cinta dalam jas putih

Pertama



Pertama

2"Dokter mau minum? " nita menyodorkan sebuah air dalam botol minum berwarna hijau miliknya pada axel.     

Dia merasa axel membutuhkan cairan setelah berjalan begitu jauh dan bertemu dengan lintah-lintah yang mengigit sepatunya boots yang dipakainya itu. Nita merasa dokternya itu kemungkinan mengalami syok cukup berat pada pengalaman pertamanya.     

"Lalu kamu? " axel menerima botol minum tersebut, tetapi tidak lantas meminumnya. Karena dia berpikir bahwa nita membawa bekal air tersebut untuknya selama menempuh perjalanan yang menakjubkan.     

Nita memperlihatkan senyumannya, "minum saja, sebentar lagi kita sampai dokter. Jadi aku bisa minum nanti "     

Axel menganggukkan kepalanya, kebetulan sekali tenggorokannya sudah sangat terasa kering. Dan meminumnya beberapa teguk ari dari dalam botol tersebut.     

"Kalau dokter dehidrasi dan pingsan, tidak akan ada yang bisa gendong " ucap nita ketika melihat axel yang sedang minum, "kalau aku yang pingsan, dokter kan laki-laki jadi tidak mungkin tidak bisa mengangkatku! "     

Axel tertawa ketika dia tengah minum dan mendengar nita yang berkata sesuatu hal yang lucu seperti itu, alhasil dia tersedak air yang diminumnya kali ini.     

"Istri dokter pasti lagi ngomongin itu! " nita menyangkut pautkan tersedaknya dengan mitos bahwa ada seseorang paling dekat membicarakannya.     

Axel hanya tertawa menanggapi semua mitos dari nita, sepertinya karena dia sudah lama tinggal di tempat ini membuat pemikiran kuno nya menempel seperti itulah pikir anneth.     

"Kamu tidak takut dengan lintah-lintah tadi? " lalu axel bertanya pada nita.     

Dia justru tertawa sebelum bicara, "takut dokter, saya kan perempuan. Jadi harus pura-pura takut! "     

"Pura-pura? " axel mengerutkan dahinya dan tertawa mendengar ucapan nita, "jadi kamu pura-pura takut? padahal sebenarnya tidak takut? "     

"Buat apa? " axel terus menertawakan yang diucapkan nita sepanjang perjalanan.     

"Biar terlihat anggun dokter " jawab nita, dia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberikan sebuah masker khusus petugas kesehatan pada axel yang sedang menertawakannya karena ingin di sebut perempuan anggun.     

"Tidak apa tertawakan saja selagi masih bisa " nita sepertinya akan dengan ikhlas ketika di tertawakan seperti itu.     

Axel menerima masker itu dan lalu menghentikan tawanya, "kenapa harus pakai masker? "     

"Wajah dokter keren jadi jangan sampai dokter tidak bisa kembali ke rumah gara-gara sesuatu! " jawab nita, "nanti dokter ketemu dengan temanku disana, dia bidan satu angkatan. Di semua yang datang ke tempat ini lili yang paling cantik, feminim dan lembut. Kami saja suka apalagi laki-laki... "     

Axel tidak mengerti dengan perkataan nita supaya bisa kembali ke rumah dia harus memakai masker yang di berikan oleh nita, tapi dia dapat percaya begitu saja. Sambil mendengarkan sebuah cerita tentang perjalanan pertama nita datang ke desa ini, dia memakai maskernya membuat perjalanan yang mereka tempuh tidak terasa sangat jauh.     

"Li, jangan lihat mata laki-laki itu kalau sedang bicara dengannya " bisik nita ketika dia dan ketiga temannya yang lain di undang ke desa samada yang terkenal sangat terpencil dan masih mempunyai kekuatan mistis.     

Lili tersenyum, "tidak boleh berburuk sangka dengan orang lain, dunia kita sudah modern mana ada lagi yang namanya santet dan semacamnya nita! "     

"Mereka baik sekali mengundang kita dengan menjamu banyak makanan " lalu lili memberitahukan pada nita, dia sedang mengatakan bahwa kebaikan seseorang itu tidak boleh nita salah artikan.     

"Hei, nita, lili! " panggil kak yosi yang duduk di sampingnya.     

Nita menoleh ke arahnya dan mendekatkan tubuhnya, hanya nita yang mengikuti semua yang di katakan kedua kakak seniornya itu untuk memakai sebuah masker. Disana mereka semua yang melihat petugas kesehatan yang menutupi wajahnya dengan masker memperlihatkan sedang menegaskan satu jarak. Dan menganggapnya sebagai satu kesombongan karena pendidikan mereka yang tinggi.     

"Nanti kalau mau makan makanan pertama, kamu harus melakukannya cara seperti ini lebih dulu " ucap kak yosi.     

Dia lalu memperlihatkan satu cara aneh pada nita dan lili, mengambil satu piring berisi makanan ketika pemilik rumah sedang mengambil kembali makanan yang akan di suguhkan.     

Piring tersebut dia langkahi tujuh kali dengan  kakinya, membuat nita dan lili membulatkan kedua matanya.     

"Makanan ini sudah aman! " lalu senyuman kak yosi terlihat ketika dia menunjuk sepiring makanan yang berbungkus daun pisang yang sudah dia langkahi tujuh kali.     

"Lili kamu pakai maskernya! " kak ela sepertinya sudah kesal pada lili karena sudah beberapa kali memberitahukannya tetapi selalu tidak diindahkan.     

"Kakak, aku kegerahan! " lili mengatakan sebuah alasan seraya merengek.     

"Terserah kamu saja " ucapnya, "yang penting sudah aku beritahukan! "     

Nita masih kebingungan hal seperti apa yang ditakutkan oleh kedua seniornya itu, tetapi yang pasti sebelumnya pernah terjadi sesuatu pada mereka. Karena mereka berdua sudah lebih lama tinggal di wilayah ini, dan nita percaya dengan apa yang mereka katakan walaupun sedikit aneh di jaman modern seperti ini masih ada hal mistis di satu wilayah.     

"Mereka sepertinya sudah harus mutasi ke daerah kota " dan kali ini lili berbisik ke telinga nita, dia mengatakan itu dengan nada yang seperti terdengar menertawakan kedua seniornya itu.     

"Halusinasi nya sudah semakin parah! " sambung lili.     

Nita hanya terdiam dan bingung perkataan mana yang harus di percayainya kali ini. Yang satu adalah teman satu angkatannya dan yang satu adalah kakak senior yang pengalamannya sudah tentu lebih banyak darinya.     

"Bidan nita asli orang mana? " lalu seorang wanita paruh baya di depan nita bertanya padanya, seraya menggosok-gosokkan sirih yang sudah lebih dulu dia makan ke gigi depannya sampai semua mulutnya berwarna merah, dengan tatapan matanya yang terus mengawasi sesuatu dari nita.      

"Pantas saja giginya bagus! " nita malah mengomentari gigi yang kuat dari wanita paruh baya yang seluruh rambutnya berwarna putih dan bersanggul.     

"Warna mata itu sangat tidak baik untuk kehidupan bidan nita " lalu dia berucap, "itu warna yang tidak lazim "     

"Biasanya banyak dimiliki oleh putri siluman ular! "      

Dan ketika dia mengatakan itu pada nita membuatnya tersedak walaupun sedang tidak makan dan minuman apapun.     

Melihat kedua seniornya yang menertawakannya dan juga lili yang sama seperti mereka, membuat nita kesal. Diapun tidak bangga memiliki mata berwarna hazel itu, heterochromia yang ada padanya membuat warna kedua matanya tidak sama dengan kedua orang tuanya. Tapi sampai dengan saat ini penglihatannya masih sangat bagus, jadi tidak ada yang mengganggu aktifitas kehidupannya seperti yang wanita itu katakan.     

'Mungkin ibu itu mau katakan kalau aku turunan pai su chen si ular putih yang pernah nongol di televisi! ' ucap nita dalam hatinya, tapi dia tidak akan mempermasalahkan apa yang di katakan oleh wanita tua itu.     

Selama dia yakin ketika berbuat baik akan menghasilkan satu kebaikan juga padanya, dia tidak akan pernah mempermasalahkan apa yang menjadi kekurangan di dalam tubuhnya itu.     

Walaupun wanita itu menyebutkan jelmaan siluman, yang terpenting adalah hatinya tidak seperti itu. Ternyata inilah yang kedua seniornya itu ceritakan, di desa yang paling terpencil ini masih mempercayai sebuah adat leluhurnya yang begitu kuat.      

Sampai di saat wanita tua itu mengomentari kedua matanya, nita sudah sangat percaya dengan apa yang sudah di katakan oleh kedua seniornya itu sekarang. Bahwa ada sesuatu hal yang bisa dilakukan walaupun tidak terlihat sama sekali di hadapannya, dan itu semua akan di laluinya di kemudian hari di masa pengabdiannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.