cinta dalam jas putih

Orang Gagal



Orang Gagal

3"Ada apa? " nita melihat axel yang sepertinya pagi ini sangat tidak bersemangat, tidak seperti biasanya.     

Axel tersenyum lemah, "masih mengantuk saja bu "      

Nita tersenyum menanggapi jawaban axel yang semalam pulang begitu larut, tapi perasaannya mengatakan bukan karena hal itu axel tidak bersemangat seperti sekarang ini.     

"Semangat!! " dia mengusap bahu axel.     

Putranya itu sangat cepat tumbuh, tetapi dia masih saja manja seperti sekarang. Nita yang melihat semua perkembangannya dari kecil tahu bahwa sepertinya putranya itu sedang tersakiti hatinya.     

"Terima kasih, bu " axel tersenyum dan beranjak dari duduknya.     

Dia memberikan satu ciuman di pipi nita, "aku berangkat sekarang, dan bilang pada ayah maaf aku tidak bisa sarapan bersama karena harus mengembalikan mobil milik ellen "     

"Iya " jawab nita, "hati-hati "     

Dia memandangi langkah axel yang tidak bersemangat menjauhinya.     

'Tuhan tahu mana yang terbaik buat kamu axel ' ucapnya dalam hati sambil terus mengawasi langkah axel.     

"Aku pinjam mobilmu dulu bolehkan? " axel menghubungi ellen pagi-pagi sekali.     

"Iya, pakai saja "      

Rencananya mengembalikan mobil ellen dibatalkan karena dia sepertinya sudah terlambat untuk pergi ke rumah sakit.     

Semua karena dia terlalu banyak melamunkan sosok leiya sampai membuatnya tidak sampai-sampai ke tempat tujuan karena berdiam diri saja di dalam mobil.     

Axel pun harus menarik nafasnya dalam-dalam ketika dia telah di ruangan tempatnya bekerja.     

"Kalau hanya dokter umum dan masih muda sepertinya akan sama saja seperti kita " axel mendengarkan suara obrolan dari balik ruangannya.     

"Kenapa begitu? " axel sangat mengenal suara leiya dan tawanya yang khas.     

"Coba kita bisa dapetin yang sudah spesialis! tapi sayangnya mereka pasti sudah memiliki istri dan berumur juga "     

Lalu axel mendengar tawa mereka secara bersamaan, semakin membuat axel menjadi tidak percaya diri untuk berdiri di hadapan leiya. Dia tidak bisa disandingkan dengan dokter azka yang sudah jauh lebih hebat darinya sekarang.     

"Dokter! " lalu terdengar sebuah ketukan di pintu ruangan axel, dan muncul seorang perawat.     

"Dokter axel, ada pasien sianosis dan apneu! "     

Axel terperanjat dia segera berdiri dan belari ke arah ruang tidakan dan melihat leiya yang sedang memasangkan sebuah oksigen dan oxymeter.     

Leiya menolah ke arah axel, dia memberikan instruksi dengan gelengan kepalanya.     

Axel segera melakukan sebuah tindakan resusitasi jantung paru, ketika terjadi henti nafas.     

"Cepat hubungi dokter anestesi! " axel memberikan tekanan pada dada pasien di pertengahan bagian bawah tulang sternum. Dan kembali mengecek nadi dan penapasan pasien yang negatif.     

Dia kembali melakukan tindakan resusitasi jantung paru, sampai akhirnya leiya datang bersama dengan dokter anestesi.     

Axel berharap pasien itu masih dapat di tolong dengan tindakan intubasi.     

"Ini sudah midriasis " lalu dokter anestesi itu berkata pada axel.     

"Apa,,, " axel terlemas, tindakan yang dia lakukan tadi ternyata sama sekali tidak bisa membantu pasien itu.      

Dia merasa dirinya adalah orang yang paling gagal sekarang ini, semua ilmu yang dia punya tidak dapat memberikan hal yang berguna pada ibu itu. Semua karena dia terlalu memikirkan cintanya sehingga membuatnya menjadi orang gagal seperti sekarang ini.     

Axel menyendiri di ruangannya ketika dokter anestesi menyatakan bahwa pasien itu tidak dapat di tolong, perkataan itu terus menerus berada dalam pikirannya. Membuatnya begitu tertekan dan depresi, sepanjang pekerjaannya dia baru melewati hari yang menyeramkan seperti sekarang ini.     

"Ada apa axel " terdengar suara ayahnya di ujung telpon.     

"Ayah, aku baru saja melakukan kesalahan " lalu axel langsung mengatakan tujuan dia menghubungi ayahnya itu di jam sibuk.     

"Apa maksudmu? "      

"Tadi itu aku gagal menyelamatkan pasien " jawab axel, "ketika melihat seluruh tubuhnya sianosis dan tiba-tiba kejang dan apneu "     

"Walaupun sudah aku lakukan tindakan resusitasi jantung paru, itu tidak menyelamatkannya " sambung axel.     

Lalu suasana hening seketika, mereka berdua tidak menjawab apapun untuk beberapa saat.     

"Axel " lalu yoga menyebut namanya.     

"Ini semua bukan sepenuhnya kesalahan kita sebagai tenaga medis " ucapnya, "ayah percaya kamu telah lakukan yang terbaik tadi, tapi kita harus kembali ingat bahwa sehebat apapun ilmu kita, kita hanya manusia "      

"Kejadian itu mungkin emboli ketuban " jelasnya, "itu bisa merenggu nyawa pasien hanya dalam hitungan detik saja "     

"Iya, aku pernah mendengarnya " axel menganggukkan kepalanya.     

"Pasien hamil dengan usia resiko bisa jadi penyebabnya " lalu yoga kembali menjelaskan pada axel, "atau mungkin pada pasien preeklamsi dan polyhidramnion "     

"Semua terjadi secara tiba-tiba ketika ketuban pecah, dan ada epitel-epitel dari ketuban yang masuk ke dalam pembuluh darah ketika uterus sedang berkontraksi " sambungnya.     

Axel terdiam mengagumi semua penjelasan ayahnya yang begitu detail dan jelas padanya.     

"Tapi aku merasa kurang maksimal menyelamatkannya " axel kembali merasa menjadi orang yang gagal.     

"Itu hal wajar, karena kita juga memiliki sebuah perasaan " ucap yoga.     

"Ayah sering mendapatkan itu ketika residen dulu, bahkan ada yang lebih-lebih dari kejadian tadi " sambungnya.     

"Kamu itu seperti ibumu " lalu yoga membandingkan axel dengan nita, "ketika dulu dia tidak bisa menyelamatkan pasiennya dia selalu merasa menjadi orang yang gagal, dan lalu dia mencari jawabannya lagi dengan belajar "     

Axel tersenyum dalam sedihnya, tentu saja dia tidak akan sama jika dibandingkan dengan ibunya yang selalu melakukan pekerjaannya dengan baik seperti ayahnya.     

"Lakukan juga hal yang sama seperti ibumu " ucap yoga, "menjadikan kejadian yang membuatmu merasa paling gagal dengan terus belajar dan lebih berhati-hati lagi ketika bekerja "     

Axel tersenyum, "ayah benar, aku masih harus banyak belajar "     

"Terima kasih karena ayah mau mendengarkanku " ucap axel.     

"Ayah akan selalu bisa menjadi pendengar yang baik untuk semua anak-anak ayah walaupun sedang bekerja " perkataannya membuat axel merasa terenyuh, dia memiliki orang tua yang paling terbaik yang tuhan berikan padanya.     

Itu membuat axel merasa dia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan dan harus dengan cepat bangkit, dia membuka laci meja kerjanya dan memandangi sebuah amplop putih yang terdapat di dalamnya.      

Dia membacanya kembali dengan kembali dengan hati-hati dan lalu memikirkannya begitu dalam sampai membuatnya menjadi melamun untuk waktu yang lama.     

"Ellen " lamunan axel membuyar ketika menerima telepon dari sahabatnya itu.     

"Ada apa? " tanya axel.     

"Jemput aku sepulang kerja nanti " jawabnya.     

Axel menarik nafasnya dalam-dalam, "kamu mau aku jemput dimana? "     

"Aku kirimkan alamatnya di whatsapp " jawan ellen, "bye,,, "     

Ellen lalu dengan segera menutup teleponnya karena tidak ingin mendengar kata penolakan dari axel sekarang.     

"Dia sedang berada di salon " ucap axel ketika membaca pesan yang ellen kirimkan untuknya.     

Ternyata ellen adalah orang yang mudah melupakan masalah walaupun paling berat dalam hidupnya, axel menanggapinya dengan senyuman dan memikirkan kenapa dia tidak melakukan hal yang sama seperti ellen.     

Dengan cepat axel mengambil tas miliknya berencana untuk pergi sekarang juga, dan tidak lupa dia pun membawa amplop yang tadi isinya baru saja selesai dia baca.     

Dia akan membuat keputusan baru dalam hidupnya sekarang...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.