Part 131 ~ Pertemuan Tak Terduga ( 2 )
Part 131 ~ Pertemuan Tak Terduga ( 2 )
"Apa ucapan itu berasal dari hati abang yang terdalam?"
"Kenapa Dila? Sepertinya kamu tidak bahagia dengan pernikahan kamu?"
"Abang bisa lihat di mataku. Apakah ada kebahagiaan itu? Abang tahu kebahagiaanku ada pada siapa?"
"Masih adakah rasa itu untukku Dila?"
Dila bungkam tak bisa menjawab, suaranya tercekat di tenggorokan, ia pun terasa sulit untuk bernafas. Menyatakan isi hatinya sesungguhnya pada Fatih sudah tidak mungkin. Dila sadar dengan posisinya, ia adalah istri dari orang lain. Tak baik jika seorang istri mengatakan masih cinta atau suka pada pria yang lain yang bukan suaminya.
Dila menyentuh dadanya menahan perih di hatinya. Ini sangat sakit dan perihnya ibarat luka yang disiram air jeruk. Rasanya lebih sakit daripada rasa sakit yang selama ini pernah ia rasakan. Suasana mendung meliputi keduanya, mereka lebih banyak diam daripada bicara.
Tapi jangan tanya bagaimana perasaan Fatih. Ia sudah mati-matian berjuang dan berpisah dalam waktu lama demi gadis pujaannya. Namun sayang gadis pujaannya telah menikah dengan pria lain. Dila telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Hati Fatih sangat perih, kasih tak sampai. Ia senasib dengan Samsul Bahri dalam kisah Siti Nurbaya.
Hati Fatih gerimis mengingat semuanya. Ia bermuram durja karena kisah cintanya sungguh tragis, bak kisah cinta Romeo dan Juliet, Laila Majnun dan Siti Nurbaya. Ketiga kisah itu menceritakan kisah cinta, kasih yang tak sampai. Sang wanita menikah dengan pria lain.
"Dila kenapa takdir begitu kejam pada kita?" tanya Fatih lagi.
"Entahlah. Aku tidak tahu. Aku pun seakan ingin mengutuk takdir kenapa semua ini terjadi pada kita berdua? Maafkan aku tidak pernah memberitahu kamu tentang pernikahanku dan aku pun juga salah karena tidak mencoba menghubungi kamu."
"Dila jika ada yang harus disalahkan. Harusnya yang disalahkan itu aku. Akulah yang pantas disalahkan. Semua ini karena aku. Seandainya aku tidak pengecut waktu itu dan berani menemui kedua orang tuamu, mungkin ceritanya akan berbeda."
"Sudahlah, waktu tidak bisa dikembalikan lagi. Time is over. Nasi telah menjadi bubur."
Fatih tak dapat menahan air matanya. Entah kenapa melihat kepasrahan di mata Dila membuat hatinya pilu. Ia bisa melihat dengan jelas jika Dila tak bahagia dengan pernikahannya. Dila hanya berusaha menjalani takdirnya.
"Maafkan aku Dila karena telah membuat kamu menunggu. Aku pun sudah sudah mendengar kamu diolok-olok oleh tetangga dicap perawan tua bahkan lebih kejam mereka mengatakan kamu LGBT karena tidak punya kekasih. Maafkan aku, karena menungguku kami diolok-olok orang."
"Tidak apa-apa. Aku sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti itu. Anggap saja mereka netizen yang kepo akan kehidupan artisnya," kata Dila tersenyum miris.
Fatih melihat mendung di mata Dila," Apa kamu bahagia?"
"Bahagia dalam apa? Bahagia dalam pekerjaan ya aku bahagia. Aku berada di puncak karier sekarang."
"Bukan itu maksudku. Apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu?"
Dila diam tak bisa menjawab pertanyaan dari Fatih. Dila menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dila mengalihkan pembicaraan, ia tak mau membahas pernikahannya yang kelabu bersama Bara.
"Bagaimana kabar Mesir? Apa gadis Mesir cantik-cantik? Pasti menyenangkan bukan bersekolah di negeri para nabi?"
"Mesir ibarat perjalanan. Perjalanan yang sangat menyenangkan, tempat belajar dan berbagi pengalaman hidup. Soal gadis Mesir mereka cantik-cantik, tapi tak secantik kamu," kata Fatih keceplosan menggombal.
Dila salah tingkah mendengar ucapan Fatih, namun ia berusaha mengontrol sikapnya.
" Aku bisa melihatnya. Abang sangat bahagia berada di Mesir. Abang lebih gemuk daripada dulu."
"Ya benar aku gemukan, mungkin karena Abi dan Umi menjagaku di sana."
"Abi dan Umi. Siapa mereka?"
"Mereka orang tua angkatku selama tinggal di Mesir. Aku tinggal bersebelahan dengan mereka. Mereka telah menganggap aku seperti anak kandungnya sendiri karena Umi dan Abi tidak memiliki anak laki-laki."
"Syukurlah Abang tidak kehilangan kasih sayang kedua orang tua. Masih mempunyai orang tua angkat yang menyayangi setulus hati."
"Alhamdulillah Dila."
"Orang baik pasti akan dipertemukan dengan orang baik," kata Dila tersenyum.
"Jika boleh tahu kamu. Kenapa kamu ada di Jakarta? Sedang cuti atau bagaimana?"
Dila tertegun, tenggorokannya tercekat. Ia tak mampu untuk mengatakan yang sesungguhnya pada Fatih. Ini masalah rumah tangganya. Tidak mungkin ia menceritakan permasalahan rumah tangganya pada orang lain apalagi mantan sendiri.
Fatih mengerti jika Dila tidak mau menjawab pertanyaannya.
"Bagaimana keadaan Ayah dan Bunda?"
"Kabar mereka baik-baik saja dan sehat."
"Alhamdulilah. Semoga Allah melimpahkan kesehatan untuk ayah dan bunda. Kabarnya Iqbal sudah menikah dengan Naura. Aku lihat di media sosial. Aku masih ingat Iqbal dan Naura bak Romeo and Juliet yang tak terpisahkan. Bagaimana kabar mereka berdua?"
"Alhamdulillah mereka sudah menikah dan memiliki seorang putri yang cantik, tapi sayangnya uda Iqbal berpoligami. Ia memiliki istri satu lagi. Naura istri pertama dan Ria istri keduanya."
Fatih mendelik. Iqbal berpoligami? Seakan tidak percaya dengan info yang ia dengar .
"Masa sich Iqbal berpoligami?"
"Iya. Uda Iqbal memiliki dua orang istri. Dia memiliki tiga orang anak dari kedua istrinya. Satu anak dari Uni Naura dan dua lagi dari Ria."
"Apa yang terjadi Dila sehingga Iqbal memiliki istri lebih dari satu?"
"Ceritanya panjang abang. Jika diceritakan akan menghabiskan waktu berhari-hari. Jika dibuat sinetron episodenya akan panjang bahkan sampai season tujuh."
Fatih tertawa lucu mendengar ucapkan Dila, "Kamu ada-ada saja."
"Jika difilmkan akan heboh dan viral seperti film Korea yang menceritakan dokter yang diselingkuhi suaminya."
"Dasar korban Korea," celetuk Fatih mentertawai Dila. "Kamu masih doyan Korea?"
"Masih dong. Jangan bilang nonton film Korea haram?"
"Kenapa kamu bicara begitu? Kenapa kamu langsung menyindirku seperti itu?"
"Bisa jadi setelah pulang dari Mesir akan semakin religius dan agamis. Semua hal yang berbau K-pop dikit-dikit haram."
"Tidak juga. Jika sekedar hiburan dan tidak gila seperti remaja alay yang mengatakan aktor Korea suami online enggak apa-apa. Kalau boleh tahu kamu kenapa kmau ada di Jakarta?" tanya Fatih sekali lagi.Ia penasaran kenapa Dila di Jakarta. Dari tadi ia bertanya namun tak menjawab.
"Aku sedang mengurus visa di Kedubes Australia." Akhirnya Dila mendapatkan jawaban yang pas.
"Kenapa kamu ke Australia?"
"Masih ingat dengan Almira alias Mira? Sahabat Kecil kita?"
Fatih mencoba mengingatnya,"Iya, aku masih ingat, apalagi dengan rambut keritingnya Mira."
"Jangan bahas rambut keritingnya. Nanti dia ngamuk," kata Dila tertawa lucu.
"Abang sering mentertawakan rambut keritingnya. Lihatlah sekarang rambut keriting Mira malah jadi tren."
Fatih tertawa cekikikan mengingat masa kecilnya. Fatih suka mengerjai Mira seperti menarik-narik rambut keriting Mira. Memanggilnya MITING alias Mira Keriting.
Dila dan Fatih senyum-senyum mengingat masa kecil mereka.
"Pasti abang kangen dengan masa kecil kita dan pengen meet up dengan Mira?"
"Tentu saja Dila, aku kangen masa-masa kecil kita. Berapa orang anak Mira?"
"Sudah sepasang."
"Alhamdulillah. Mira sudah menikah dan kamu pun sudah menikah, hanya aku disini yang merana menunggu cinta yang tak pernah aku miliki."