cinta dalam jas putih

Menghilang



Menghilang

2"Dokter edwin tidak seperti kak axel tinggal disini? " yunna berdiri di samping dokter edwin yang sedang merapikan semua peralatan yang di bawa ke puskesmas tadi.     

"Aku harus bekerja di rumah sakit yunna " dia akhirnya bisa memberikan sebuah jawaban setelah selesai merapikan semua nya.     

Terkejut ketika melihat ke arah yunna yang sedari tadi terus mengikutinya dan tidak berhenti menatapnya.     

"Sama seperti ayahku " ucap yunna sambil tersenyum.     

Satu tangan dokter edwin menyentuh kepalanya yunna sekilas, "mata kamu mirip sekali dengan ibumu! "     

Dan lalu dia tersadar dengan apa yang sudah di katakannya. Karena semua sudah di katakan tidak mungkin baginya untuk menarik kembali apa yang sudah di ucapkannya.     

"Apa aku boleh meminta nomor ponsel dokter? " celetuk yunna masih dengan tatapnnya yang begitu lekat pada dokter edwin.     

Dokter edwin mengerutkan dahinya sambil tersenyum, "untuk apa? "     

"Apa kamu tidak mempunyai nomor ponsel key? " tanya nya ketika dia ingat yunna adalah teman sekelas putra nya itu.     

"Bukan nomor key tapi paman dokter " ucap yunna mengerucutkan bibirnya.     

"Untuk apa... " ucap yunna kembali sambil memikirkan jawabannya.     

"Untuk supaya aku suka paman dokter! " ucapan yunna kali ini benar-benar tidak dia rencanakan semua secara spontanitas keluar dari mulutnya.     

Dia melihat dokter edwin yang menaikkan kedua alisnya mendengar perkataan yunna.     

'Bodoh yunna! ' cetusnya dalam hati menyalahkan diri sendiri.     

'Nanti dia ilfeel sama kamu! ' dia kembalu menyalahkan dirinya sendiri.     

'Bersikap anggun seperti ibu, supaya banyak laki-laki yang suka! ' ucapan terakhirnya.     

Dia lalu tersenyum kaku ke arah dokter edwin dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Maksudku aku suka sekali ilmu kedokteran " yunna meralat ucapannya, "tadi itu mulutku terlalu licin dokter "     

Dokter edwin tertawa melihat tingkah lucu yunna, dia seperti sedang berhadapan dengan kanita yang seratus delapan puluh derajat adalah kebalikannya.     

"Berikan ponselmu " dia lalu menengadahkan tangannya ke arah yunna.     

Meminta gadis kecil itu memberikan ponselnya, dan memasukkan nomor ponsel miliknya setelah yunna memberikan ponsel miliknya.     

Yunna sangat terlihat bahagia sekalu walaupun hanya mendapat sebuah nomor ponsel sekarang ini.     

Dia berpikir jika sudah berhasil mendapatkan nomor ponselnya lalu saling berkirim pesan singkat akan membuat mereka semakin akrab dan tidak canggung seperti sekarang ini.     

'Ahh, jatuh cinta itu ternyata menyenangkan! ' ucap nya dalam hati sambil terus menatap deretan angka milik laki-laki pujaannya itu.     

Dia melambaikan satu tangan nya ke arah dokter edwin yang pergi dengan mobil dinas yang membawanya sambil terus menciumi ponselnya.     

Didalam nya ada nomor yang paling berharga dari apapun hartanya.     

Dari dalam mobil yang membawa nya menjauh dari sosok yunna,  dokter edwin tersenyum tipis memandanginya yang masih berdiri dari kejauhan.     

'Dia sudah menjadi perempuan yang cantik ' ucapnya dalam hati, mengagumi kecantikan yunna yang hanya bisa dia katakan dari dalam hatinya saja.     

Tersadar karena usia nya tidak muda lagi, dan bukan waktunya untuk dia merasakan kembali hidup dengan penuh cinta.     

Dia memiliki keydee yang melengkapi hidupnya sekarang, kehidupannya harus dia fokuskan pada perkembangan keydee. Setelah kedua orang tua nya meninggal karena kecelakaan, hanya dialah satu-satu nya ayah yang di ketahui keydee.     

Sore ini axel baru saja selesai berkomunikasi dengan ellen seperti biasanya, dia baru menyadari tidak mendengar suara adiknya yang biasa nya selalu mengoceh walaupun sedang sendirian.     

'Yunna kemana? ' axel berjalan ke ruang depan dan melihat ruangan tersebut kosong.     

Dia lalu berjalan keluar dan memutuskan untuk mencari yunna.     

Berdiri di depan pintu rumah nita dan mengetuknya, walaupun dia tidak yakin yunna akan cepat akrab dengan nita setelah kejadian tadi pagi. Tetapi dia berharap yunna ada di rumah nita sekarang ini, karena biasanya wanita senang berkumpul dengan jenis yang sama cerewet dan usil.     

Hah_, axel tersentak ketika melihat sosok muncul dari balik pintu dengan wajahnya yang di tempeli oleh lumpur.     

"Biasa aja dokter! " cetus nita melihat reaksi axel yang melihatnya seperti melihat hantu.     

Axel mengernyitkan dahinya, "kamu ngapain pakai lumpur di wajah? "     

"Apa karena itu bisa didapatkan gratis disini? " sambung axel.     

Nita memandang ke arah axel yang mulai terdengar mengucapkan kata-kata yang paling menyebalkan.     

Dia menggeram karena kesal, "ini mud mask dokter! "      

Dia mengepalkan kedua telapak tangannya, "aku juga beli nya mahal! "     

Axel menahan tawanya melihat nita yang kesal seperti itu.     

"Sepertinya maskermu retak! " ucap axel.     

Dia lalu menunjuk ke area dahi dan pipi nita yang terlihat retakan di maskernya.     

Nita terkesal, dia menghentakkan satu kakinya ke lantai dan masuk ke dalam.     

Axel tahu dia pasti sedang membersihkan wajahnya dan akan menghampirinya.     

"Ada apa dokter? "     

Benar dugaan axel, nita muncul setelah beberapa menit masuk dan membersihkan wajahnya.     

Axel tertegun untuk beberapa detik, melihat wajah nita yang barus selesai membasuh wajahnya. Mungkin karena masker yang dia pakai tadi, wajahnya terlihat bersinar dan dia memiliki kulit yang cantik.     

"Itu... " axel memperbaiki sikap nya     

"Yunna menghilang " ucapnya sambil tertawa di situasi yang tidak lucu.     

"Hilang? " ucap nita sambil memutarkan seluruh pandangannya ke seluruh penjuru tempat di dekatnya.     

Dia lalu berjalan ke arah puskesmas, dan membulatkan kedua matanya ketika melihat lantai yang sudah dia bersihkan tadi harus di kotori oleh jejak kaki dinosaurus.     

Menarik nafasnya dalam-dalam dan mencoba bersabar menghadapi semua ujian yang melandanya sekarang.     

"Kamu sedang melihat apa? " axel terheran melihat nita yang memandang ke arah bawah dan terus berjalan melihat sebuah jejak sandal yang mengarah keluar area puskesmas.     

"Wah, dia benar-benar pemberani " ucap nita sambil terus melangkahkan kakinya.     

"Padahal dia baru pertama kalinya datang kesini " nita menggelengkan kepalanya sambil terus berjalan.     

Axel hanya mengikuti nya sedari tadi, sambil menganggap nita benar-benar aneh sekarang ini. Dia mencari seseorang hanya dengan melihat dari jalan setapak yang dia lalui sekarang ini.     

"Tertangkap! " ucap nita.     

Dia menoleh ke arah axel yang menghentikan langkahnya ketika nita berhenti dan menunjuk ke sebuah pos keamanan yang di sedang berada dua orang remaja laki-laki.     

Dan tentu saja yunna terduduk di atas kursi sedang kedua anak laki-laki yang selalu mengatakannya 'nagin ' itu sedang terduduk di atas tanah. Seperti seorang anak buah baru dari yunna.     

"Yunna " axel memanggilnya.     

Dia menghampiri yunna yang asik bermain sebuah game dari ponselnya.     

Dia menoleh ke arah axel, "sebentar kak, tanggung "     

Axel menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu kenapa ayah dan ibunya membiarkan yunna pergi sendiri ke tempatnya dan membuat axel khawatir seperti sekarang ini.     

"Kakak di telpon ayah... "      

Yunna seketika beranjak dan berjalan ke arah axel, "iya aku pulang sekarang "     

Dia lalu menoleh ke arah dua teman barunya, "Kita lanjut nanti ya! "     

"Siap bos! " sahut kedua anak laki-laki itu.     

Nita terkejut mendengarnya, kedua alisnya terangkat. Dia takjub anak menyebalkan ini ternyata bisa dengan mudah menaklukan dua bocah tidak tahu sopan santun itu.     

Senyuman terlihat di wajah nita, ternyata memang benar satu keluarga itu tidak ada yang sama.     

Jika dokter axel penyabar dan ramah, ternyata memiliki seorang adik yang aneh nya luar biasa. Dia seperti melihat dirinya berada di tubuh yunna ketika dulu masih bersekolah dengan seragam putih abu.     

"Hati-hati jika bergaul, ini tempat baru yunna " ucap axel menasehati yunna.     

"Iya, kak. Maaf " yunna mengakui kesalahannya.     

Axel tersenyum melihat yunna yang tertunduk seperti itu, dan lalu ke arah nita yang memalingkan pandangannya ke arah lain.     

"Jadi kamu malam ini tidur di kamar dengan bidan nita " axel mengucapkan sebuah ide yang menurutnya akan sangat baik.     

"Apa! "     

Kedua wanita dengan sifat yang sama itu serempak berkata yang sama menanggapi ucapan axel tadi.     

"Karena kamu suka menghilang " sambung axel, "Jadi bidan nita tidur dengan kamu "     

Terlihat nita yang menunjuk dirinya sendiri sambil menganga, dan lalu melihat ke arah yunna yang sama sekali tidak ada lembut-lembutnya.     

"Sudah " axel lalu merentangkan kedua tangan nya, dia lalu memaksa kedua wanita itu masuk ke dalam kamar.     

"Tapi aku harus ambil selimutku dulu " nita mencoba membuat sebuah alasan pada axel.     

"Ada banyak selimut di dalam! " dia tidak menghiraukan nya, dan mendorong kedua nya berjalan menuju ke kamar tidur padahal ini masih belum terlalu larut.     

Axel menutup pintu nya dari arah luar dan tersenyum.     

"Beres! " dia berkata dengan senangnya.     

Dan lalu berjalan ke arah ruangan depan dan duduk bermain ponselnya dengan bebas tanpa khawatir terganggu oleh yunna sekarang karena sudah ada nita yang menjaganya.     

Yunna masih berdiri di samping nita yang memandangi ya sedari tadi.     

"Kenapa melihatku seperti itu? " yunna bertanya pada nita.     

Dia menjawabnya dengan mengangkat kedua bahunya dan lalu berjalan menuju ke arah tempat tidur.     

"Kita berbagi tempat tidur " ucap nita pada yunna.     

Dia tidak sedang malas beradu argumen dengan yunna sekarang ini, lalu meletakkan sebuah guling di tengah-tengah tempat tidur.     

Yunna berjalan pelan menghampiri nita yang sudah terbaring di tempat tidur.     

Dia belum mengantuk, jadi memutuskan untuk bermain ponsel.     

"Keren sekali sih! " ucap yunna pelan.     

Nita teraneh, dia lalu berbalik dan melihat yunna yang sedang melihat foto laki-laki yang ada di ponselnya.     

"Itukan dokter edwin! " ucap nita keras.     

Dengan cepat yunna menutup mulut nita karena tidak mau kakaknya mendengar teriakan nita.     

"Jangan keras-keras! " cetus yunna.     

Tapi nita membebaskan dirinya dengan mudah, dia lalu menjulurkan lidahnya ke arah yunna.     

"Dia mana suka sama anak yang tomboi! " ucap nita sedikit mengejek.     

Yunna membelalakan kedua matanya dan lalu menghampiri nita, dia melingkarkan satu tangan nya di leher nita bersiap untuk melumpuhkan seperti seorang pegulat sejati.     

Tapi nita juga sudah menyimpan satu tanganya di rambut panjang yunna.     

Yunna membalasnya, dengan mengacak-acak rambut nita sekarang ini.     

Mereka berdua sedang bergulat mempertahankan posisi mereka masing-masing.     

'Ada apa lagi dengan mereka? ' axel yang terduduk di luar mendengar dengan jelas keributan mereka berdua.     

Dan memutuskan untuk melihat kekacauan yang sedang di perbuat oleh yunna dan nita.     

"Yunna!!! " dia terkejut ketika membuka pintu kamar tidur dan mendapati yunna yang sedang mengacak-acak rambut nita di atas tempat tidur...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.