cinta dalam jas putih

Makan Malam terakhir



Makan Malam terakhir

0Axel berjalan mengikuti langkah nita yang setelah dia menceritakan kejadian lucu tentang ayahnya tadi dia terlihat berjalan menuju ruang makan.     

"Ibu " panggil axel, dia lalu melihat sosok wanita yang dipanggilnya itu berbalik dan tersenyum ke arahnya.     

"Ada apa? " lalu nita kembali merapikan piring-piring yang berada di atas meja.     

"Aku akan merindukan kalian semua nanti " lalu axel kembali berucap, dia berjalan menghampiri nita dan lebih mendekat ke sosok itu.     

Setelah dia berada di hadapan nita, satu usapan lembut dia dapatkan di kepalanya dan tatapan lembut penuh dengan kasih sayang memadanginya.     

"Tentu saja, aku akan sangat merindukan sosok putra laki-laki yang tidak pernah jauh dari sampingku " ucap nita masih dengan senyumannya, "tapi karena kamu sudah memutuskan hal yang terbaik, jadi ibumu hanya bisa mendoakanmu saja "     

"Aku yakin putraku akan sangat cepat menyelesaikan sekolahnya dan kembali dengan gelar dokter spesialis "     

Nita mengusap bahu axel dengan lembut, "kamu bisa walaupun tanpa bantuan ayahmu, apa yang ingin kamu capai kamu harus berusaha sampai bisa meraihnya "     

"Doakan aku dengan cepat berhasil meraih gelar seperti ayah " axel berucap seraya memberi pelukan pada nita, sudah sebesar inipun axel selalu memberikan pelukan pada ibunya itu. Ketika dia tidak memeluk ayahnya setelah beranjak remaja, dia masih tetap memeluk ibunya walau telah dewasa.     

Yoga memandangi dari kejauhan putranya yang sedang memeluk nita. Seperti baru kemarin dia mendengar tangisannya di setiap malam, rengekan nya yang selalu terdengar ketika dia harus pergi sekolah. Laporan dari guru kelasnya karena tidak fokus belajar dan selalu berkelahi dengan teman sekelasnya.     

"Aku mau ayah menikah dengan bibi itu! " dan ucapan permintaan pertamanya pada yoga ketika dia menunjuk sosok nita yang dia pilih untuk menjadi ibu sambungnya.     

Awalnya dia berpikir jika seorang dokter sepertinya harus mencari seorang istri yang setara dengannya, tetapi setelah tersadar bahwa ternyata kasih sayang itu mengalahkan semua kedudukan apapun.     

"Aku akan mengikuti semua yang ayah katakan " lagi-lagi dia teringat perkataan axel di hari ulang tahunnya, dia memberikan sebuah kado ulang tahun berupa surat yang menunjukkan bahwa dia harus mengikuti sebuah pendidikan untuk melanjutkan kuliah spesialisnya. Sesuatu hal besar yang diinginkannya pada axel, setelah beberapa tahun dia menolaknya bahkan mengundurkan diri dari pekerjaan yang yoga berikan untuknya mencari pekerjaannya sendiri dan menunjukkan bahwa dia dapat hidup mandiri tanpa bantuannya.      

Ternyata hal seperti inilah yang menyakiti hati seorang ayah, ketika semua yang ingin dia lakukan tidak selalu di terima oleh anak-anaknya dan ketika semua anak-anaknya tidak memerlukan bantuannya lagi.     

"Kenapa ayah tidak bergabung dengan kakak? " yunna muncul di belakang yoga yang masih menyaksikan axel dan nita yang sedang membuat pelukan perpisahan.     

Dia tersenyum ke arah yoga, "ayah tenang saja, aku akan selalu ada buat ayah dan menggantikan kak axel menghibur ayah dan ibu "     

Dia lalu meraih satu tangan yoga untuk bergabung dengan ibu dan kakaknya itu. Karena ini adalah makan malam terakhir mereka bersama dengan axel sebelum dia harus pergi selama satu tahun untuk PPDS. Walaupun sebenarnya axel bisa pulang kapanpun untuk berlibur, tapi karena ini adalah kali pertama kakaknya pergi ke tempat jauh membuat reaksi ayahnya itu sangat begitu berlebihan.     

"Jadi kalau ayah dan ibu masih merasa kesepian padahal ada aku yang cerewet " ucap yunna ketika semua anggota keluarga tengah sibuk makan dan dia masih mengoceh, "itu artinya kode untuk ayah agar memberikan ijin pada ibu untuk membuat lagi bayi kecil! "     

Axel seketika menanggapi ucapan yunna itu dengan menahan tawanya yang hampir saja akan keluar dari dari mulutnya.     

Tetapi ayah dan ibu nya itu menjadi tersedak dengan ucapan putri mereka, momen yang benar-benar pas ketika axel akan pergi untuk belajar dan yunna meminta kedua orang tuanya itu untuk membuatkannya satu lagi adik tepat di hari ulang tahun ayahnya.     

Yunna justru hanya menanggapi dengan senyuman lebar ketika melihat reaksi kedua orang tua mereka yang wajahnya terlihat memerah karena malu.     

"Ibumu sudah terlalu banyak mengurus bayi di rumah sakit " ucap yoga, "dan juga kami sudah tidak muda lagi, itu artinya kamu minta bayi saja pada kakakmu nanti! "     

Axel terbatuk ketika yoga mengatakan hal itu padanya, dia sama sekali tidak memikirkan hal yang jauh seperti itu. Mengingat hubungannya dengan ellen masih baru dan dia pun harus menyelesaikan sekolahnya empat tahun lagi, dan pasti diapun akan sangat sibuk karena harus fokus pada pendidikan spesialisnya.     

"Tapi ibu bilang dia mau sekali memiliki bayi lagi! " ucap yunna membocorkan sebuah rahasia yang pernah nita katakan padanya beberapa hari yang lalu, dan yunna memang tidak bisa menyimpan sebuah rahasia itu. Membuat nita harus menutupi wajahnya karena tatapan tajam dari yoga dan axel yang justru tersenyum padanya seperti memberikan dorongan semangat padanya.     

"Artis juga banyak yang hamil di usia yang tidak muda ayah,,, " yunna lagi-lagi memberitahukan pada yoga tentang pemikiran modern yang dilihatnya dari sebuah media sosial.     

"Ibumu itu bukan artis! " tanggap yoga, dia tidak akan pernah menyetujuinya. Karena dia tahu seperti apa riwayat kehamilan nita sebelum akhirnya melahirkan yunna. Sepertinya jika melihat nita harus tersakiti lagi karena harus melahirkan dia tidak akan pernah mengijinkannya.     

Axel tertawa kecil, dia tahu apa yang sedang ayahnya pikirkan kali ini. Karena dia juga tahu apa yang pernah di lalui oleh ibunya sebelum melahirkan yunna, dan bahkan dia pernah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ketika  ibunya itu harus mengalami perdarahan dan syok.     

Suasana ini lah yang akan dia ingat setelah nanti harus jauh dari kedua orang tua dan adik cerewetnya itu.     

"Kenapa kamu tidak mengambil tempatnya di rumah sakit saja! " yoga mengomentari tempat yang baru saja mereka datangi untuk mengantarkan axel ke tempat nya untuk menempuh program pendidikan spesialis.     

"Ayah!!! "      

Axel, yunna dan nita secara bersamaan memanggilnya menanggapi semua yang yoga katakan.     

"Apa? " yoga terheran dengan kekompakan ketiga anggota keluarganya itu.     

"Biarkan kakak mencoba semua yang menurutnya baik " yunna berkata dengan kedua mata indahnya yang membulat ke arah yoga.     

Nita mendukung perkataan yunna dengan anggukan kepalanya.     

Dan axel hanya menanggapinya denga tawa kecil, ayahnya itu memang sangat kehawatir padanya yang untuk pertama kalinya berada di sebuah tempat yang jauh dari mereka. Tempat yang dengan fasilitas terbatas, jalan tidak sebagus perkotaan dan sarana kesehatan yang tidak modern dari tempatnya bekerja dulu. Jalan setapak yang ada di depannya itu akan menjadi jalan menuju ke kehidupan barunya dan di laluinya sendiri bersama rekan sejawatnya nanti.     

"Jangan cari pacar, ingat kak ellen " yunna memeluk axel sebelum mereka berpisah, "aku boleh kan mengunjungi kakak jika libur sekolah? "     

"Tentu saja " axel mengusap lembut punggung yunna yang memberikannya pelukan perpisahan.     

"Hati-hati dan jangan lupa selalu berdoa sebelum kamu melakukan tindakan apapun " nita lalu memeluk axel setelah yunna.     

Axel tersenyum lebar, "iya, bu. Ibu akan sangat aku rindukan nanti, sepertinya ketika aku kembali adik baruku sudah sangat besar! "     

"Jaga kesehatan ibu " sambung axel, "jangan dengarkan ayah jika dia marah nanti dan tahu akan ada anggota baru di usia yang ayah sebut tidak muda, aku tahu ibu akan baik-baik saja "     

"Tentu saja " nita mengusap lembut punggung axel, sosok yang selalu manja padanya dan mengajarkannya menjadi seorang ibu yang sebenarnya.     

Yoga sedikit curiga ketika secara tidak sengaja dia mendengar axel yang mengatakan sesuatu tentang anggota keluarga baru, tetapi itu tidak mungkin pikirnya.      

"Memangnya kamu sudah aff IUD? " yoga bertanya pada nita ketika melihat axel yang merapikan barangnya ke dalam mobil dinas kesehatan yang akan mengantarnya ke tempatnya berpraktek.     

"Sudah " jawab nita, dia sengaja tidak mengatakannya pada yoga karena tentu saja dia tidak akan mengijinkannya. Setelah bertahun-tahun harus bongkar pasang, akhirnya dia memutuskan untuk tidak memakai alat kontrasepsi.     

Yoga menoleh ke arah nita dengan wajah aneh, "sudah berapa lama? "     

Nita tersenyum terlebih dulu sebelum dia menjawabnya, "aku lupa, tapi sepertinya sudah empat bulan! "     

Terlihat kedua bola mata yoga yang membulat ke arah nita, sambil memikirkan sebuah dosa yang sudah di lakukannya itu. Dan lalu menyipitkannya sambil terus menoleh ke arah nita yang ternyata sengaja menjebaknya, tetapi wanita itu hanya tersenyum saja. Seolah-olah dia tidak takut pada semua resiko yang akan dihadapinya nanti.     

Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah perut nita yang masih terlihat sama seperti sebelumnya, dan dia pun tidak memperlihatkan sebuah gejala yang sama seperti ketika sedang mengandung yunna dulu.      

"Tidak apa-apa, tenang saja " nita merangkulkan satu tangannya di pinggang yoga yang masih mengawasi perubahan bentuk tubuhnya.     

Dan yoga hanya bisa menertawakannya sekarang ini, di usianya sekarang dia akan kembali mendengar sebuah tangisan bayi. Walaupun banyak dari sahabat dan pasiennya yang mengatakan dia masih terlihat awet muda.      

Axel tersenyum memandangi sebuah foto keluarga kecilnya dan juga ellen, selama satu tahun kedepan dia akan berada di tempat yang belum pernah dia datangi dan teman-teman sejawat baru yang belum di kenalnya.     

Di perjalanan dia suguhkan oleh pemandangan indah, pegunungan yang pohonnya masih begitu rindang berwarna hijau, dan kabut di sepanjang perjalanan.      

Suasana khas pegunungan dirasakan oleh axel, ketika kemarin dia harus menghirup polusi kota hari ini udara segar melewati hidungnya dan membuat kepalanya terasa dingin seketika.     

"Selamat datang dunia baru! " ucap axel pada dirinya sendiri ketika hampir tiga jam di dalam perjalanan akhirnya mereka memasuki sebuah pemukiman dengan rumah yang berdinding semi permanen dengan warna cat rumah mereka yang sama, berjajar rapi dengan lingkungan yang bersih.     

"Pak dokter kita sudah sampai di puskesmas pembantu " ucap pak supir ambulan pada axel yang sedari tadi menikmati pemandangan desa dan mengabadikannya dengan kamera yang adalah hadiah dari ayahnya.     

Axel tersenyum dan segera turun dari sebuah ambulan yang mengantarkannya sampai di depan puskesmas pembantu yang menjadi tempat pengabdian pertamanya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.