Nita yang lain
Nita yang lain
Wanita itu terlihat malu, wajahnya memerah dia tidak menyangka bahwa dokter itu akan mengambil daun itu dari rambutnya.
"Terima kasih dokter " ucap nita.
Dokter edwin tersenyum, dia mendengar nama agnita itu seolah dia sedang bertemu dengan wanita bernama kanita sekarang.
Dua nama yang sama tetapi dengan orang yang sangat berbeda.
Jika sosok kanita dia sudah tahu seperti apa wanita itu, selain karena ketika dia berbicara dengan penuh rasa percaya diri yang memperlihatkan kecerdasannya. Dan itu semakin membuat nya terlihat cantik dimatanya.
'Apa yang aku pikirkan! ' dokter edwin berkata dalam hatinya.
Dia lalu menertawakan dirinya sendiri, di usia sekarang ini dirinya masih terus memikirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Semua tidak bisa dia hilangkan meskipun sekarang ini dia sudah memiliki seorang putra, dan kanita bahagia dengan keluarga nya.
'Lupakan,,, lupakan,,, ' lagi-lagi berucap pada diri nya.
Dia lalu mencoba untuk melihat nita yang lain sedang berdiri di hadapannya sekarang ini. Agnita jauh lebih muda dari usia kanita mungkin terpaut jauh, melihat dari penampilan nya yang cuek tidak seperti bidan lain yang dia lihat ketika mengadakan kunjungan.
Dari make up yang di pakai, seragam, dan juga aksesoris yang terlihat di senadakan dan menyempurnakan penampilan mereka.
Tetapi wanita pemilik mata berwarna amber justru terlihat aneh, memakai masker untuk menutupi wajah nya yang menurut dokter edwin cantik. Dan dia sama sekali tidak malu memakai baju hangat yang memiliki logo tempatnya bekerja.
"Dokter! " suara nya mengejutkan dokter edwin yang sedang membandingkannya dengan kanita.
"Ada apa? "
Dia melihat nita yang seperti nya begitu ragu-ragu untuk bicara padanya sekarang ini.
"Dokter menginjak kaki saya... " ucap nya pelan sambil mengerutkan dahi dan matanya yang menyipit.
Dokter edwin terperanjat, dengan cepat dia sedikit menjauhkan tubuh nya dari nita.
"Maaf aku tidak tahu menginjak kakimu.. " ucap dokter edwin dengan penuh rasa bersalah.
Nita memperlihatkan senyuman yang sangat terpaksa kali ini, tentu saja rasanya sakit. Tapi dia lebih baik menyembunyikan rasa sakit nya karena sosok yang menginjak kakinya itu adalah dokter konsulen yang melakukan sebuah kunjungan. Dia tidak boleh membuat masalah besar hanya karena kakinya yang terinjak.
"Apa kamu masih bisa berjalan dengan baik? " tanya dokter edwin pada nita karena merasa bersalah sekarang ini.
"Tentu saja dokter " nita bicara dengan wajahnya yang tegang dan tawa nya hang terdengar di paksakan.
"Lihat dokter " dia lalu memutar-mutarkan pergelangan kakinya untuk memastikan bahwa kaki nya baik-baik saja.
"Kalau terinjak sudah biasa dokter " ucap nita dengan wajah polosnya, "dulu pertama kali disini aku pernah jatuh dari motor karena jalanan licin akibat hujan tapi harus pergi ke tempat pasien "
Dokter edwin tertegun, walaupun dia sebenarnya tidak meminta nita menceritakannya tapi sepertinya menarik sekali ketika mendengar hal itu.
"Kaki saya juga pernah di gigit ular dan bengkak berhari-hari, waktu itu saya pikir akan mati seperti di dalam film india "
Dokter edwin mencoba menahan tawanya, cerita itu terdengar menakutkan tetapi di ujung nya dia menyisipkan sebuah kelucuan yang siapa pun mendengar tidak mungkin tidak mengeluarkan tawa nya.
"Memangnya ular apa yang menggigit kakimu? " karena penasaran dokter edwin lalu bertanya pada nita.
Nita tertawa kecil sebelum menjawab nya, "ular sawah dokter "
Dokter edwin mengangguk, deheman keluar darinya karena dia sedang menahan tawanya.
"Bukan nya kalau di film india itu adanya ular cobra bukan ular sawah? " tanya dokter edwin pada nita, "jadi pantas saja kalau yang di film di gigit langsung end! "
Nita tertawa kecil mendengar perkataan dokter edwin, tapi sebenarnya dia juga merasa ketakutan karena dia beruntung dulu hanya digigit ular sawah.
"Berapa usiamu? " lalu dokter edwin bertanya pada nita yang di wajah nya terlihat tegang.
"Dua puluh tujuh dokter " jawab nya.
"Kamu sudah menikah? " lalu dia kembali bertanya pada nita.
Nita menjawabnya dengan gelengan kepalanya, dan sekarang dia terlihat cemberut karena pasti yang orang lain tanyakan di usia nya yang sekarang ini adalah sebuah ikatan pernikahan.
"Berapa lama kamu mempunyai kontrak kerja disini? " dia terus memberikan sebuah pertanyaan pada nita.
"Dua tahun dokter " jawabnya, "saya sudah satu tahun dan memperpanjang kontraknya karena ketika melamar pekerjaan di rumah sakit saya tidak lulus "
"Jadi saya kembali kesini saja " sambung nita.
Buatnya yang hanya sekolah dari beasiswa yang dia dapatkan dari yayasan tempatnya tinggal itu akan sangat sulit mendapatkan sebuah pekerjaan.
Jadi ketika ada satu pekerjaan yang mudah dia dapatkan tanpa menanyakan siapa kedua orang tua, dan apa pekerjaan mereka dia akan menerima nya walaupun harus berkelana seperti sekarang ini.
"Kamu pintar memilih pekerjaan " puji dokter edwin pada nita sekarang ini.
Dia lalu menoleh ke arah nita yang wajahnya memerah karena pujian dokter edwin padanya.
Dia tersenyum ke arah nita, "apa kamu yang dulu merujuk pasien dengan solusio plasenta menggunakan tandu yang hanya memakai bambu dan kain sarung untuk mengangkat pasiennya? "
Nita terkejut, "dokter tahu pasien itu? "
"Tentu saja aku yang lakukan operasinya " jawab dokter edwin.
"Tapi sepertinya aku bertemu dengan dokter deno di sana " ucap nita pelan, dia sedang mengingat lagi mungkin lupa pernah bertemu dengan dokter edwin.
"Tapi kamu terlambat merujuk nya " ucap dokter edwin dia lalu melihat nita yang sepertinya tahu kalau sekarang ini dia sedang di lakukan sebuah audit secara tidak resmi.
"Pasien datang sudah terjadi syok karena terlalu lama di perjalanan atau memang kamu tidak tahu itu solusio plasenta dan menundanya lebih lama? "
Nita terdiam sejenak sebelum dia menjawab nya, "sebenarnya sudah di rujuk langsung dokter "
"Dari rumah pasien menuju puskesmas dengan tandu itu perjalanan memakan waktu setengah jam " jelas nita, "dan ketika di antar oleh ambulan, jalan yang semalaman di guyur hujan membuat jalan licin dan terjebak di lumpur "
"Kami cuma dua bidan, dan dua orang keluarga dari pasien " sambung nita, "kami baru pertama mendorong mobil supaya keluar dari lumpur jadi waktu kami terbuang percuma "
Dokter edwin menaikkan kedua alis nya, "kalian mendorong mobilnya? "
Nita menganggukkan kepalanya, itu benar-benar pengalaman yang tidak akan pernah dia lupakan sampai kapanpun.
Karena ketika kejadian itu, dia dan dua rekannya yang terlihat lemah mengeluarkan sebuah kekuatan yang tidak terduga dapat mendorong mobil keluar dari genangan lumpur.
Dan ketika datang ke sebuah rumah sakit tempat dia merujuk, semua mata tertuju padanya dimana pakaian mereka yang di di penuhi lumpur yang telah mengering dan penampilan mereka yang acak-acakan.
"Disini ketika hujan juga semua akses penerangan dan server komunikasi tergganggu " sambung nita.
Dokter edwin menganggukkan kepalanya, dia sebenarnya bukan ingin menyalahkan pada nita dan rekannya yang lain. Setelah melihat sendiri kondisi tempat yang pertama kali dia kunjungi ini membuat nya tersadar bahwa wanita-wanita pejuang itulah yang sebenarnya patut di beri sebuah penghargaan. Menggunakan semua kekuatan mereka untuk menyelamatkan pasiennya.
"Apa kamu masih mau melanjutkan kontrakmu nanti? " lalu tiba-tiba dokter edwin bertanya pada nya mengenai pekerjaannya.
Nita mengerutkan dahinya, "saya tidak tahu dokter "
"Kamu bisa datang ke tempat ini nanti " dia lalu menyodorkan sebuah kartu nama pada nita.
Dia menerimanya dan lalu membacanya.
'Apa yang aku lakukan? ' tiba-tiba dokter edwin menyadari sebuah kesalahan nya.
Dia terlalu cepat meminta wanita yang bernama nita yang baru di kenalnya itu untuk bekerja di rumah sakit miliknya. Walaupun tadi dia mengatakan ketika kontrak kerja nya telah selesai. Dia tersadar terlalu terobsesi pada wanita yang bernama nita itu.
Dia itu bukan kanita, tetapi seolah-olah dia merasa bahwa itu adalah orang yang sama.
"Saya akan pikirkan dokter " ucap nita dengan senyuman.
Axel yang sedari tadi memperhatikan mereka yang terlihat berbicara berdua begitu lama membuatnya memutuskan untuk menghampiri dokter edwin dan nita.
"Bukannya kamu sudah punya tunangan? " axel berbisik ke arah nita yang berdiri di sampingnya.
"Lalu? " nita menggeram pelan ke arah axel tanpa menoleh sedikitpun.
"Kamu tahu dokter edwin itu sudah mempunyai anak seusia yunna! " axel kembalu memberitahukan pada nita, agar dia tidak mencoba untuk merayu nya.
Nita membelalakan kedua matanya dengan bibirnya yang terlihat ingin mengatakan sesuatu pada axel tetapi di tahannya. Hanya matanya saja yang berkedip-kedip memprotes semua yang axel katakan padanya.
Ketika sedang terkesal karena ucapan axel padanya, tiba-tiba berhenti sebuah motor di depan halaman puskesmas. Dua pengendara tanpa helm itu terlihat tertawa pada nita sekarang ini.
"Hai, bidan nagin!! " teriak mereka pada nita sambil tertawa keras, dan setelah itu mereka mencoba memutarkan motor yang mereka pakai setelah puas menyapa nita seperti itu.
Mereka tidak tahu sekarang ini nita sedang berada di sebuah mood yang tidak bagus, dia mendengus dan menyipitkan kedua matanya.
"Dasar bocah kurang ajar! " dia melepas satu sepatu nya, dan meluruskan satu tangan nya seperti sedang mengukur untuk melempar sebuah bola kasti.
"Kamu mau apa? " axel bertanya pada nita.
Tetapi dia sudah lebih dulu melempar satu sepatunya ke arah dua pengendara motor yang mengatakannya ratu ular itu.
Brukk!!
Kedua pengendara sepeda motor itu jatuh dari motor mereka.
"One shoot! " nita hanya tersenyum senang, dia lalu berjalan ke arah dimana satu sepatu nya yang dia lempar tadi. Jalannya berjinjit karena satu kakinya tidak memakai sepatu, tetapi dia sudah puas karena bisa membalasnya dengan telak di tempat kejadian.
Axel dan dokter edwin yang berada di belakangnya itu hanya menganga memandangi wanita yang berani melempar satu sepatunya pada dua orang yang membuatnya kesal itu...