Ajian Asih
Ajian Asih
Nita terheran melihat sikap lili yang sejak mereka pulang dari jamuan kepala desa tadi, dia hanya senyum-senyum sendirian.
'Dia kenapa? ' nita semakin ketakutan, 'apa tadi lili salah ambil makanan? '
Terlihat sahabatnya itu selesai menyisir rambutnya dan menghampiri nita yang terduduk di tempat tidur.
"Kamu lihat lelaki itu ganteng sekali! " lili berkata dengan penuh perasaan bahagia, dia seolah baru pertama kali menemukan sosok laki-laki paling tampan dalam hidupnya.
Nita mengernyit, dia mengatakan bahwa laki-laki tadi adalah putra kepala desa yang teramat tampan di dunia ini.
"Lili " panggil nita, kali ini dia merasa bulu kuduknya berdiri malam ini seperti ada sesuatu hal yang lewat di belakang punggungnya dan juga sikap lili yang aneh.
Dia bicara dengan penuh kebahagiaan tetapi pandangannya itu seperti kosong.
"Kamu sadar! " dengan cepat nita memukul kening lili sekuat tenaganya dengan telapak tangannya, "jangan-jangan ada yang menempel di pikiranmu ketika di perjalanan pulang tadi! "
Lili mengerucutkan bibirnya, dan satunya mengusap keningnya yang kesakitan setelah mendapatkan pukulan nita untuk menyadarkannya.
'Tadi saja, ketika lukman anak kepala desa itu memperhatikanku aku sangat ketakutan! ' cetus nita dalam hatinya, tatapan laki-laki itu sangat menakutkan buat nita jika dibandingkan dengan keren. Maka itulah yang membuatnya pura-pura fokus pada makanan di depannya, karena seperti yang sudah dikatakan oleh seniornya itu untuk tidak menatap mata ketika berbicara dengan penduduk manapun.
"Bidan nita tidak akan pernah mendapatkan jalan yang mudah ketika ingin menemukan pasangan hidup! " ditambah ketika ucapan wanita paruh baya tadi yang membuat nita semakin kesal, karena lagi-lagi dia mengomentari kehidupan nita. Mengatakannya seolah-olah dia adalah tuhan, yang tahu akan seperti apa perjalanannya nanti.
"Lili sudah malam, jangan dandan terus! " ucap nita ketika melihat lili yang tidak berhenti merias wajahnya dan melihat dirinya di cermin.
'Kalau orang cantik selalu bebas mau berkaca selama apapun! ' lalu nita berkata pelan, seraua menarik selimutnya dan mencoba untuk istirahat karena besok akan banyak pekerjaan yang harus di kerjakannya.
"Nita!! " seseorang mengguncang-guncangkan tubuhnya yang sedang terlelap tidur.
Nita diambang antara tidur dan terbangun kali ini, dia membuka perlahan kedua matanya dan menangkap sosok lili yang sudah ada di tempat tidurnya sambil menangis.
"Lili ada apa? " lalu nita beranjak dari tidurnya dan duduk di samping lili yang menangis.
Dia menoleh ke arah nita dengan tangisannya, "nita, antarka aku ke desa samada! "
Kerutan terlihat begitu jelas di kening nita yang masih mengantuk, "lili sadar ini jam berapa? " dia lalu melihat ke arah jam yang berada di kamar mereka yang menunjukkan pukul satu malam.
"Mau apa kamu kesana? " lalu nita bertanya dengan penasaran yang begitu besar.
"Aku mau bertemu dengan lukman! " jawab lili dengan tangisannya yang bertambah histeris, "sekarang ini merasa sangat rindu padanya! "
Nita memundurkan tubuhnya beberapa inchi dari tempat semulanya, sambil mengawasi lili yang semakin histeris.
Padahal sekarang ini lili sudah memiliki pacar yang tampannya melebihi lukman, dia perawat yang sudah bekerja di rumah sakit kota. Bahkan sewaktu mereka harus berdinas di desa ini, pacarnya itu dengan setia mengantar lili ke puskesmas. Dan sekarang dia menangisi laki-laki yang baru beberapa kali di temuinya hanya karena sebuah rasa rindu yang sepertinya tidak bisa dia bendung lagi.
"Kamu mau kemana? " nita segera menarik tangan lili ketika sahabatnya itu berusaha untuk keluar dari kamarnya, dan dia berhasil mencegahnya.
"Kalau kamu tidak mau mengantarku aku pergi sendiri saja! " ucap lili masih dengan tangisannya.
Nita menarik nafasnya dalam-dalam dengan satu tangannya yang berusaha meraih kunci pintu secara sembunyi-sembunyi dari lili.
"Iya aku antar, tapi kamu tunggu dulu sebentar disini " nita membawa lili untuk duduk di tempat tidur, "aku ganti baju dulu! " setelah dia berhasil membawa lili untuk duduk, dengan cepat nita keluar dari dalam kamar dan mengunci lili dari luar kamar.
"Nita kenapa aku di kunci!!! " teriakan lili sambil menggedor pintu kamar yang nita kunci, membuat semua penghuni rumah dinas yang ditempati olehnya berhamburan keluar.
"Ada apa, nit? " kak ela yang keluar dari dalam kamar lebih dulu bertanya pada nita yang masih berdiri di depan pintu kamarnya yang dia kunci dan lili sedang berada di dalamnya berteriak.
"Kak, dia sedang kerasukan " ucap nita tanpa menoleh ke arah seniornya itu.
Setelah kedua seniornya itu datang menghampirinya, nita menceritakan kejadian yang di alamai oleh lili tadi dan semua keanehan-keanehan yang dirasakan oleh nita pada sikap lili yang berubah.
"Aku kan sudah bilang jangan lihat matanya! " cetus kak yosi dengan nada kesal, "apa kita harus cerita tentang teman kami yang akhirnya gila karena dia tidak mau menikah dengan penduduk desa itu yang ternyata menaruh hati padanya "
"Iya " kak ela membenarkan ceritanya, "walaupun sudah di obati dimanapun dia tetap menjadi seperti orang gila, dan ada yang mengatakan satu-satunya penyembuh itu menikah dengan laki-laki itu! "
"Tapi kedua orang tuanya memilih membiarkannya gila daripada menikah dengan cinta yang dipaksakan " sambung kak ela.
Nita terlihat ketakutan sekaligus bingung, "lalu kita harus berbuat apa kak? "
"Kasihan lili, dia seperti sudah dibuat tergila-gila dengan laki-laki itu! " nita tidak mau sahabatnya itu bernasib sama dengan teman kedua seniornya itu.
Semua orang yang berdiri di depan pintu terlihat memikirkan sesuatu untuk beberapa waktu.
"Aku akan meminta bantuan pak rian, supir ambulan puskesmas kita " ucap kak ela menemukan sebuah solusi, "dia tahu harus memanggil siapa ketika ada hal seperti ini "
Dengan cepat dia berlari ke arah luar rumah di temani oleh kak yosi, meninggalkan nita sendirian yang masih berdiri di depan pintu.
"Nita!!! " teriak lili dari balik pintu, "aku harus menikah dengan lukman besok pagi, kamu harus mengijinkan aku! "
"Aku sangat mencintainya " lalu dia mengatakan hal itu dengan tangisannya, suara mulai serak karena tidak berhenti menangis dan berteriak.
Nita tidak tahu harus berbuat apa pada lili, dan ketika dia menunggu dua seniornya meminta bantuan dia memutuskan untuk menghubungi kekasih lili di kota agar memberitahukan kedua orang tuanya tentang keadaan lili sekarang ini. Dia tidak mau melihat lili menderita seperti sekarang ini.
"Saya minta maaf " ucap seorang laki-laki dengan penampilan aneh yang dibawa oleh pak rian yang menjadi supir ambulan di puskesmas.
"Dia bisa sembuh jika menikah dengan laki-laki yang ingin di temuinya sekarang! " sambungnya, "jika kalian memaksanya pulang, pasti dia akan menjadi orang linglung "
Dan laki-laki itu seperti seorang dokter hebat yang dapat mendiagnosa seseorang hanya dengan melihatnya saja.
"Ajian asihnya hebat " lalu dia kembali bicara, "dia itu menyukai nona yang cantik ini, dan bisa dengan mudah memasuki pikirannya karena dia lemah! "
"Sering melamun dan pingsan membuat ajian itu dengan mudah masuk " lalu dia menjelaskan kenapa lili bisa dengan cepat berubah seperti orang yang mengalami kesurupan.
"Jadi akhirnya temanmu itu menikah dengan laki-laki yang berbuat curang itu? " axel bertanya setelah mendengar cerita nita yang walaupun sulit untuk dia percaya tetapi telah berhasil membuatnya sedikit merasa takut.
"Iya " jawab nita, "karena pacarnya yang baik itu mengikhlaskannya "
"Dia tidak mau melihat lili menjadi gila " sambungnya, "dan dia juga mengantar lili ketika dia menikah, dan tentu saja dengan kesedihan yang dia sembunyikan "
"Kamu tidak menangis? " lalu axel menanyakan pada nita tentang rasa sedihnya melihat kejadian aneh yang menimpa sahabatnya itu.
Nita menurunkan maskernya dan memperlihatkan senyumannya, "disini kita di haruskan menjadi orang kuat, selemah apapun itu aku sudah terbiasa menjadi manusia besi dan berhati dingin "
"Tidak ada yang membuatku takut, hanya untuk membuat mereka tidak berani macam-macam denganku! " sambung nita, mengikuti semua yang dikatakan oleh kedua seniornya. Itu kenapa dia terkesan memiliki suara yang lantang ketika menghadapi masyarakat yang sulit untuk di beritahu dan dibina. Itu hanya satu cara agar dia bisa di hormati di tempat yang begitu keras...