Cattleiya
Cattleiya
Axel merasa risih ketika semua wanita berseragam yang memandang ke arahnya dan senyuman mereka terlihat seolah-olah melihat seorang artis papan atas.
'Apa perasaanku saja ya! ' axel berkata dalam hatinya ketika perhatian semua orang sangat aneh padanya.
Dia merasa tidak membuat kesalahan apapun ataupun berbuat sesuatu hal yang aneh selama bekerja di rumah sakit ini.
"Maaf! " axel terlalu sibuk memikirkan semua pandangan orang sampai membuatnya tidak memperhatikan langkahnya, dia menabrak seseorang di depannya.
Sosok leiya yang di tabraknya itu tersenyum ke arah axel.
"Dokter pasti melamun " ucapnya, "dari tadi aku lihat dokter berjalan dengan tatapan kosong "
Axel malu sekali di hadapan leiya, "aku sedang bingung kenapa semua orang sepertinya melihatku dengan aneh "
"Itu sudah biasa dokter " tanggap leiya, "mungkin mereka terlalu sibuk bekerja, jadi melihat cowok ganteng berwujud dokter itu seperti sebuah pemandangan indah yang menghilangkan penat karena bekerja "
Axel tertawa karena dia merasa sangat malu dan juga menjadi besar kepala karena wanita yang disukainya itu menyebutnya laki-laki ganteng.
Dia melihat leiya berjalan masuk ke dalam ruang bersalin dan terlihat membereskan peralatan medis yang akan dipakai pagi ini.
Axel menghela nafasnya dan menghampiri leiya, dia sedang mencoba melakukan pendekatan kedua pada leiya hari ini.
"Ada yang ingin saya tanyakan pada bidan leiya " axel bicara dengan gugup dan terdengar canggung.
Ujung bibir leiya mengembang, "ada apa dokter? "
Axel begitu enggan untuk bicara karena rasa malunya, tapi jika dia tidak mengatakannya hari ini axel merasa akan ada orang lain yang mendahuluinya. Karena dia tahu bahwa biasanya dibalik penampilan wanita cantik selalu ada deretan laki-laki yang sedang mendekatinya.
"Aku mau mengajak bidan leiya pulang sama-sama hari ini " ucap axel.
'Kenapa aku mengatakan yang ini! ' axel memaki dirinya sendiri ketika dia terlalu langsung pada inti pembicaraan pada leiya, dia lupa untuk berbasa-basi lebih dulu sebelum mengajak leiya pulang bersamanya.
Leiya tertawa kecil mendengar ajakan axel padanya.
"Tapi dokter saya bawa motor sendiri " ucap leiya.
Dengan kata lain sepertinya dia telah menolak axel dengan cara yang halus, tampak senyuman axel yang begitu dipaksakan ketika mendengar kenyataan bahwa ajakannya telah di tolak.
"Iya, saya lupa " axel terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Dia dan leiya kali ini saling memandang satu sama lain, mata indah dan senyuman leiya membuatnya sulit untuk menerima penolakannya dengan mudah.
"Kemarin malam sebenarnya aku mau menyapa bidan leiya ketika berada di konser penyanyi korea itu,,, " ucap axel, "tapi karena ada hal yang mendadak membuat aku tidak melakukannya ".
Raut wajah leiya terlihat berubah, tapi dia masih tetap mempertankan senyumannya.
"Kenapa dokter tidak menyapa saya? " leiya lalu bertanya pada axel.
"Karena tiba-tiba ada teman saya yang sakit " jawab axel sedikit berbohong, "jadi saya terburu-buru pergi "
Leiya menganggukkan kepalanya dan senyumannya terlihat sangat kaku kali ini, dia seperti sedang merasakan ketakutan ketika axel mengatakan melihatnya di acara konser kemarin malam.
Axel tidak mengatakan pada leiya bahwa dia melihatnya satu mobil dengan pimpinan mereka dokter azka, karena mungkin secara kebetulan saja dia melihat mereka berdua berada dalam satu mobil. Karena yang axel tahu dokter azka telah memiliki keluarga, dan di tempatnya bekerja dia sangat terkenal selalu baik dengan semua stafnya termasuk juga dengan axel yang menjadi pegawai baru di rumah sakit tersebut.
"Dokter axel! " axel seperti mendengar seseorang berteriak memanggilnya.
Dia yang sedang mengendarai motornya pun berhenti dan menoleh ke arah belakang dimana dia mendengar suara tersebut.
'Leiya! '
Axel melihat sosok leiya yang berlari ke arahnya dengan memakai helm.
"Dokter motorku tiba-tiba tidak menyala " leiya bicara dengan nafasnya yang terengah-engah karena harus berlari tadi.
"Apa dokter masih mau mengantar saya pulang? "
Axel tertegun, dia benar-benar terkejut dan tidak percaya bahwa keberuntungan ada di pihaknya hari ini. Dia merasa motor leiya yang rudak itu adalah karena campur tangan tuhan yang membantunya untuk bisa dekat dengan leiya.
"Tentu saja " axel dengan senang hati akan mengantarnya pulang, bahkan jika leiya memintanya untuk mengantarnya ke suatu tempat yang dia inginkan dengan senang hati dia akan mengantarnya.
"Tidak ada orang yang marah kalau aku antar bidan leiya pulang? " axel bertanya pada leiya dengan volume sedikit tinggi. Karena mereka berada di tengah perjalanan dan masing-masing memakai pelindung kepala.
"Tidak ada dokter " jawab leiya, "dokter panggil saja saya leiya "
"Kita kan diluar tempat kerja " sambung leiya.
"Kalau begitu kamu juga panggil axel saja bagaimana? " lalu dia pun meminta leiya hanya memanggil namanya saja supaya mereka tidak merasa canggung.
"Mana boleh seperti itu dokter " ucap leiya menolaknya, "dokter kan sudah mendapatkan gelar terbaik itu dengan belajar cukup lama, dan walaupun kita berada di luar tempat kerja dokter axel tetap menjadi atasan saya "
"Kalau dokter boleh memanggil nama saya saja karena saya staf dokter " sambung leiya.
'Memang susah kalau menyuruh perempuan sempurna seperti dia,,, ' ucap axel dalam hatinya, dia tidak bisa memaksa leiya yang tidak bisa memanggil namanya saja tanpa ada gelar di depannya.
Axel semakin dibuatnya merasa tertarik untuk lebih dekat dengannya, dia memberikan rasa penasaran untuk lebih dekat lagi dengan sosok wanita yang sopan santunnya begitu dijaganya.
"Kamu tinggal sendirian disini? " tanya axel ketika mereka sampai di depan sebuah rumah yang ditunjukan oleh leiya.
"Iya " leiya menjawab pendek.
Axel semakin kagum dengan leiya, dia yang cantik dan pintar ternyata juga sangat mandiri. Dia benar-benar menjadi wanita yang sangat diidamkan oleh banyak laki-laki termasuk axel.
"Dokter tunggu sebentar " leiya berucap sebelum dia sedikit menjauh dari axel ketika menerima telepon dari seseorang. Dia terlihat bicara dengan serius dan di wajahnya terlihat tanpa ekspresi hanya bibirnya saja yang memperlihatkan bahwa dia sedang bicara dengan seseorang di ponsel miliknya.
Tidak lama setelah dia bicara di ponselnya diapun menghampiri axel.
"Apa dokter sedang sibuk hari ini? " tanya leiya pada axel.
Axel menjawabnya dengan gelengan kepalanya.
"Dokter mau mengajak aku pergi keluar tidak? " lalu dia kembali bertanya.
Axel mengerutkan dahinya, leiya mengajaknya dengan sangat tiba-tiba membuatnya kesulitan untuk menjawabnya.
"Kamu mau pergi kemana? " akhirnya axel bertanya pada leiya.
"Kemana saja " leiya memberikan jawaban dengan langsung naik kembali ke atas motor milik axel.
"Atau dokter antar saja saya ke tempat olahraga " ucapnya.
Axel semakin terkejut ketika melihat leiya sudah berada di belakangnya, dia kebingungan dengan leiya yang memintanya untuk pergi ke tempat olahraga.
'Cuaca panas seperti ini dia mau olahraga? ' axel semakin terheran dengan kebiasaan aneh yang dimiliki oleh wanita cantik itu, sambil terus bertanya-tanya dia membawa leiya ke suatu tempat untuk berolahraga seperti yang diinginkannya.
Dia menjadi sedikit penasaran dengan seseorang yang bicara dengan leiya di telepon yang membuatnya berubah seperti sekarang ini.
Axel melihat leiya yang masih dengan seragam lengkapnya berjalan pelan memutari area stadion olahraga yang sering dipakai banyak orang untuk olahraga lari.
'Dia sudah berjalan sebanyak lima kali putaran! " axel yang awalnya hanya menunggunya di sebuah tempat yang teduh akhirnya memutuskan untuk menghampiri leiya. dengan membawa jas putih miliknya yang selalu dia simpan di dalam tasnya.
Dia melihat wajah leiya yang sudah mengeluarkan begitu banyak keringat dan memerah karena terik matahari yang dia biarkan membakar kulit di wajah cantiknya itu. Dia terlihat kepanasan dan membuka ikatan rambutnya, membiarkan rambut panjangnya tergerai di bawah bahunya.
"Kamu tidak merasa panas? " axel menyusul langkah leiya dan memayunginya dengan jas miliknya.
Dalam beberapa detik dia melihat leiya untuk pertama kalinya dengan rambut panjang yang tergerai, dia terlihat berbeda. Jika tadi terlihat dewasa dengan rambutnya yang terikat rapi, kali ini dia terlihat sangat lebih muda.
"Tidak apa-apa dokter " ucap leiya masih melanjutkan langkah kakinya diikuti oleh axel.
"Tidak baik untuk kesehatanmu! " axel lalu meraih tangannya dan membawa leiya untuk ke tempat yang teduh.
Dia meninggalkan leiya sebentar untuk membelikannya sebuah minuman.
Dan ketika dia kembali axel melihat tatapan kosongnya memandangi seluruh pemandangan di hadapannya, dia sama sekali tidak bergerak. Seperti sebuah patung wanita cantik yang tidak menghiraukan semua yang ada disampingnya.
'Apa sesuatu terjadi dengannya? ' axel mulai menebak hal yang sedang terjadi pada leiya sekarang ini. Dia bicara seperti itu seolah dia sudah mengenalnya sangat dekat dan tahu pasti yang sedang dirasakannya...