Jodoh Tak Pernah Salah

Part 69 ~ Pendengar Yang Baik ( 1 )



Part 69 ~ Pendengar Yang Baik ( 1 )

1Dila tak mampu bicara dan hanya diam menatap Anda penuh arti.     

Anda menggenggam tangan Dila," Nanti lo cerita sama gue ya ketika sampai di wisma LPPI. Sekarang kita OTW dulu."     

Dila tersenyum kecut, berusaha tersenyum walau sebenarnya ada beban di hatinya. Anda bukannya tak tahu apa yang Dila rasakan, cuma ia tak mau mengungkit sekarang.     

Dila dan Anda sahabat dekat ketika kuliah dulu. Mereka kost di tempat yang sama. Mereka saling curhat dan tahu kepribadian masing-masing. Jadi isi Dila luar dan dalam sudah diketahui Anda, begitu juga sebaliknya. Sayangnya semenjak mereka kerja dan Anda menikah, komunikasi di antara mereka tak seintim dulu. Sibuk dengan pekerjaan, tekanan dari atasan, pulang kerja Anda disibukkan mengurus kedua anak dan suaminya. Sudah tak ada waktu untuk berkumpul sekedar meet up dengan teman-teman.     

Biasanya acara diklat seperti ini akan dimanfaatkan Anda untuk bersenang-senang untuk melepaskan candu. Semenjak menikah dan punya anak Anda tak pernah lagi ke club.     

Sewaktu kuliah Anda sering pergi clubbing cuma ia bisa jaga diri. Ia hanya cuci mata, berjoget melepaskan hobinya. Mau joget kayak orang gila tak ada yang mempedulikannya disana. Anda merasa lepas dan jadi dirinya sendiri ketika berada di club. Walau suka pergi ke club selama kuliah Anda tidak pernah mabuk, tidak seks bebas dan narkoba. Anda hanya menikmati kehidupan malam ke Jakarta. Setidaknya ia telah melihat realita sesungguhnya tentang clubbing.     

Anda merasa mempunyai posisi lebih baik untuk melarang anaknya punya pergaulan di club. Anda tak perlu mengeluarkan alasan klise seperti orang tua pada umumnya kenapa clubbing itu dilarang, setidaknya ia akan lebih bijaksana ketika anaknya dewasa kelak.     

Anda pernah membawa Dila pergi ke clubbing sewaktu kuliah. Sama seperti Anda, Dila hanya cuci mata dan minum jus disana. Bentuk solidaritas pertemanan saja makanya Dila menemani Anda ke club. Dila berasal dari keluarga yang taat agama sehingga ia membatasi diri dalam pergaulan. Ajakan ke club waktu itu hanya unsur keterpaksaan.     

Anda dan Dila terjebak macet. Sudah tiga jam mereka berada di jalan. Namanya juga ibukota mana pernah Jakarta tidak macet. Siapa pun gubernurnya tak ada yang bisa mengatasi kemacetan di Jakarta. Hanya lebaran yang membuat Jakarta bebas macet. Selamat untuk lebaran berhasil menuntaskan kemacetan Jakarta. He.....He..... He....     

Anda dan Dila memutuskan tidur di mobil. Mereka butuh istirahat sejenak. Perjalan jauh dan macet membuat mereka kelelahan.     

Sopir taksi membangunkan mereka ketika sampai di kantor LPPI.     

"Buk sudah sampai," kata sang sopir membangunkan Dila dan Anda.     

Dila yang lebih dulu terjaga. Ia mengucek mata, bernapas lega. Akhirnya sampai juga. Dila menggoncang bahu Anda. Membangunkan Anda yang terlelap di alam mimpi.     

"Udah sampai ya?" Tanya Anda menahan kantuk.     

"Sudah."     

Mereka berdua turun dari taksi dan mengambil koper mereka di bagasi. Setelah itu mereka masuk ke dalam dan melakukan registrasi pada panitia. Gedung pelatihan dan wisma LPPI berada dalam lokasi yang sama. Anda dan Dila memutuskan tidur satu kamar karena mereka akan bertukar cerita. Panitia juga mengingatkan mereka jika nanti malam langsung ada acara pembukaan yang akan dihadiri salah satu direksi MBC.     

Mereka melepaskan penat tidur di ranjang masing-masing. Dila masih kepikiran dengan sikap Bara yang sangat sadis dan tak kenal ampun.     

Anda bukannya tak mengerti kegalauan hati Dila, cuma ia ingin memberikan Dila waktu terlebih dahulu. Mereka berdua terlelap di alam mimpi, tak lupa Dila menyetel alarm agar mereka tak ketiduran.     

Sehabis sholat Isya para peserta diklat berkumpul di aula untuk mengikuti acara pembukaan yang akan dibuka secara langsung oleh direktur kredit dan syariah. Bank MBC juga memiliki cabang syariah walau masih UUS ( Unit Usaha Syariah ).     

UUS adalah adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.     

Secara umur UUS adalah unit usaha bank yang berbasis syariah, nanum masih di bawah naungan bank konvensional.     

Anda dan Dila memanfaatkan moment ini untuk bersilaturahmi dengan teman-teman MBC di seluruh Indonesia. Ada sekitar tiga puluh orang yang mengikuti diklat untuk kelas pemimpin capem dari seluruh Indonesia. Bagi seorang banker mendapatkan diklat dari LPPI merupakan suatu kebanggaan yang tiada tara.     

Acara pembukaan pun dimulai. MC sudah memandu acara. Bapak Daud Salam selaku direktur kredit dan syariah membuka acara pelatihan. Sebelumnya beliau memberi pengarahan untuk para peserta diklat yang nantinya akan menjadi calon pemimpin besar di MBC kelak. Tepuk tangan meriah diberikan para peserta diklat setelah acara diklat resmi dibuka.     

Acara pembukaan diakhir foto bersama para direksi. Dengan centil dan sok kenal sok dekat. Anda meminta foto dengan Pak Daud. Suatu kebanggaan bisa berfoto bersama pejabat tinggi di bank MBC. Tak lupa Anda mengajak Dila foto bersama Pak Daud. Bukan tak ada tujuan Anda memaksa Dila untuk ikut berfoto setidaknya ketika akan update di medsos ada yang kayak cacing kepanasan. Siapa lagi jika bukan Stevi.     

Anda tertawa sendiri dan sudah dapat membayangkan bagaimana ekspresi Stevi melihat ia dan Dila berfoto berfoto bersama Pak Daud. Pasti Stevi bakal panas dan mengumpat. Dari dulu hobi Anda memang mengompori Stevi dan memanasinya. Anda sangat suka melihat Stevi dongkol ketika merasa kalah dengan Dila. Sikap iri hati Stevi sudah diketahui teman-teman kuliah. Mereka geleng-geleng kepala tak mengerti dengan Stevi. Selalu menjadikan Dila saingan dan tak ingin berada dibawah Dila.     

Dila dan Anda kembali ke kamar. Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Efek tidur tadi sore membuat mereka belum mengantuk.     

"Sudah siap buat cerita?" Tanya Anda duduk di sebelah Dila.     

Anda menyentuh bahu Dila dan saling menatap," Gue akan menjadi pendengar yang baik."     

Dila memeluk Anda dengan erat," Enggak ada yang bisa gue ditutupi dari lo. Gue bohong lo pasti tahu."     

Anda melepaskan pelukan,"Ya udah lo cerita. Dari ekspresi lo, gue tahu lo enggak jadi menikah sama Fatih pangeran berkuda yang lo mimpiin siang dan malam itu."     

Dila menyeka air matanya, tebakan Anda benar.     

"Udahlah Dila. Jangan nangis. Mending lo cerita biar hati lo lega. Bagaimana ceritanya lo tiba-tiba nikah? Bukannya lo betah menjomblo karena menunggu janji Fatih?"     

"Gue dijodohkan sama bonyok. Mereka menikahkan gue dengan anak teman mereka. Kebetulan anak teman ayah itu belum nikah juga padahal umurnya sudah tiga puluh lima tahun."     

"Terus kenapa lo enggak nolak dan kasih tahu hubungan lo sama Fatih?"     

"Gue enggak bisa kasih tahu hubungan gue sama Fatih. Soalnya selama delapan tahun ini kami enggak ada komunikasi. Janji yang diucapkan sebelum pergi ke Mesir yang gue pegang. Tunggu dia pulang dari Mesir dan ia akan melamar gue ketika. Tahun ini dia seharusnya udah pulang dari Mesir, tapi gue udah nikah sama suami gue."     

"Jadi selama ini lo enggak LDR kayak orang-orang. Gue pikir....."     

"Lo pikir apa?"     

"Kalian LDR kayak orang-orang. Maaf kata nich lo aneh Dil menunggu Fatih tak ada kepastian, parahnya ga ada komunikasi. Kita boleh mengikuti syariat tapi yang benar juga. Harusnya Fatih sebelum ke Mesir datang ke orang tua lo, datang untuk tunangan dulu. Jadi status lo jelas udah ada yang lamar. Kalo orang tua tahu mereka enggak bakal jodohin lo."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.