Dokter Yoga, Kanita, Dokter edwin
Dokter Yoga, Kanita, Dokter edwin
"Ada apa? "
"Kalau dokter masih sibuk, saya tidak apa-apa pulang sendirian " kali ini terlihat wajah kanita yang merasa canggung.
Dan itulah yang sedari tadi dokter edwin harapkan, jika seperti ini dia selalu merasa impas. Apa yang dirasakannya sekarang bisa dirasakan juga oleh kanita.
"Tidak ada lagi pekerjaan " jawab dokter edwin dengan senyuman tipis.
Dia sedang berusaha tenang di hadapan kanita, walaupun sebenarnya hatinya sedang tidak bisa setenang wajahnya yang bisa dengan baik berpura-pura.
"Kemarin aku bertemu dengan yunna " ucapnya, "dulu kami pernah bertemu ketika aku melakukan visitasi di tempat axel bekerja, sebelum kamu melahirkan anak keduamu "
Kanita tertegun, dia seketika mematung ketika mendengar perkataan dokter edwin yang mengatakan dia sudah bertemu dengan yunna dan dia tidak mengetahuinya.
"Dia cantik sama seperti ibunya " ucap dokter edwin kembali, "tetapi dia sama sekali tidak memiliki sifat yang sama seperti ibunya yang anggun dan selalu berhati-hati ketika berhadapan dengan siapapun "
"Dia anak yang ceria dan sedikit tomboi " sambung dokter edwin.
Kanita menelan ludahnya bulat-bulat mendengarkan pujian dokter edwin pada putrinya, nalurinya sebagai ibu yang ketakutan putrinya di bawa dengan cepat oleh laki-laki pun muncul.
"Dokter, dia masih sekolah " ucap kanita dengan nadanya yang ketakutan.
"Lalu? "
Kanita membulatkan kedua matanya, "kenapa bertanya lalu! "
"Iya, itu artinya dia masih anak-anak dan masa depannya masih panjang " sambung kanita.
Dokter edwin menganggukkan kepala, "iya benar, aku juga menyukainya karena dia sangat lucu dan memiliki semangat yang besar "
"Tidak boleh! " cetus kanita dengan nada tinggi, setelah dia mengatakan itu kanita tersadar dan menutup mulutnya.
Dokter edwin tertawa kecil melihat kanita yang marah karena dia mengatakan menyukai putrinya tadi.
"Apa aku tidak boleh menyukai putrimu? " dia lalu bertanya pada kanita.
"Tidak boleh dokter! " kanita menjawab dengan gelengan di kepalanya.
"Kenapa? diakan sudah terbilang wanita dewasa " ucap dokter edwin.
Dia dengan sengaja mengatakan itu hanya ingin melihat kanita yang terlihat sangat cemas dengan putrinya sekarang.
"Dulu kan aku pernah bilang akan membawa putrimu kerumahku! " dokter edwin lalu sedikit mengingatkan kanita dengan apa yang sudah dikatakannya dulu ketuka dia harus pergi dan tidak bisa memiliki wanita yang diinginkannya.
"Tidak boleh dokter!!! " kanita kembali melakukan penolakan.
Walaupun dulu dia tahu dokter edwin pernah mengatakan dia akan membawa putrinya, baginya itu hanya sebuah ungkapan kekecewaan karena dia tidak bisa memintanya menjadi pasangannya.
Kanita tidak akan pernah menganggap itu serius, dan walaupun laki-laki itu memiliki gelar tinggi dan mempunyai segalanya dia tidak akan pernah mau menukarkannya dengan kebahagiaan putrinya.
Dokter edwin terlihat sekali menahan tawanya melihat kanita yang semakin ketakutan dengan apa yang dikatakan olehnya.
Ketika kebahagiaannya bertemu dengan kanita hari ini sedang dinikmatinya, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya keluar dari sebuah mobil dan menghampirinya.
"Dokter yoga " dia lalu berjalan ke arah yoga yang berdiri di samping kanita.
Dokter edwin mengulurkan satu tangannya, dan yoga menjabat uluran tangan dokter edwin yang sudah lama tidak di lihatnya.
"Akhirnya kita bertemu kembali " ucap yoga dengan senyumannya, "aku sering mendengar bahwa kamu sudah berhasil melakukan banyak program untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi "
Dokter edwin tersenyum malu mendengar pujian dari senior yang dulu selalu mengajarkannya dengan baik.
"Dokter yoga yang memberikan saya banyak ilmu " ucap dokter edwin merendah, "jadi saya tidak bisa seperti sekarang ini "
"Kamu terlalu memuji " ucap yoga.
Dia menoleh ke arah kanita yang masih berdiri dan melihat mereka berdua berbicara, kedua alis matanya terangkat ketika menatap istrinya itu.
Dia sedang ingin mengatakan secara tidak langsung, untuk cepat-cepat pergi dan masuk ke dalam mobil. Atau dia akan semakin ketakutan melihat istrinya itu berbicara berdua saja dengan laki-laki yang pernah menyatakan perasaan padanya dulu.
Walaupun usia tidak tepat sekarang ini, tetapi jika tiba-tiba laki-laki itu mulai kembali menumbuhkan sedikit perasaan di hati istrinya, itu adalah ancaman bagi kehidupannya sekarang.
"Kalau tidak keberatan aku akan mengundangmu makan malam akhir pekan ini " yoga mengundang dokter edwin untuk makan malam di rumahnya sebagai bentuk basa-basi.
Dokter edwin tersenyum lebar, "tentu saja saya tidak akan pernah bisa menolaknya. Akan saya usahakan untuk datang "
Yoga menyembunyikan keterkejutannya ketika akhirnya dokter edwin menerima undangannya, dia sedikit menyesal mengatakan hal yang dipikirnya akan ditolak oleh dokter edwin.
"Jangan lupa ajak istri dan juga anakmu " ucap yoga, dia mengatakan sesuatu hal yang membuat tawa kecil dokter edwin muncul.
Dan kanita meraih satu tangannya agar cepat-cepat berpamitan untuk pergi sekarang ini.
Dia tidak mau lagi mendengar pembicaraan antara suaminya dengan dokter edwin yang terlihat sangat baik-baik saja, tetapi sebenarnya mereka sedang saling menyindir dengan gaya lelaki terhormat.
"Kenapa pakai basa-basi undangan makan malam kalau kamu tidak suka! " kanita langsung memarahi yoga ketika berada di dalam mobil.
"Aku pikir dia akan menolak karena sibuk " jawab yoga pelan.
Dan akhirnya dia yang mendapatkan sebuah omelan dari istrinya.
Bukankah seharusnya dia yang marah sekarang ini? karena melihatnya berbicara berdua dengan lelaki yang bukan suaminya. Dia justru sudah lebih dulu melakukan serangan dan mengungkit kesalahan yang sudah dilakukannya tadi.
"Kenapa tidak pernah bilang kalau dia sudah pernah bertemu dengan yunna di tempat axel sebelum dia masuk PPDS? " dia bertanya pada yoga dengan nada nya yang masih terlihat kesal dan marah.
"Aku lupa sayang " jawab yoga masih dengan sabar, "itukan sudah lama sekali, kamu kan tahu usiaku sudah tidak muda lagi jadi banyak lupanya "
"Banyak lupa dengan hal penting, tapi kalau dengan pasien cantik dan seksi pasti ingat terus namanya! " sindirnya sekarang ini.
Membuat yoga harus menarik nafasnya karena dia tidak akan pernah bisa memenangkan pertarungan kali ini.
"Kita sudah mengundangnya makan malam juga! " gerutu kanita sekarang ini di dalam mobil, "dia tadi bilang menyukai yunna! "
"Apa???? " yoga mengernyit.
Dia mendengarnya dengan samar apa yang dikatakan oleh istrinya itu, "dia suka dengan siapa? "
"Yunna " jawab kanita dengan mulutnya yang mengerucut.
"Bukannya dia menyukaimu? " yoga melontarkan pertanyaan yang membuat wajah istrinya itu berubah menjadi kesal.
"Kenapa sekarang jadi putri kita yang dia sukai? " dia kembali melontarkan pertanyaannya pada nita.
"Sengaja kan mengatakan itu! " cetus nita sambil memukul kecil tangan yoga.
Tawa kecil suaminya itu lalu muncul setelah mengatakan hal yang membuat istrinya marah sekarang ini.
"Kalau dia menyukai yunna aku sedikit tenang, karena sepertinya dia sudah berhenti mengharapkan istriku " ucap yoga sambil sesekali melirik ke arah istrinya yang masih kesal padanya.
"Pak dokter, usia kita sudah berapa sampai harus memikirkan hal konyol seperti itu? " tanya kanita dengan nada kesal.
"Usia kan cuma angka " jawab yoga, "apalagi dia belum menikah lagi setelah bercerai dengan istrinya dan memiliki seorang putra yang seusia dengan yunna "
"Mungkin cintanya masih sangat besar dan mencoba merayumu lagi " sambung yoga.
"Bicara itu lagi aku turun dari mobil dan pulang sendiri! " ancamnya pada yoga, walaupun dia tahu yoga mengatakan itu karena rasa takut dan cemburunya. Tetapi kanita merasa risih dengan dugaan yoga yang mengira cinta lama mereka yang belum kelar akan di bangun lagi di usia yang tidak pantas lagi untuk mencari pasangan baru.
"Aku sedang ketakutan putriku jatuh cinta dengan lelaki yang lebih tua darinya dan mengajaknya menikah muda! " cetus nita mengungkapkan kekesalannya.
Yoga tersenyum tipis, dia juga merasakan hal yang sama tetapi sepertinya istrinya itu tetapi sepertinya tidak dapat dilihat oleh kanita.
"Bukanya kita juga dulu menikah dengan usia yang berbeda? "
Pertanyaan yoga itu muncul secara spontan dan membuat kanita bereaksi dengan kedua matanya yang membulat.
"Jadi kamu mau menjodohkan yunna dengan dokter edwin? " dia bertanya dengan wajahnya yang terlihat sedih, "dia masih sangat manja, aku mau melihatnya kuliah dan wisuda seperti axel! "
Yoga justru tertawa mendengar ucapan nita kali ini, "sayang, kamu terlalu jauh memikirkan hal seperti itu "
"Aku yang lebih dulu menolaknya! " akhirnya dia jujur mengatakan ketakutannya pada nita.
"Aku lebih takut sekarang " ucapnya lagi, "setelah dia tidak bisa memiliki istriku, dia juga mengincar putriku! "
"Dia tidak aka dengan mudah mendapatkan dua wanita paling berharga dalam hidupku! " dengan berapi-api yoga mengatakan itu di depan kanita.
Dan ekspresinya itu terlihat jelas, bahwa dia adalah suami dan ayah yang posesif untuk ratu dan putrinya.
Kanita menggelengkan kepalanya, memperhatikan dua sifat dokter yang sangat berbeda. Dia tidak tahu kenapa tuhan menempatkannya di tengah antara dokter yoga dan juga dokter edwin sampai dengan usianya yang tidak lagi muda...