cinta dalam jas putih

Aku Suka Pak Dokter



Aku Suka Pak Dokter

2"Yunna " axel memanggil adik nya itu dengan suara lembut, dia melihat yunna yang diajak nya masuk ke dalam rumah masih terus melihat sesuatu dari balik jendela.     

Dia mengerutkan dahi nya, dia penasaran dengan apa yang dilihat oleh yunna sekarang ini.     

Wajahnya terlihat berseri-seri, dan seperti sedang bertemu dengan orang yang ingin sekali.     

Axel mengikuti yunna melihat dari balik jendela nya.     

"Itu kan dokter edwin " ucap axel pada yunna.     

"Ahh.. " ucap yunna dengan anggukkan kepalanya, "jadi nama nya edwin "     

Axel menarik pelan telinga yunna, "dokter yunna! "     

"Kamu tahu dia itu harus sekolah bertahun-tahun supaya mendapat gelar dokter, kamu seenak nya panggil seperti itu! " axel mengingatkan yunna tentang menghargai seseorang agar dia tahu betapa perjuangan untuk mendapat kan sebuah tambahan di belakang nama itu bukan di dapatkan dengan mudah.     

Dan yunna pun mungkin akan merasakan hal yang sama nanti, dia harus mulai belajar menghargai seseorang dari sekarang terutama pada orang yang lebih tua.     

"Iya,  maaf " yunna mengusap telinganya, "pak dokter edwin "     

Dia terlihat senyum-senyum sendiri dan masih memandangi sosok dokter edwin yang sedang mengobrol dengan seorang wanita.     

"Kakak " panggil yunna tanpa melihat ke arah axel.     

"Apa? "     

Yunna menarik nafasnya dalam-dalam sambil tersenyum, "aku suka dokter edwin! "     

Axel terperanjat karena terkejut, dia melihat yunna yang masih seperti orang pertama kali jatuh cinta. Dia hanya terlihat senyum-senyum dengan pandangan nya yang lurus ke arah depan nya, dan tidak menganggap kehadiran axel di sampingnya.     

"Kamu sakit? " dia lalu menyimpan satu telapak tangan nya di kening yunna.     

Dan memutarkan pandangan nya ke seluruh penjuru rumah.     

Tawa nya meledak, "suka sama dokter, yakin kamu sudah bisa kerjain tugas kimia kamu sendiri? "     

Yunna menyipitkan kedua matanya ke arah axel, karena kakaknya itu sudah menyebutkan kelemahan yang dia miliki padahal selama ini selalu dia sembunyikan.     

Axel lalu mengangkat kedua tangan nya ketika masih menertawakan yunna.     

Sejak datang ke tempat ini axel mulai percaya dengan hal-hal mistis. Dia sudah termakan oleh semua cerita nita padanya.     

Sekarang ini dia takut yunna di ikuti oleh sosok mahluk halus sepanjang perjalanan tadi.     

'Mungkin hantu nya belum pernah jatuh cinta atau jomblo! ' ucap axel dalam hatinya menanggapi hantu seperti apa yang lewat di pikiran adiknya itu.     

Dan ketika tadi yunna tiba-tiba marah pada nita padahal dia sudah mengantar nya sampai ke tempat tujuan.     

"Yunna " lalu axel memanggil namanya.     

"Hmm... "     

Karena yunna masih sibuk dengan ponsel nya untuk mengambil gambar sosok dokter edwin, yang nanti akan dia perlihatkan pada semua teman-teman nya di sekolah.     

"Kamu harus ingat, wanita yang  sedang bicara dengan dokter edwin orang yang kamu marahi tadi itu bidan! " axel kembali mengingatkan nya.     

"Iya, aku tahu sekarang " ucap yunna dengan nada pelan dan mengakui kesalahan nya.     

"Nanti kamu jangan lupa minta maaf sama bidan nita " axel meminta nya untuk meminta maaf lagi pada nita nanti.     

"Iya " yunna menuruti perkataan kakak nya sekarang.     

"Siapa namanya kak? " reaksi yunna begitu terkejut mendengar nama yang axel sebutkan tadi.     

"Bidan nita! " axel menyebutkan namanya untuk yang kedua kalinya.     

Dia lalu memperlihatkan kerutan di dahinya pada axel.     

Axel tersenyum tipis, "makanya kalau mau bersikap sopan itu kita tidak boleh melihat seperti apa orang nya "     

"Yang mau kamu lakukan itu tidak harus mendapatkan balasan! " axel merangkul bahu yunna yang sepertinya kembali terkejut mendengar nama nya yang mirip sekali dengan nama ibu mereka.     

Mungkin walaupun dia bukan ibu mereka, tapi ketika nama itu sama di orang yang berbeda yunna tetap merasa bersalah.      

"Habisnya aku kesal sekali kak tadi " ucap yunna pada kakak nya itu.     

Dia menceritakan tentang kejadian yang membuat nya memarahi nita yang sudah mengantar nya.     

Flash back...     

"Pak kenapa motornya? " yunna turun dari motor ketika di tengah perjalanan mereka.     

"Sebentar neng mang lihat dulu " abang ojek yang yunna tumpangi itu turun dan melihat mesin motor miliknya.     

Yunna memutuskan untuk menunggu nya dengan duduk di sebuah batu besar yang ada di belakang nya.     

Dia mengeluarkan ponsel milik nya yang sama sekali tidak mempunyai sinyal.     

'Aku misquen sinyal disini guys! ' yunna merekam dirinya di ponsel nya.     

'Tapi sumpah ini indah! ' dia merekam semua pemandangan disekitanya yang di kelilingi dengan pegunungan.     

'Tidak kalah dengan luar negeri ' ucap yunna lagi.     

Dengan ini dia tidak akan bosan menunggu abang ojek yang sedang memperbaiki motonya.     

Dia lalu melihat ada sebuah motor lain yang melintas dan berhenti di depan motor yang di tumpanginya.      

Yunna segera beranjak dan mendekat ke arah motor nya yang mogok. Dan melihat motor yang melintas itu berhenti.     

Seseorang dengan jaket yang sama seperti abang ojek itu lalu membuka helm nya. Yunna terkejut ketika dia adalah seorang wanita, tetapi dia tidak bisa melihat nya dengan jelas karena dia memakai masker di wajahnya yang dia bisa lihat hanya matanya yang berwarna aneh itu.     

"Kunaon mang? " dia bertanya pada abang ojek dengan bahasa yang sama sekali tidak yunna mengerti.     

"Sapertosna mah seep bengsin na bu " jawab abang ojek yang lagi-lagi tidak yunna mengerti.     

'Translate pliss ' ucap yunna pelan.     

Karena sekarang ini dia orang yang tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka bicarakan.     

"Bade kamana mang? " dia kembali bertanya.     

"Ieu neng geulis bade ka puskesmas, saurna rai dokter axel "     

Dia menoleh ke arah yunna yang sedari tadi berdiri melongo seperti orang bodoh yang tidak bisa mengartikan pembicaraan mereka.     

"Wios ku abi jajapken "      

"Nuhun, bu "     

Wanita itu terlihat menghampiri yunna yang sedang berdiri dengan motornya.     

"Kamu mau ke puskesmas? " tanya nya.     

Yunna tersenang akhirnya dia bisa mendengar bahasa yang bisa dimengerti oleh nya.     

"Iya " yunna mengangguk.     

"Saya antar ke puskesmas, ayo naik " dia memberikan sebuah tumpangan pada yunna sekarang ini.     

Yunna senang sekali, dengan cepat dia naik dan ikut dengan orang yang tidak di kenalnya sama sekali.     

"Biasanya harus bayar berapa kalau pakai ojek ke puskesmas? " yunna mencoba bertanya.     

"Saya tidak tahu mungkin mahal " jawab nya dengan berteriak karena bising oleh suara motor.     

"Pegangan yang kuat! " ucap nya.     

Yunna teraneh tetapi dia menuruti semua perkataan wanita itu.      

Beruntung dengan cepat dia memeganginya, karena jika tidak mungkin dia akan tertinggal setelah jatuh karena tidak berpegangan.     

'Orang gila kok jadi tukang ojek! ' teriak yunna dalam hatinya.     

Laju dari motor yang di kendarai oleh orang yang tidak di kenal yunna itu terlalu ekstrim. Di jalan licin dan sempit itu dia melajukannya dengan sangat cepat.     

Satu daun kering menempel di wajah yunna sekarang ini, dengan cepat yunna mengambil dengan satu tangan nya dan kembali berpegangan.     

Daun kedua hampir masuk ke dalam mulut nya kali ini, membuat nya terkesal dan ingin sekali memukul kepala pengendara motor yang memakai helm berwarna putih itu.     

'Untung aku pakai topi anti badai dan sweater tujuh musim! ' cetus yunna dalam hati nya masih dengan kekesalan yang semakin bertumpuk padanya.     

Dia harus menahannya dan bersabar menunggu sampai di tempat tujuannya, dan akan membalas orang yang tidak memikirkan keselamatan orang lain sekarang ini.     

Sepanjang perjalanan yunna hanya terdiam kesal dan mengumpulkan semua rasa marahnya, dia tidak peduli pada posisi kakaknya yang sebagai dokter di desa itu sekarang ini.     

Karena menurut yunna semua yang dia lakukan sangat berbahaya dan mengancam keselamatan orang lain.     

Flash end..     

Yunna mengerucutkan bibirnya ketika dia telah selesai menceritakan penyebab dia berlaku tidak sopan tadi itu justru i tertawakan oleh kakaknya.     

Satu pukulan mendarat di tangan axel, "kakak jahat sekali, adiknya hampir celaka malah di tertawakan "      

Axel mencoba menahan tawa nya tetapi sepertinya tidak bisa, ini terlalu lucu baginya untuk tidak di tertawakan.     

Pasalnya kejadian yang yunna alami itu juga pernah dia rasakan ketika nita yang membawa motornya.     

"Kakak juga pernah mengalami itu ketika pertama kali ikut dengan bidan nita naik motor... " ucap axel pada yunna.     

Dia lalu memijat pundak yunna agar tidak merasa kesal lagi dan sedikit rileks setelah perjalanan panjang yang menakutkan baginya.     

Sambil memijat pundak yunna kedua mata nya melihat ke arah luar rumah dinas nya. Senyuman di wajah nya perlahan menyurut ketika melihat dokter edwin yang masih berbicara dengan nita sekarang ini, mereka terlihat seperti dua orang yang sudah mengenal sekarang.     

Ketika kedua nya terlihat tertawa ketika membicarakan sesuatu hal yang tidak bisa axel dengar sekarang ini.     

Tidak jelas apa yang sedang axel rasakan sekarang ini, yang pasti dia tidak suka nita yang selalu memakai masker ketika berhadapan dengan siapapun kali ini tidak memakainya ketika berbicara dengan dokter edwin...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.