107. MENDATANGI DILA ( 2 )
107. MENDATANGI DILA ( 2 )
"Silakan duduk." Dila mempersilahkan Rere duduk.
"Panggil aku Rere." Rere mendaratkan bokongnya di sofa empuk.
"Silakan duduk Rere. Tunggu sebentar." Dila beranjak ke dapur meminta ART membuatkan minuman untuk Rere. Tak lama setelah itu Dila kembali.
"Ada apa ya Rere datang kesini?" Tanya Dila dengan perasaan cemburu. Bagaimana tidak cemburu jika Bara sudah menikah lagi, istrinya sangat cantik dan lebih muda darinya. Dila menebak usia Rere masih 25 tahun. Usia Bara sekarang menginjak 39 tahun. Rentang usia mereka 14 tahun. Usia Dila saat ini menginjak 34 tahun. Ia dan Bara berulang tahun di tanggal yang sama.
"Ada sesuatu penting yang akan aku bicarakan dengan kak Dila."
"Penting?" Dila mengenyitkan kening. "Ada apa ya?"
"Jangan terburu-buru kak. Kita baru saja berkenalan. Maaf aku mengganggu pagi-pagi. Kakak sudah tahu jika aku istri bang Bara."
Jadi manggil abang toch sama Bara? Jiwa julid Dila timbul. Entah kenapa hatinya meronta-ronta melihat kedatangan istri Bara. Cemburu menguasainya, apalagi Rere lebih cantik darinya. Pantas saja Bara semakin tua semakin awet muda. Istrinya masih muda.
ART datang membawa nampan minuman dan cemilan. ART menaruhnya di atas meja.
"Silakan diminum Puan?" ART menatap Rere.
"Thank you aunty," balas Rere melengkungkan bibirnya.
ART balik ke dapur setelah menyajikan minum dan cemilan.
"Minum Re."
"Terima kasih." Rere mengambil minuman di atas meja. Tehnya masih hangat. Rere meniupnya, lalu minum.
Rere menaruh cangkir minuman ke atas meja. Ia sudah menghabiskan setengah tehnya.
"Terima kasih atas sambutan baiknya kak Dila. Aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan suamiku. Terima kasih telah menjaga dia dari kegenitan Kinanti."
"Kamu kenal Kinan?"
"Tentu saja aku kenal dengan dia. Berulang kali dia berusaha menggoda suamiku," ucap Rere menekankan kalimat 'suamiku'. Melihat reaksi Dila. Dugaannya benar, ada kilatan emosi di mata Dila. Perempuan itu masih mencintai Bara. Cinta itu masih bersemi sampai sekarang.
"Oh begitu." Dila manggut-manggut.
"Ya begitulah. Wanita itu memang tidak punya malu. Maaf aku bicara dalam bahasa Indonesia saja karena kita sama-sama orang Indonesia."
"Tidak masalah."
"Dia bahkan pernah mengganggu bang Zico, suami teteh Dian."
"Kamu dekat sama mereka? Kenal banget sama Zico dan Dian?" Dila terpancing dengan umpan Rere.
"Kok tahu sama bang Zico dan teteh Dian?" Rere langsung memberondong Dila.
"Tidak kenal kok." Mata Dila membulat. Menghindari tatapan Rere.
"Tidak kenal atau pura-pura tidak kenal. " Rere menggoda Dila seraya tersenyum lucu.
"Tidak kenal," jawab Dila ketus.
"Jangan marah gitu kak. Aku datang kesini bukan cari ribut, juga bukan barisan istri sah yang mau melabrak pelakor." Kekeh Rere tak bisa menyembunyikan tawanya. "Aku tahu kakak selama sepuluh hari terdampar di pulau entah berantah dengan suamiku. Terima kasih telah menjaga dia ketika aku tidak ada."
"Bara telah menyelamatkan aku dari tsunami, wajar aku membalas budi."
"Tentu saja. Wajar membalas budi orang yang telah menolong kita."
"Rere datang kesini hanya untuk mengatakan itu?"
"Bukan itu saja. Ada hal yang lain ingin aku bahas dengan kakak."
"Apa itu?" Dila penasaran. Ia membuka tutup cemilan dan memakannya. "Makan Re." Dila menawarkan cemilan.
Rere mengambil cemilan dan memasukkan dalam mulutnya. Ia ambil sedikit saja karena akan bicara dengan Dila.
"Aku tahu jika aku bukan yang pertama bagi bang Bara. Aku menikah dengan dia ketika bang Bara hilang ingatan. Aku tidak tahu bagaimana sikap dia nanti ketika ingatannya telah kembali. Apakah dia ingat padaku atau melupakan aku." Rere tersenyum ironi.
Akting Rere benar-benar alami sehingga Dila percaya dengannya.
"Kenapa Rere bicara seperti itu?" Dila diliputi rasa penasaran.
"Ya aku harus mewanti-wanti. Aku menikah dengan bang Bara dengan kondisi dia masih sakit. Aku harus menyiapkan mental ketika ia ingat semuanya. Kami akan dilupakan."
"Kami? Maksudnya?"
"Anakku dengan bang Bara. Leon namanya."
Sesak dada Dila mendengar nama anak Bara dan Rere. Meski tahu Bara sudah menikah dan punya anak, namun ketika bertemu istri baru Bara tetap saja nyesek. Ada perasaan yang mengganjal di dalam hatinya. Berusaha tegar meski hatinya sakit. Bukankah ia yang meninggalkan Bara? Kenapa ia yang sedih seolah menjadi korban.
"Nama yang bagus." Puji Dila tulus. "Berapa umurnya?"
"Mau tiga tahun." Rere terkekeh dalam hati. Dila masuk dalam perangkapnya. Sebenarnya tidak tega melihat Dila patah hati namun mau bagaimana lagi.
"Oooh begitu." Dila ber-oh ria. Tak ada tanggapan lain selain itu. Dila kehabisan kata-kata. Hatinya begitu terluka.
"Kak lebih aku to the point saja ya." Rere bicara hati-hati.
"To the point maksudnya?"
"Aku tahu kakak istri bang Bara yang pertama."
Ucapan Rere membuat Dila terhenyak. Diam, membisu dan mematung. Dila tak tahu harus beraksi seperti apa ketika Rere bicara seperti itu. Hening….Tak ada pembicaraan. Rere ingin mengetahui reaksi Dila selanjutnya.
"Kak." Panggil Rere memecah kesunyian.
"Ada apa?" Dila berusaha tegar meski hatinya gerimis. Ia berpikiran buruk tentang Rere.
"Aku ingin katakan sesuatu..." Rere menggantung ucapannya, melihat muka Dila yang keruh dan ketus ia mengurungkan niat.
"Katakan apa? Apa kamu mau mengatakan padaku, jangan mendekati Bara lagi? Jangan ganggu kami? Jika itu yang kamu takutkan, jangan khawatir. Aku tidak akan mengusik kalian. Aku sadar diri jika aku yang meninggalkan bukan ditinggalkan."
Rere terenyuh mendapati sikap Dila. Jika masih cinta kenapa meninggalkan? Bukankah jika ada masalah dalam rumah tangga harus dibicarakan bukan menutupi? Rere tak habis pikir dengan Dila. Kenapa ia berusaha tegar padahal duka tengah menyelimutinya?
Rere paham jika Dila meninggalkan Bara karena hubungan tak disetujui ayah Dila karena mengetahi Bara mantan gay. Kondisi ini agak sulit memang. Dila harus memilih antara keluarga atau orang yang dicintainya. Sebenarnya orang tua Dila tidak salah jika tidak menyukai Bara. Sebagai orang tua Rere memahami perasaan Defri. Ayah mana yang mau punya menantu mantan gay? Defri tidak ingin Dila tersakiti saja, namun cara Defri juga salah. Memisahkan Dila dan Bara dengan cara yang keji.
Rere juga paham jika Dila pergi meninggalkan Bara demi melindungi orang yang dicintainya. Kadang dalam melindungi orang yang dicintai harus mengorbankan sesuatu. Nggak jarang, apalagi jika menyangkut keselamatan, wanita yang begitu mencintai lelaki rela mengorbankan cintanya demi orang yang ia sayangi. Dila melakukannya agar Defri atau Iqbal tidak mengungkap kejahatan Bara dan membuat pria mendekam dalam penjara.
Sungguh besar cinta Dila pada Bara sehingga mengorbankan diri sendiri dan terluka. Pahit dan getir Dila hadapi seorang diri.
"Kakak telah membuat kesalahan," ucap Rere dingin.
"Apa maksudmu?"
*****
Kisah Rere dan ayah kandung Leon aku up di cerita baru. Bara dan Dila tetap tampil menjadi pasangan bucin di kisah Rere. Mau tahu up di aplikasi mana? Silakan japri aku di IG @vivibarbara1708 dan WA 081368349768