cinta dalam jas putih

Cerewet VS Usil



Cerewet VS Usil

1Axel menoleh ke arah yunna dan kali ini ke arah nita yang terlihat dari tatapan matanya yang begitu kesal karena telah di permalukan oleh adiknya kali ini. Sepertinya satu minggu ke depan dia akan berada di dalam masalah yang sangat besar setelah kehadiran yunna sekarang.     

Dia di hampiri oleh yunna yang sekarang ini mulai sadar akan kesalahan nya.     

Yunna terlihat menenggelamkan wajahnya di pundak axel, "lalu aku harus bagaimana kak? tadi aku juga sudah sedikit menjambak rambutnya! "     

Ketika mengatakan hal itu pada kakaknya, dia mendengar seseorang di belakang sosok kakaknya itu seperti nya menertawakan nya.     

Yunna memasang wajah kesalnya ingin melihat seseorang yang sudah menertawakannya itu, dan terdiam ketika melihat dokter edwin yang menutupi tawanya dengan satu tangan nya.     

Yunna kesulitan untuk menutup bibirnya melihat sesosok pria tampan, kharismatik dan penuh wibawa yang selama ini selalu mengganggu pikirannya setiap hari setelah dia melihat nya pertama kali ketika menjemput temannya, key.     

Seketika wajah yunna berubah menjadi super imut tiada bandingannya ke hadapan dokter edwin, yunna mendekat ke arahnya sambil menggigit topi yang tadi di pakai nya.     

"Paman.. " yunna memanggilnya, "eh, om " lalu meralat nya lagi.     

"Daddy! " yunna kebingungan memanggilnya sekarang ini karena lelaki idolanya itu ternyata ada di depan matanya.     

Dia seperti mendapatkan sebuah keberuntungan paling indah setelah melewati perjalanan yang melelahkan tadi.     

"Dokter ayah nya keydee? " akhirnya dia menemukan panggilan yang pas untuk laki-laki yang lebih tua darinya tapi masih tetap terlihat gagah dan menakjubkan di matanya.     

Beruntung dia lahir menjadi anak ibunya, kanita. Karena jika dia seumuran dengan ibunya sudah tentu yunna yakin laki-laki itu akan seperti ayahnya memilih ibunya yang lebih cantik dan memiliki aura yang sangat menarik.     

"Key? " suara nya yang berat tapi lembut terdengar di telinga yunna, "kamu kenal dengan key? "     

"Teman sekelas dan terbaik nya " jawab yunna dengan nada penuh keceriaan dan percaya diri yang tinggi.     

"Aku juga penggemar berat dokter! " yunna kembali berkata tetapi kali ini dia bicara dengan nada yang sangat pelan.     

Dokter edwin mengerutkan dahinya ketika gadis belia berwajah cantik dan imut seperti mengingatkan diri nya pada wajah seseorang yang ternyata masih dia rindukan sampai dengan detik ini.     

Dia berpura-pura tidak mendengar ucapan yunna dan melirik ke arah axel yang sedang berdiri dengan satu lagi wanita aneh yang tadi selalu dia lihat memakai masker sepanjang hari.     

"Maafkan adikku " axel berkata pada nita yang masih berdiri dengan wajah penuh kekesalannya pada yunna yang sudah membuat penampilan nya tidak menyenangkan.     

"Dia itu masih terlalu polos " axel merasa sangat bersalah pada nita, dia mencoba membantu merapikan rambut nita yang sudah di buat yunna acak-acakan menggunakan kesepuluh tangan nya.     

"Aku bisa sendiri! " nita menghindar dari axel dan memicingkan matanya ke arah axel.     

Meniupkan sebuah udara dari mulutnya untuk menyingkirkan rambut yang berada di wajah nya dan tidak berkata apapun.     

Dia sedang malas ribut, terlebih jika itu dengan seorang ABG labil menurut nya. Akan sangat membuat nama nya menjadi rusak hanya karena ribut dengan seorang anak kecil.     

Dokter edwin yang juga melihat nita begitu sekuat tenaga menahan tawanya. Jika tadi dia memandangi yunna yang mengingatkannya pada seseorang kali ini dia melihat penampilan nita yang berantakan, ternyata jika dia tidak memakai masker nya penampilannya terlihat lain. Menurut dokter edwin sama seperti dengan anak perempuan yang sekarang ini sedang berdiri di hadapannya dan terus menatapi nya seperti sedang melihat artis keren pujaannya.     

"Yunna jangan bersikap seperti itu " axel memperingatkan yunna ketika dia melihat yunna yang memandangi dokter edwin seperti ingin melahap nya bulat-bulat.     

Jika di dunia nyata laki-laki lah yang akan melahap lebih dulu ketika melihat wajah cantiknya, berbeda dengan yunna. Justru dialah yang akan melakukan nya lebih dulu, seperti wanita yang tidak mau kehabisan stok laki-laki keren.     

"Maafkan adik saya dokter " ucap axel pada dokter edwin, "dia sedikit harus di beri ekstrakulikuler tari balet, supaya sedikit gemulai! "     

Yunna mengerucutkan bibirnya, menoleh ke arah axel dengan memicingkan matanya. Kegiatan yang paling tidak ingin dia lakukan itu di sebut oleh kakaknya di hadapan laki-laki yang sedang dia cari selama ini. Yang sudah membuatnya merasakan perasaan jatuh cinta.     

"Adikmu? " dokter edwin terkejut tetapi dia mencoba untuk tidak memperlihatkannya pada axel dan yunna.     

Dia sedang berpikir, jika perempuan lucu yang sedari tadi memandangi nya dengan aneh itu adalah adik axel. Itu artinya, dia adalah putri dari seorang wanita yang masih ada dalam ingatannya sampai dengan saat ini. Dulu dia pergi ketika yunna masih berada di perut ibunya.     

'Pantas saja dia mengingatkanku pada nita... ' ucap dokter edwin dalam hatinya sambil sesekali dia mencuri pandang ke arah yunna yang sedang membicarakan sesuatu dengan axel sekarang ini.     

Senyuman tipisnya lalu muncul, 'dia sama sekali tidak mirip dengan ibu nya yang tidak banyak bicara ' lagi-lagi dia berucap dalam hatinya, tapi kali ini seperti sedang membandingkannya dengan sikap ibunya yang walaupun tidak banyak bicara tetapi semua orang senang berada di dekat nya. Terlebih ketika dia memandangi kedua matanya, yang indah seperti dapat berkata dan menenangkan. Kali ini dokter edwin teringat kembali pada sosok kanita.     

"Jangan di buka disini yunna! " axel mencoba menutupi tubuh yunna yang membuka sweater nya, walaupun sebenarnya yunna masih memakai kaos lengan pendek.     

"Panas kak " yunna mengatakannya seperti seorang anak kecil yang merengek.     

"Di dalam rumah " axel meraih satu tangannya untuk masuk ke dalam rumah dinas nya.     

Terlihat langkah yunna yang sedikit terseret-seret menoleh ke arah dokter edwin, dia tersenyum manis ke arah nya dan melambaikan tangan nya.     

'Dia memakai kalung itu! ' ucap dokter edwin melihat sebuah kalung yang dulu dia berikan pada nita sebelum dia pergi berada di leher yunna.     

Kalung itu dia pilihkan untuk kanita dulu, dan mengatakan padanya jika dia tidak akan memakainya dia bisa memberikan nya pada putrinya nanti. Dia tertunduk dan menyembunyikan senyuman nya, karena tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya. Sekarang ini dia sedang mengingat ucapannya tentang perkataan jika dia tidak bisa bersama dengan kanita dia meminta untuk diijinkan untuk menikah dengan putri kecil itu.     

Dokter edwin mengerutkan dahinya, melihat sosok lain di sudut puskesmas yang membuat nya sedang memikirkan hal lucu membuyar melihat sesuatu yang lebih lucu.     

'Bidan aneh itu sedang apa sekarang? ' dia lalu memutuskan untuk menghampirinya, melihat nya yang seperti nya sedang kesulitan dan menggerutu sendirian.     

"Rambutku acak-acakan semua! " dia berkata sambil terkesal melepas sebuah bando hair yang membentuk sebuah cepolan rambut kecil di kepalanya.     

Langkah dokter edwin terhenti ketika melihatnya menguraikan rambutnya yang melewati bahu nya, terurai dengan begitu indah.     

"Kamu sedang apa? " dokter edwin mencoba bertanya pada wanita yang menjadi staf puskesmas tetapi dia sama sekali belum mengenalnya.     

"Jangan tanya... " suara ketus awalnya muncul dan sosok itu berbalik ke arah dokter edwin yang membuatnya tidak melanjutkan perkataannya.     

Dia terlihat sangat malu dengan wajah memerah dan penampilannya yang terlihat sangat tidak baik itu lalu tersenyum kaget.     

"Maaf dokter, saya pikir teman saya " ucapnya pelan karena malu, dan dia pun dengan cepat merapikan rambutnya dengan kesepuluh jarinya.     

"Ada daun di rambutmu! " dokter edwin mencoba memberitahukanya dan menunjuk ke arah ujung rambut panjang itu. Tetapi dia memutuskan untuk membantu nya mengambil potongan kecil daun yang telah kering itu.     

"Terima kasih dokter " nita semakin di buat malu oleh dokter edwin sekarang ini, setelah tadi di permalukan oleh gadis kecil di hadapannya dan sekarang dengan kejadian aneh lain yang membuat nya semakin merasa tidak berani memandangi wajah dokter yang berdiri di hadapannya itu.     

Dokter edwin tersenyum tipis, "siapa nama kamu? "      

Dia menutup kedua matanya sekejap ketika tertunduk, karena takut namanya akan di beri sebuah peringatan karena sikap nya hari ini.     

"Nita dokter " dia lalu memberanikan diri untuk melihat wajah dokter edwin sekarang ini, "nama panjang saya agnita dokter, terdaftar di dinas kesehatan dan legal "     

Tentu saja itu membuat dokter edwin ingin tertawa, tetapi dia harus terlihat berwibawa di hadapan orang lain. Dia hanya bisa menarik nafasnya dan menahan tawanya.     

Tetapi nama itu justru sedang membuat nya mengingat kembali sosok seseorang yang selalu berada di dalam hatinya, kedua matanya lalu mengawasi nita lain yang sedari tadi belum selesai merapikan rambutnya. Padahal dia terlihat lebih cantik jika rambutnya terurai, tetapi dia kembali membuat cepolan dengan bando hair yang tadi di pakainya itu.     

Pertemuan yang membuat nya merasa aneh, bertemu dengan gadis kecil yang adalah putri dari kanita.     

Dan bertemu dengan wanita lucu yang memiliki nama yang sama tetapi kedua nya sangat jauh berbeda.     

Dia tidak pernah di biarkan sedikitpun untuk melupakan sosok dan nama itu di sepanjang hidupnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.