Penunggu Bangunan Tua
Penunggu Bangunan Tua
Selangkah demi selangkah dia mundur dan mencoba melarikan diri.
"Saya minta maaf karena sudah mengganggu " ucap nita mencoba melarikan diri.
Dia sedang mencoba mengalihkan perhatian mahluk itu, dan memperkirakan kemampuan larinya kali ini.
Nita yang sedang menggunakan cheongsam tidak bisa berlari secara maksimal.
"Jangan gigit aku! " nita terkejut ketika sekarang dia mengeluarkan gonggongannya yang sangat keras.
Dia terlalu panik sampai akhirnya memutuskan untuk naik ke sebuah pohon jambu yang tidak jauh dari posisinya.
"Key!!! " nita berteriak geram.
"Awas ya... " dia masih bicara dengan kesal sampai dadanya naik turun karena emosinya yang besar terkena keusilan key dan keponakan-keponakannya.
Sementara sosok yang pada awalnya dia kira hantu tetapi itu ternyata adalah seekor anjing great dane berwarna hitam dengan kisaran bobot empat puluh kilo itu terus menggonggong ke arah nita yang berada di atas pohon.
Anjing yang nita lihat seperti scooby doo itu terus melihat nita yang berada di dahan pohon untuk menghindari gigitannya.
"Siapa yang bisa menolong aku... " kali ini nita merengek.
Karena terlalu takut dan sudah cukup lama, membuatnya lelah dan akhirnya mencoba duduk di dahan yang yang kokoh itu.
"Ayolah, jing " ucap nita lemas.
"Kita sama-sama kena keusilan anak-anak nakal itu! "
Dia kembali menggonggong ketika nita mengajaknya bicara baik-baik, membuat satu sepatunya lepas dari kaki kanannya.
Ludahnya tertelan bulat-bulat ketika dengan matanya sendiri dia melihat sepatunya yang terjatuh itu di rusak dalam waktu singkat oleh giginya yang tajam.
"Ya, sudah. " ucap nita lalu menarik nafasnya dalam-dalam.
"Kamu rusak saja sepatu itu! " sambungnya sambil merasakan sakit hati karena sepatu yang dia beli dengan gajinya sewaktu bekerja di desa itu harganya sangat mahal bagi nita.
"Ini aku kasih sebelahnya lagi! " cetus nita melemparkan sepatu yang masih di pakai di kaki kirinya, dan sekarang ini dia tidak memakai alas kaki.
"Berhenti menggonggong! " nita semakin ketakutan bercampur pusing ketika terus menerus mendengar suara gonggongan dari anjing itu.
"Kalau kamu bukan anjing pasti aku lawan! " ada sedikit keberanian di sela-sela rasa takut nita yang begitu besar.
Kakinya mulai terasa kesemutan karena harus begitu lama duduk di dahan pohon.
"Leo! " terdengar suara khas dokter edwin yang di tangkap oleh telinga nita.
Dengan cepat kedua matanya mencari sosok sang pemilik suara itu.
Dia melihat dokter edwin yang berjalan ke arahnya sambil terus memanggil nama anjing tersebut.
"Nita? " dokter edwin bertanya pada nita yang masih berada di atas pohon dengan menengadahkan kepalanya.
"Betul dokter nita " nita menjawab dengan suara lemas, "memang dokter pikir siapa "
"Siapa tahu mahluk lain yang menyamar jadi kamu! " jawaban dokter edwin itu sontak saja membuat bulu kuduk nita berdiri dan berteriak.
"Dokter! "
"Sedang apa kamu masih disitu ayo turun " ucap dokter edwin yang walaupun nita berada di atas pohon dia bisa melihat senyuman gelinya melihat tingkah nita sekarang ini.
"Tapi anjing itu sepertinya mau menggigitku dokter " nita merengek.
"Leo " terlihat oleh nita dokter edwin yang berjongkok dan mengusap kepala anjing bernama leo dan setelah dia menunjukkan satu tangannya ke arah bangunan tua itu dengan cepat anjing tersebut menurutinya walau tanpa mengatakan apapun.
Dan anjing itupun sepertinya menyukai sepatu nita yang sudah dirusaknya tadi.
"Sudah pergi, ayo turun "
Nita meraba-raba bagian permukaan batang pohon dengan satu kakinya sambil memikirkan sesuatu.
"Ini sudah larut malam, cepat turun. Nanti kamu sakit flu " ucap dokter edwin kembali.
"Dokter " panggil nita dengan wajahnya yang kebingungan, "aku lupa cara turunnya "
Pada awalnya dokter edwin tertegun mendengar jawaban dari nita dan beberapa saat kemudian tawa kecilnya muncul.
"Jahat sekali malah menertawakan! " nita bicara ketus.
Dokter edwin masih menertawakan nita ketika dia mengingat dulu sewaktu kecil pohon itu adalah tempat kesukaannya untuk bermain petak umpet dengan kakak dan adiknya.
Kakeknya pernah membuatkan sebuah tangga dari bambu ketika pertama kali dia naik ke atas pohon dan tidak bisa turun sendirian.
Kakak dan juga adiknya pun menertawakannya sama seperti dia menertawakan nita sekarang ini.
"Pakai ini " setelah berhasil menemukan tangga itu dan menyandarkannya di pohon dia mengatakan pada nita untuk turun.
"Tapi hati-hati, ini sudah sangat lama sekali mungkin saja sudah rapuh "
"Iya "
"Kenapa lagi? " tanya dokter edwin ketika nita mengurungkan niatnya untuk turun menggunakan tangga yang sudah dibawakannya.
"Dokter berbalik dulu " jawab nita, "saya kan pakai rok sekarang ini "
Dokter edwin menanggapinya dengan senyuman dan lalu berbalik membelakangi nita.
"Kenapa kamu harus malu " ucapnya pelan, "bukannya aku sudah tahu semuanya tanpa baju satupun! "
"Dokter... " rengekan nita kembali terdengar.
"Iya baiklah, aku tidak akan bicara lagi " lagi-lagi tawa kecilnya muncul ketika dia menunggu nita yang turun dari pohon.
"Akhirnya " pekik nita senang ketika akhirnya dia bisa turun dari atas pohon dengan kakinya yang berjinjit karena sudah kehilangan sepatunya.
"Sepatuku di bawa leo " nita dengan cepat memberikan sebuah pengumuman pada dokter edwin ketika dia melihat kaki nita. Tanpa menunggunya bertanya nita sudah lebih dulu memberitahukan.
"Leo selalu membawa barang milik seseorang yang disukainya " ucap dokter edwin, "dia itu kesayangan kakek dan tidak pernah mau keluar dari rumah itu "
"Sandalku juga masih ada di dalam rumah karena leo membawanya "
Nita mengerutkan dahinya, "itu artinya key, kirei, archi tahu kalau di bangunan tua itu hanya ada anjing bukan hantu? "
Dokter edwin tidak menjawabnya, dari senyumannya saja nita sudah tahu bahwa sekarang ini nita sudah berhasil masuk perangkap bocah nakal itu.
"Dokter " nita terkejut ketika kedua tangan dokter edwin mengangkat tubuhnya.
"Saya bisa berjalan sendiri " ucapnya lagi.
"Disini banyak potongan ranting dan mungkin ada pecahan kaca " dia tidak mendengarkan nita dan tetap menggendong nita sampai ke kamar dan menurunkan nita tepat di pintu kamar mandi.
Nita membersihkan seluruh tubuhnya yang penuh dengan keringat karena berlari dengan begitu cepat untuk sampai ke pohon yang dinaikinya tadi dan mendapati key yang sudah terduduk di samping dokter edwin.
"Ayo bilang sekarang " ucap dokter edwin dengan penuh kesabaran pada key ketika melihat nita keluar dari kamar mandi.
"Mommie " key memegang satu tangan nita dan membawanya duduk di sofa yang sama dengan dokter edwin.
"Jangan marah padaku " ucap key pada nita dengan memaksa untuk duduk di sofa yang sama.
Sehingga nita harus bergeser ke arah dokter edwin dan membuat mereka begitu dekat.
"Sudah dimaafkan " ucap nita.
Dia mencoba sedikit menjauhkan posisi duduknya dari dokter edwin tetapi key masih tetap duduk disampingnya.
Key tersenyum lebar, "aku mengatakan pada kirei dan archi kalau mommie itu paling baik, karena mommie tidak pernah marah walaupun aku sudah membuat kesal dan juga mommie jago kungfu! "
"Key " nita merasa itu bukan dirinya, dia hanya bersikap sewajarnya.
"Aku membutuhkan teman baik seperti mommie " lalu ucapan key kali ini membuat nita terdiam dan menoleh ke arah dokter edwin yang melemparkan senyuman ke arahnya.
"Aku nakal karena ingin menarik perhatian mommie " akunya.
Nita dengan cepat bisa mengerti perasaan key yang sangat kesepian karena harus kehilangan orang tuanya sejak dilahirkan dan orang yang selalu dia panggil daddy itu satu-satunya orang yang menyayanginya walaupun dia begitu sibuk dengan pasiennya.
"Baiklah " ucap nita dengan senyuman, "kalau kita berteman kamu tidak boleh lagi usil "
"Key, aku sudah bukan anak muda lagi harus berlari cepat dan naik ke atas pohon itu benar-benar berat sekarang "
"Bukankah mommie baru dua puluh sembilan tahun? " key membeberkan usianya, "mommie masih muda, kalau nenek itu sudah tua tetapi dia masih kuat berolah raga "
"Key! " cetus nita mendengar sindiran key padanya.
Key nyengir, "iya, aku minta maaf mommie. Aku janji ini yang terakhir "
Dia lalu memakaikan sebuah gelang talinya terbuat dari kulit dengan tiga buah batu giok hijau di tengahnya.
"Ini aku, daddy dan mommie " ucap key, "aku membuatnya tadi di bawah bulan yang bulat sempurna sambil memakan kue harapan.
"Tahun kemarin aku membuatnya untuk daddy, tapi tahun ini aku membuat untuk mommie " sambung key.
"Dan ini adalah gelang janji kalau mommie tidak akan pernah pergi " jelasnya, "jika aku dan daddy berbuat kesalahan mommie boleh marah dan menyentil dahi kami "
"Tapi jangan pergi "
Dokter edwin tertegun mendengar putranya bicara pada nita, dia sangat merasa kesepian yang teramat besar selama ini dan dia terlambat menyadarinya.
Ketika nita masuk ke dalam rumahnya, pertengkaran mereka perlahan mulai menghangatkan suasana rumahnya dan key menyukai nita.
Anak-anak selalu tahu dan bisa merasakan sebuah kasih sayang seseorang yang tulus dan dibuat-buat, dan dia percaya key merasakan itu pada nita.
Senyumannya muncul karena mungkin ini akan menambahkan nilai sempurna pada sosok wanita yang dia inginkan...