cinta dalam jas putih

Perasaan Seorang Ayah



Perasaan Seorang Ayah

3"Kakak!! " yunna pagi ini langsung memasang wajah cemberut ketika axel keluar dari kamarnya.     

"Ya ampun kalau lelaki keren, pagi-pagi sudah bersinar! " ucap raiya pelan, dia yang berada di belakang yunna memandang takjub prince A yang selalu menjadi idolanya yang paling abadi dalam pikirannya.     

Dia melihat axel yang sudah mandi dengan wanginya yang khas dan wajah cool tapi terasa menghangatkan hanya dengan menatap matanya saja.     

"Ada apa? " axel terkejut pagi-pagi sudah di hadang oleh dua gadis kecil imut-imut seperti kucing orens yang selalu dia berikan makan ketika sedang berjaga di rumah sakit.     

"Kakak harus tanggung jawab! " cetus yunna, "karena membawa kak ellen ke kamarku dan sepanjang malam kami tidak bisa tidur! "     

...Kejadian malam hari ketika yunna masuk ke dalam kamarnya dan melihat sosok ellen yang tinggi semampai mengambil alih seluruh tempat tidurnya.     

Dia menoleh ke arah raiya, "bantu aku! "     

"Oke! " raiya mengangguk.     

Mereka berdua mencoba membenarkan posisi tidur ellen yang masih dalam keadaan dibawah pengaruh alkohol itu.     

"Aku pegang tangannya, kamu kakinya! " yunna segera meraih kedua tangannya dan sahabatnya itu sudah memegangi kedua kakinya.     

"Satu,,, dua,,, tiga,,, " yunna memberikan aba-aba untuk menggeserkan tubuhnya ellen dan membenarkan posisinya.     

"Sipp! " yunna lalu berbaring di samping tubuh ellen yang berada di tengah-tengah mereka.     

Raiya terlihat kelelahan karena seharian ini terlalu banyak mengeluarkan tenaganya untuk bisa melihat sebuah konser megah itu.     

Dia merasakan dua tangan yang mendorongnya kuat dari sampingnya yang membuat dia harus terjatuh dari atas tempat tidur.     

Tidak lama setelah itu raiya mendengar seperti sesuatu benda yang terjatuh kembali dari atas tempat tidur, dia berdiri dan tidak melihat sosok yunna di atas tempat tidur.     

"Kamu tereliminasi juga! " raiya menghampiri yunna yang juga terjatuh, membantunya untuk bangun dari jatuhnya.     

"Kakak iparmu itu benar-benar pelit! " cetus raiya kesal, "masa adiknya sendiri tidak di bagi tempat tidur "     

"Dia belum menikah dengan kak axel saja sudah pelit apalagi nanti! " raiya menghasut yunna, "kalau aku kan selalu baik sama kamu! "     

"Jangan harap! " yunna membulatkan kedua matanya, dia lalu menarik selimut yang berada di atas tempat tidur.      

Menyimpannya disamping tempat tidur untuk alas tidurnya bersama dengan raiya.     

"Tidur disini saja! " lalu yunna membaringkan tubuhnya di atas selimut.     

"Badanku bisa sakit yunna " rengek raiya.     

"Kalau mau jadi istri kak axel harus kuat, dia kan dokter " ucap yunna, "nanti kalau dia di tempatkan di pelosok, tempat tidurnya seperti ini! "     

"Masa sih? " raiya akhirnya menyerah, diapun tidur disamping yunna karena mendengar ucapan temannya itu.      

Karena cita-cita nya adalah menjadi seorang istri dokter, terlebih kalau dokter itu adalah prince A. Dokter axel paling keren yang selalu menjadi idolanya...     

Yunna menyimpan kedua tangannya di pinggang, dengan wajah marahnya yang bukan terlihat garang tetapi semakin imut.     

"Bukan itu aja kak! " dia lagi-lagi berkata pada axel.     

"Dia bangun pagi dan ke kamar mandi, tapi tidak keluar lagi sampai sekarang! " sambung yunna.     

"Kami sampai harus pergi ke kamar mandi belakang! " raiya ikut bicara.     

Yunna menganggukkan kepalanya, dan menatap axel yang sedari tadi hanya terdiam karena tidak diberi kesempatan bicara oleh adik-adiknya itu.     

'Jam sembilan siang anak perempuan belum bangun juga! ' cetus axel pelan sambil melihat ke arah jam tangannya.     

Dia lalu meninggalkan kedua adiknya itu dan berjalan ke kamar yunna, mendapati suasana kamar adiknya yang selalu rapi hari ini seperti telah mendapatkan bencana alam. Semuanya berantakan dan barang-barang tergeletak tidak pada tempatnya termasuk pantyliner yang belum di pakai.     

"Bukakan pintunya " axel berkata pada yunna untuk membukakan pintu kamar mandi.     

Karena axel takut jika dia yang membukanya ellen sedang tidak berpakaian.     

Yunna membukakan pintu kamar mandinya dan mereka mendapati ellen yang tertidur di lantai kamar mandi masih mengenakan pakaian yang kemarin malam dipakainya.     

"Perempuan itu kalau jam segini belum bangun, suka jadi pemalas! " ucap axel.     

Dia lalu membawa shower dan menyemprotkan air ke seluruh tubuh ellen membuatnya terperanjat dan berteriak kencang.     

Seluruh penghuni rumah gempar dengan teriakan ellen, semuanya berlari ke kamar yunna.      

"Semalam sepertinya tidak lihat ellen " nita mengerutkan dahinya ketika dia melihat axel yang menyiram ellen dengan air.     

Dia segera mengambil handuk dan menghampiri ellen yang basah kuyup.     

"Axel, sudah " nita menoleh ke arah axel yang masih memegang shower yang masih mengeluarkan air.     

Axel menuruti perkataan nita, dia segera mematikan air dan menghentikan tindakan konyolnya itu.     

Dia yang keluar dari kamar mandi yunna mendapati sosok ayahnya yang berdiri di luar pintu kamar mandi. Dia memandangi axel yang juga melihat ke arahnya.     

"Kenapa dengan ellen? " tanya yoga pada axel.     

Axel terdiam sejenak sebelum dia menjawab pertanyaan ayahnya itu.     

"Jadi kemarin di tempat konser ellen pergi dengan laki-laki yang ternyata senagaja memberikan minuman beralkohol pada ellen " axel mencoba menjelaskannya pada yoga dengan baik agar ayahnya itu tidak salah paham dan tidak menganggap ellen wanita yang tidak baik.     

Tatapan yoga berubah seperti memperlihatkan sebuah kekecewaan, dia terlihat mengusap dadanya sekilas dan hanya nita saja yang menyadari bahwa suaminya itu merasakan kecewa.     

Mereka semua terdiam ketika yoga memandangi satu persatu anak-anaknya dengan tatapan yang menyedihkan.     

"Aku tidak akan melakukannya yah! " yunna memperlihatkan jari telunjuk dan tengahnya sebagai janjinya tidak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh ellen pada yoga.     

"Aku juga ayah dokter " raiya mengikuti yunna, "kalau orang tuaku tahu, nanti yang ada saya di coret dari kartu keluarga! "     

Yoga mengusap kepala yunna dan raiya dengan lembut, dia sangat beruntung memiliki putri yang selalu dia percaya dan semua teman-teman yang berada di sampingnya pun tidak pernah memberikan pengaruh buruk padanya.     

Dan axel merasa bersalah karena tidak memberitahukannya lebih dulu semalam pada ayahnya tentang ellen.     

Mereka semua pergi keluar dari kamar yunna membiarkan nita menemani ellen mengganti pakaiannya yang basah.     

Nita tersenyum ke arah ellen yang mengeringkan rambutnya, dan lalu memberikan pakaian ganti pada ellen.     

"Ibu,,, " rengeknya pada nita, "kenapa axel selalu seperti itu! "     

"Dia tidak ada manis-manisnya sama sekali dengan perempuan! " sambung ellen menggerutu.     

Nita tersenyum, "itu artinya dia perhatian, mungkin caranya berbeda dengan laki-laki lain "     

"Apa ayahmu tahu kalau kamu menginap disini? " tanya nita, dia menatap lekat ellen yang masih terlihat kesal.     

Dia memberikan jawaban pada nita dengan gelengan kepalanya.     

"Kamu harus berhati-hati memilih teman, apalagi kamu itu cantik " sambung nita.     

Ellen terdiam, "aku tidak tahu kalau minumannya beralkohol, walaupun sering pergi malam tapi baru sekarang tahu rasanya minum alkohol "     

"Membuat kepalaku seperti mau pecah, dan pagi tadi aku muntah-muntah! " sambungnya.     

Nita tertawa kecil melihat kelakuan manja ellen padanya, dia tahu ellen adalah anak baik yang sengaja memberontak hanya supaya dapat diakui keberadaannya oleh kedua orang tuanya yang telah berpisah.     

"Kamu ganti pakaian dulu, lalu sarapan " ucap nita, dia lalu beranjak dari duduknya dan meninggalkan ellen sendirian supaya dia bisa berganti pakaian.     

Dia melihat yoga yang terduduk di ruang makan sendirian, dan nita pun menghampirinya duduk di sampingnya.     

"Kemarin siang aku baru saja bertemu dengan dokter kim " ucap yoga menoleh ke arah nita.     

Dia ingat ketika melihat wajahnya yang terlihat lelah namun masih bisa di sembunyikan oleh dokter kim pada yoga dengan senyuman yang sedikit berkesan sinis.     

"Selamat dokter yoga " ucapnya pada yoga.     

Dia memberikan selamat pada yoga setelah dia diberitahukan lulus mengikuti sebuah assesment untuk menaikkan jenjang karirnya di rumah sakit tempat mereka bekerja. Mereka berdua masih bersaing sampai dengan hari itu, tapi sepertinya keberuntungan berada di pihak yoga sekarang.     

Dokter kim terlihat mengulurkan tangannya pada yoga, dan dia menerima lalu menjabat tangannya.     

"Istrimu juga berhasil lulus di assesment kemarin " ucapnya, "ternyata dia lebih senang menjadi kepala ruangan saja dibandingkan jabatan yang lain, aku senang karena ternyata dia bukan wanita yang senang dengan kedudukan tinggi! "     

Sebenarnya ucapan dokter kim itu sedikit mengusik yoga, tapi dia hanya memperlihatkan senyumannya saja ketika seseorang yang menjadi seniornya itu selalu mengomentari apa yang sudah menjadi keputusan nita sedari dulu. Mungkin dia masih merasa terhina karena penolakan nita pada apa yang ditawarkannya dulu.     

"Axel sudah melanjutkan sekolah spesialisnya? " lalu dia kembali bertanya pada yoga.     

"Dia mengatakan untuk mencoba mempraktekkan ilmunya pada masyarakat " jawab yoga dengan wajahnya yang sedikit kecewa, "tapi mau bagaimana lagi, pendirian axel sudah seperti itu "     

Dokter kim tersenyum tipis ke arah yoga, "itu lebih baik, dan dia anak yang sangat baik "     

"Kamu tahu apa yang mengecewakan perasaanku ketika menjadi seorang ayah? " dia lalu memberikan pertanyaan pada yoga yang sepertinya terkejut dengan pernyataannya.     

"Adalah ketika mendapati anak kita tidak memiliki pemikiran yang sama dengan kita " tetapi dia menjawab pertanyaan sendiri, "adalah ketika melihat anak-anak yang kita besarkan ternyata lebih mengutamakan perasaan mereka dan tidak mempedulikan kita hanya karena kesalahan yang kita buat "     

Yoga tertegun mendengar pernyataan dari seniornya itu, dari perkataannya sudah sangat jelas betapa kecewa dia melihat anak-anaknya yang sama sekali tidak melanjutkan kuliah mereka tetapi di wajahnya masih terlihat begitu tegar.     

Dan dia malu pada dirinya sendiri, axel telah mengikuti semua keinginannya tetapi dia merasa kecewa ketika putranya memilih untuk menunda melanjutkan sekolah spesialisnya.      

"Kamu beruntung putramu sudah menjadi dokter dan memiliki putri yang baik " lagi-lagi dia memuji keberuntungan yoga.     

"Jika dibandingkan denganku kamu seharusnya bisa lebih berbahagia " ucapan terakhirnya sebelum dokter kim meninggalkan yoga sendirian.     

Dia melihat dari arah belakang sosok seniornya yang selama ini terlihat sangat angkuh itu, karena tiba-tiba muncul perasaan ibanya pada dokter kim walaupun dia selalu dianggap sebagai saingan yang selalu muncul ketika di hadapkan pada suatu jabatan tertentu...     

Nita tersenyum mendengar cerita yoga tentang kekecewaan yang dokter kim rasakan, terlebih jika dia tahu apa yang terjadi pada putrinya semalam.     

"Yang terpenting adalah kita sebagai orang tua sudah memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita " ucap nita mengusap lembut bahu yoga.     

"Karena kamu ayah terbaik " nita memujinya, dia memberikannya semangat akan ketakutannya pada pergaulan anak-anaknya ketika melihat yang terjadi pada ellen.     

Nita yakin axel dan yunna tidak akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ellen, dan dia selalu mempercayai semua anak-anaknya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.