Wanita-wanita Usil
Wanita-wanita Usil
Tapi keesokan harinya wanita itu sama sekali tidak terlihat atau apapun, dia tetap dengan sikap yang sedikit pecicilannya datang ke puskesmas ketika axel sedang membuat sebuah laporan untuk setiap kegiatannya.
'Wanita itu memang senang berpura-pura ' ucap kai dalam hatinya, setelah dia kemarin melihat nita menangis sekarang dia tertawa seolah tidak ada hal terjadi padanya.
'Memang benar, kalian yang selalu tertawa keras itu ternyata ada sebuah kesedihan yang di tutupinya ' kai mengomentari sifat nita sekarang ini. Tetapi dia layak mengatakan bahwa dia tangguh, selama dia bisa menyelesaikannya sendirian dia akan terus berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Dia itu sosok wanita yang mencintai dirinya sendiri, menjadikan kehidupannya sangat berharga dari kesedihan apapun.
"Ingat, kalau pak tua itu minta kamu pijitin dia lagi oles ini ke handuknya! " axel melihat bidan yosi mengoleskan sesuatu ke sebuah handuk kecil yang tersimpan di sebuah kursi yang pemiliknya belum muncul.
Axel yang sudah beberapa hari tiba di desa itu belum sedikitpun bertemu dengan pimpinan tempatnya bekerja sekarang ini.
"Siap kak! " nita mengedipkan satu matanya ke arah seniornya itu sebelum pergi untuk posyandu dan hari ini jadwal piket nita di puskesmas pembantu. Dia tidak harus pergi ke desa ketika mendapat piket di puskesmas, jadi dia menemani axel untuk menunggu pasien datang.
Tetapi setelah hari berganti siang, pasien belum muncul satupun. Datanglah seorang laki-laki bertubuh tambum dengan rambut ikalnya yang memutih masuk ke dalam ruangan axel ditemani oleh nita.
"Dokter bagaimana tinggal disini? " dia lalu bertanya pada axel yang sudah mulai bosan dengan suasana sepi tanpa pasien sekarang ini.
"Saya masih baru, jadi belum bisa menjawabnya dengan pasti " axel menjawab pertanyaannya sambil menggaruk ujung alis mata kanannya.
"Harus betah, karena bidan nita ini pintar masak dan mijit loh " lalu tawanya muncul ketika memuji nita yang ada di belakangnya.
Axel tertawa kecil seraya memandangi nita yang sepertinya tidak suka dengan pujian tersebut, itu terlihat dari kedua matanya yang terbelalak dan bibirnya yang komat-kamit tanpa suara seperti akan muntah.
"Coba bidan pijitkan pundak saya " lalu dia memberikan sebuah perintah pada nita setelah memberikannya pujian.
Axel pun akhirnya tahu apa yang membuat nita tidak suka dengan pujian itu.
Tapi wanita itu melakukan nya juga, memijit pundaknya, berdiri di belakang kursi laki-laki tambun itu. Dia seperti ingin sekali tertawa tapi akan berakibat fatal pada pekerjaannya.
'Jadi itu alasan nita lebih suka dia tidak datang ' ucap axel dalam hatinya ketika melihat nita dengan begitu terpaksa memijit pundak atasannya.
Nasibnya sebagai junior mengharuskan nita harus menjadi korban tindakan yang paling tidak diinginkan kedua seniornya itu. Sepertinya mereka sudah tahu jadwal kedatangan kepala puskesmas sekarang ini, dan membuat jadwal piket ada pada nita.
"Bapak keringetan sekali " nita berucap pada pimpinan nya itu dengan wajah polosnya dan sebuah senyuman yang lebar.
Dan axel hanya menyaksikan satu ke anehan pada setiap perkataan wanita itu, sedetik tadi dia terlihat kesal tetapi sekarang dia berkata manis seolah peduli pada laki-laki itu.
Axel mengawasinya dengan menyilangkan kedua tangannya menunggu apa yang akan diperbuat oleh wanita paling lucu itu pada pimpinannya.
'Handuk itu kan ' lalu axel menanggapi nya ketika lelaki itu mengambil handuk kecil miliknya yang tersimpan di kursi.
Terlihat laki-laki itu mengelap wajah dan lehernya dengan handuk tersebut. Awalnya dia terlihat baik-baik saja, tetapi lama-lama laki-laki itu mulai bereaksi.
Wajahnya terlihat memerah, dan dia tidak nyaman untuk duduk. Keringat pun bermunculan dari wajahnya.
"Kenapa malah semakin panas ya? " dia bertanya pada nita yang berdiri di sampingnya.
Dan wajah nita seketika menjadi seorang wanita polos yang seolah tidak tahu bahwa yang terjadi itu karena ulah usil kedua senior dan dirinya sendiri.
"Bapak tadi makan makanan pedas tidak? " tanyanya dengan wajah lugu seperti seorang bayi yang belum memiliki banyak dosa.
Axel tertegun melihat akting nita yang begitu menakjubkan kali ini, dia layak di beri penghargaan di berbagai ajang pertelevisian.
"Saya cuci tangan dulu " laki-laki itupun beranjak dari duduknya menuju ke area belakang puskesmas untuk mencuci tangan dan mukanya.
"Apa yang bidan yosi oleskan di handuk tadi? " axel dengan cepat menghampiri nita setelah laki-laki itu pergi.
"Balsem gosok " jawab nita dengan wajah datar.
Axel terkejut, ketika tahu ternyata balsem yang di oleskan oleh bidan yosi tadi. Dan axel tahu jika obat gosok tersebut di siram dengan air justru akan memunculkan kembali rasa panasnya. Dan seketika dia menggelengkan kepalanya menanggapi keusilan ketiga perempuan yang menjadi rekan kerjanya itu.
Ternyata tindakan semena-mena yang di lakukan oleh siapapun dengan secara kontan langsung mereka berikan balasan yang lebih hebat lagi.
'Wanita-wanita yang pada umumnya terlihat tidak berdaya dan penurut itu ternyata lebih ganas ketika di perlakukan tidak adil! ' cetus axel dalam hatinya.
Dalam waktu seketika axel merasakan tubuhnya merinding, dia tidak boleh melakukan hal yang sama pada mereka atau nanti hari-hari nya akan di penuhi oleh semua keusilan mereka. Dan dia tidak akan pernah bisa menyelesaikan pengabdiannya untuk bisa masuk PPDS.
"Kamu senang sekali " axel melihat tawa nita yang sangat bahagia sekali setelah dia berhasil membuat pimpinan nya tidak berkutik lagi.
"Coba dokter bayangkan " ucap nita masih diiringi tawanya, "dia itu sudah mempunyai banyak uban di kepalanya, bahkan sudah menjadi seorang kakek "
"Tapi bisa-bisa nya masih jelalatan sama wanita lebih muda " sambung nita, dulu dia sering mendapatkan pekerjaan untuk memijit pundaknya. Tiga tahun pendidikan yang ditempuhnya ternyata pekerjaannya hanya harus memijit, dan membuat pimpinan senang agar pekerjaannya lancar.
"Aku tidak suka jadi penjilat dokter " ucap nita kemudian, "yang selalu menyenangkan pimpinan walaupun tidak sesuai koridor pekerjaan, sayangnya kalau aku tidak suka aku selalu memperlihatkannya "
"Jadi aku sering di kenal dengan pembangkang " biarpun seperti itu nita sepertinya tidak merasa dirinya adalah orang yang paling salah.
Axel mengerti, dia terbentuk seperti itu oleh suatu kondisi pekerjaannya sekarang. Walaupun menjadi wanita usil, nita selalu menjadikan setiap orang baru sebagai gurunya dan tempat baru yang didatanginya sebagai tempatnya bersekolah. Dan yang paling menarik bagi axel adalah ketika dia menjadikan sebuah kesalahan dari teman-teman terdekat dan dirinya sendiri sebagai sebuah pengalaman untuknya.
Dengan ini axel tahu artinya bekerja dengan baik, yang tidak selalu memandang kesuksesan sebagai tolak ukur untuk berubah menjadi baik.
'Aku merindukan ibu sekarang ini ' ucap axel di dalam hatinya setiap kali dia merasa sendirian di tempat barunya itu, dan kali ini perlahan telah menjadi terbiasa ketika dia telah di takdirkan oleh kehidupan untuk lagi-lagi di temani oleh wanita yang memiliki nama 'Nita '.