cinta dalam jas putih

Partus Dalam Gelap



Partus Dalam Gelap

1Axel masih terus mengikuti nita dari belakang nya.     

'Berjalan berdua menyusuri gelap di sebuah rumah pasien di pelosok desa, benar-benar pengalaman yang tidak akan dia lupakan seumur hidupku... ' ucapan axel dalam hatinya seolah dia sedang membuat sebuah tulisan judul yang sangat panjang dalam buku catatan hariannya.     

"Bu bidan!!! " lalu mereka berdua mendengar sebuah teriakan.     

Membuat axel dan nita seketika berbelok ke arah kamar pasien nya, dengan memakai sebuah sentet yang cahaya nya berada di sisa baterai miliknya.     

"Pak mana cempor nya? " nita lalu ikut berteriak pada suami pasien yang sudah dia minta untuk menyiapkan sebuah penerangan tradisional yang bisa membantu mereka untuk setidaknya melihat sosok-sosok yang ada di hadapannya.     

"Ini bu bidan " ucap suami pasien tersebut dengan memberikan sebuah cempor pada nita yang akan bersiap melakukan pemeriksaan ulang.     

"Dokter mau mencoba nya? " nita berbisik pada axel yang duduk di sampingnya dan memegangi cempor yang di berikan oleh suami pasien, dia telah melakukan pemeriksaan pada pasiennya sekarang ini.     

"Ini sudah ada doranteknus " ucap nita kembali pada axel, dia lalu memberikan sebuaj isyarat pada axel untuk memakai sarung tangannya.     

"Ibu seperti nya saya harus di bantu oleh pak dokter " ucap nita pada pasiennya itu, dengan mengusap lembut perut pasiennya.     

"Saya jamin pasti kalau pak dokter yang pegang pasti langsung lahir " sambung nita mencoba merayu pasiennya itu, agar bisa memberikan sebuah kesempatan pada axel untuk bisa melakukan pertolongan persalinan untuk pertama kalinya di tempat paling jauh dengan suasana gelap.     

"Iya, bu bidan " karena pasien itu sedang merasakan kesakitan yang begitu hebat, dia akan dengan ikhlas mengijinkannya agar bayinya cepat lahir.     

Nita bergantian memegang cempor yang axel pegangkan tadi.     

"Hei " axel memanggilnya dengan berbisik juga, "apa itu doranteknus? aku pernah mendengarnya tetapi lupa apa ya? " axel mencoba menutupi ketidaktahuannya itu dengan pura-pura lupa sekarang ini.     

Nita tertawa kecil, "itu adalah tanda grjala kala dua dokter, dorongan meneran dan tekanan pada anus! "     

Axel menanggapinya dengan anggukkan kepala dia mengerti dengan semua yang nita jawabkan padanya.     

"Itu kepalanya sudah di dasar panggul dokter " nita kembali memberitahukan pada axel dengan nada datar agar pasien nya tidak mendengar bahwa dia sedang mengajarkan sesuatu pada axel sekarang ini.     

"Steneng " ucap nita pada axel, dengan satu tangannya meraih satu telapak tangan axel untuk disimpan di perineum bagian bawah dan satu tangan kirinya di bagian daerah pubis.     

"Ayo,bu sekarang boleh mengedan " lalu nita berucap pada pasiennya, "tarik nafas lebih dulu, tahan nafasnya ketika mengedan dan angkat kepala ibu menempelkan dagu di dada "     

"Dan ibu buka kakinya lebar-lebar ya! " lalu dia kembali memberikan sebuah instruksi pada axel.     

Pasiennya pun melakuka sesuai yang nita instruksikan, terlihat kepala bayi terdorong keluar oleh axel. Betapa dia terlihat sangat takjub dengan semua hal yang baru pertama kalinya dia lakukan, melihat bayi kecil tidak berdaya itu melakukan putaran paksi luar ketika kepalanya sudah melewati jalan lahir.     

"Tangan kanan diatas " lalu nita kembali memberitahukan pada axel setelah kepala bayi keluar, kali ini dia harus melahirkan bahu bayi.     

"Tarik kebawah untuk melahirkan bahu atas " nita kembali memberikan sebuah intruksi pada axel, dan semua yang dikatakan oleh nya pun dilakukan axel dengan baik karena dia pernah melihat sebuah partus pandang.     

"Lalu ke atas " sambung nita.     

Dan kali ini bahi bayi itu sudah terlihat di dasar perineum pasiennya.     

"Sanggah susur " lagi-lagi nita memberitahukan kembali pada axel.     

Tangan kanan axel memegang leher dan tangan bayi di bawah seperti posisi menyanggah, dan tangan kiri nya menysur di atas bagian bayi.     

Gunanya sanggah susur ini supaya tangan bayi tidak kemana-mana dan memperburuk robekan jalan lahir. Hal ini untuk meminimalisir robekan jalan lahir.     

Setelah semua badan bayi lahir, lalu terdengar suara tangisan bayi itu, ketika bayi itu menangis sekerasnya justru itu menimbulkan sebuah kebahagiaan bagi axel dan nita.     

"Oke dokter jepit, jepit potong " nita pun memberitahukan kembali pada axel agar dia jangan berbahagia dulu karena pekerjaannya masih panjang. Mereka masih harus melalui kala tiga dan kala empat kemudian setelah bayi lahir.     

"Oksitosin nya sudah aku suntikan " ucap nita ketika axel menjepit tali pusat dan memotong nya, dia menyuntikan sebuah obat di sepertiga paha luar pasien secara intra muskuler.     

"Dokter lakukan penegangan tali pusat dan aku akan mengurus bayinya lebih dulu " nita lalu mengambil bayi itu dengan sebuah suction yang sudah berada di mulut nita yang terhubung dengan sebuah selang kecil dan lentur penghisap lendir bayi.      

Axel melihat nita yang secara cekatan menghisap lendir bayi dengan suction, membersihkan lendir di bagian kepala , kaki dan dadanya. Dia tidak membersihkan bagian tangannya karena kali ini melakukan sebuah tehnik inisiasi menyusu dini dengan meletakkan bayi di dada ibu dan membiarkan nya secara alami mencari puting susu ibunya sementara axel melakukan tehnik untuk melahirkan plasenta.     

"Ruptur dok? " nita lalu memberikan sebuah kassa steril pada axel ketika plasenta itu bisa dilahirkan dengan mudah oleh axel.     

"Coba kamu lihat lagi " axel kembali memastikannya pada nita ketika dia telah memeriksa robekan perineum.     

"Selamat dokter ini pasien yang pertama dan berhasil! " nita kembali berkata pelan pada axel yang akhirnya bisa dengan mudah melakukan sebuah pertolongan persalinan walaupun di suasana pencahayaan yang sangat terbatas karena mati lampu.     

"Tensi nya seratus per delapan puluh, kontraksi baik dan perdarahan sedikit " setelah dua kemudian nita kembali melakukan sebuah pemantauan kala empat pada pasiennya.     

Dia menutupi mulutnya yang menguap karena semalaman tidak tertidur.     

Axel melihat ke arah jam di tangannya yang menunjukkan pukul lima pagi, ternyata waktu begitu cepat berlalu ketika dia merasakan satu kebanggaan bisa melakukan semua tindakan dari awal sampai akhir sendiri walaupun di bantu oleh nita beberapa tindakan.     

Hujan pun sudah berhenti sejak mereka selesai melakukan pemantauan kala empat, dan karena menurut nita masa pemantauan telah selesai dan dia yakin pasiennya telah aman untuk dia tinggalkan. Nita terlihat menulis sebuah dokumentasi dan merapikan semua alat-alatnya. Dia menulis di suasana sinar yang di timbulkan oleh sebuah cempor.     

"Akhirnya menyala juga! " ucap axel yang masih menunggu nita menulis sebuah dokumentasi.     

Dia menahan tawanya ketika melihat wajah nita yang sedang menulis.     

Wanita itu mengerutkan dahinya mengetahui axel sedang menertawakannya.     

"Ada apa dokter? " nita melihat ke arah axel semakin membuat tawa axel muncul karena melihat wajahnya dengan jelas.     

"Ya ampun bu bidan wajahnya cemong gara-gara asap dari cempor! " suami pasien nya yang tidak sengaja melewat ke arahnya berkata dengan jujur ketika melihat wajah nita yang hitam karena asap dari cempor.     

Nita dengan cepat mengusap wajahnya tanpa melihat ke sebuah cermin, tapi itu tidak membantu nya. Warna hitam itu masih menempel di wajahnya, dan dia harus mencuci mukanya di kamar mandi untuk membersihkannya.     

Dia melihat ke arah axel yang menertawakannya, lalu nita membalasnya dengan menjulurkan lidahnya ke arah axel dengan kedua matanya yang menyipit karena kesal telah di tertawakan oleh axel sebelum akhirnya dia pergi ke kamar mandi.     

"Apa aku boleh menanyakan sesuatu? " tanya axel ketika mereka berada di perjalanan pulang. Kali ini axel yang mengendarai motornya.     

"Apa " nita menjawabnya dengan nada lemas, sepertinya dia sudah sangat kelelahan sampai tidak memiliki sebuah tenaga untuk melontarkan keusilannya pada axel sekarang ini.     

"Tapi maaf jika ini menyinggung perasaanmu " tetapi axel meminta maaf lebih dulu pada nita.     

"Memangnya mau tanya apa? " lalu nita balik bertanya.     

Axel terdiam sejenak, "apa setelah semalaman kamu melakukan pekerjaan itu, mereka tidak membayarmu sama sekali? "      

Nita tersenyum tipis, "dokter mereka itu termasuk ke kategori masyarakat kurang mampu, dan dinas kesehatan setempat telah memberikan sebuah jaminan untuk persalinan yang aman dan tanpa biaya sedikitpun "     

"Kamu tidak apa-apa tidak di bayar? " lalu axel kembali bertanya pada nita.     

"Siapa yang tidak di bayar? " nita lalu tertawa, "kami dibayar oleh pemerintah dokter "     

Tapi perlahan tawanya mengecil, "itulah alasan kenapa tempat terpencil seperti ini sangat kesulitan menempatkan petugas medis walaupun dengan jaminan bayaran tinggi "     

"Kami disini itu memiliki tingkat stres tinggi, karena kami harus menjadi pembuat keputusan klinis, pendamping dan pengawas dalam satu waktu oleh sendiri " sambung nita, "apgar bayi yang bagus dan tidak terjadi komplikasi saat persalinan adalah hal yang paling membuat hati kami senang jika dibandingkan menerima uang dari pasien "     

"Beban kami berbeda " lalu nita kembali berkata pada axel.     

Axel pun menganggukkan kepalanya, dia setuju dengan apa yang dikatakan oleh nita. Biar bagaimanapun semua petugas medis yang bersedia mengabdi di tempat terpencil adalah sosok lain dari tangan tuhan, walaupun mereka tidak bisa mengubah takdir tetapi setidaknya mereka bisa memberikan pencegahan pada sesuatu hal yang paling buruk yang akan terjadi pada pasien yang mereka tangani...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.