semoga hubungan pak dokter sama bu bidan awet dan cepat-cepat menikah! " di ujung ucapan terima kasihnya dia menyelipkan sebuah doa untuk axel dan nita.
Nita terkejut, "eh, bu salah "
"Saya bukan calonnya... " ucapan nita terhenti karena axel sudah lebih dulu meraih tangannya dan membawa nita pergi dari hadapan wanita itu sambil tertawa kecil.
Melihat nita yang sepertinya masih ingin membuat sebuah klarifikasi bahwa dia dan axel tidak memiliki hubungan khusus apapun kecuali rekan kerja saja...