Part 322 ~ Pengakuan Cinta
Part 322 ~ Pengakuan Cinta
Bara menatap istrinya dengan seringai tajam. Menatapnya dengan lapar seperti seorang singa yang mendapatkan makanannya. Entah dapat wangsit dari mana Dila dengan nakal menyilangkan kaki diatas ranjang. Telunjuknya masuk ke dalam mulutnya, membusungkan dada seraya memberikan tatapan nakal pada suaminya.
"Hukuman apa yang akan kamu berikan sayang?" Tanyanya mengedipkan mata.
Bara mendekati istrinya seraya menjilat telinga Dila.
"Sudah mulai nakal sekarang."
Dila mengalungkan tangannya ke leher Bara.
"Bukankah kamu senang jika aku nakal padamu sayang?" Tanya Dila dengan suara serak nan menggoda.
"Sangat senang sekali," balas Bara dengan suara serak. Jakunnya naik turun karena gairahnya sudah meledak.
"Makanku belum selesai karena kamu sayang." Telunjuk Dila membelai pipi Bara lalu turun perlahan-lahan ke leher dan terakhir di dada suaminya. Bahkan Dila berlama-lama di puting Bara seolah melukis di atasnya.
"Nanti kamu akan kenyang atas hukuman yang aku berikan," balas Bara manja. Perlahan-lahan tangannya dengan terampil melepaskan pakaian atas istri. Tak ada penolakan malah Dila mengangkat tangannya ke atas agar Bara lebih mudah melepaskan pakaian atasnya.
Mata Bara membelalak melihat dua gunung kembar Dila. Bara membenamkan kepalanya di dada Dila seraya menciumnya. Dila terbakar api gairah ketika bulu-bulu halus di wajah suaminya menggesek dadanya. Geli-geli nikmat. Dila bahkan mengerang saking nikmatnya ciuman Bara di dadanya.
Bara mendongakkan kepala dan menghujami Dila dengan cintanya. Bara memberikan ciuman hangat namun panas. Dila bahkan membalas serangannya dan memimpin permainan. Mereka berganti posisi. Bara mendudukkan Dila di pangkuannya. Dila merasakan sesuatu sudah mengeras di bawah sana.
"Berapa banyak cinta yang kamu punya untukku sayang?" Dila memancing gairah suaminya. Telunjuknya membelai bibir Bara lalu lidahnya menjilati telinga suaminya.
Bara menggelepar dalam gairah menerima perlakuan istrinya. Dila semakin berani dan menggemaskan.
"Bahkan cinta yang aku punya tidak akan bisa kamu menghitungnya."
"Benarkah?" Dila masih bermain-main.
"Bagaimana denganmu sayang? Kamu tidak pernah mengatakannya tapi sikapmu mengatakan jika kamu mencintaiku. Apakah aku benar?"
"Mau tahu apa mau tahu banget?" Tanyanya mempermainkan suaminya.
"Hmmmmm." Bara mencoba untuk berpikir keras. "Aku tidak peduli kamu mengucapkannya apa tidak yang jelas kamu istriku dan aku memilikimu seutuhnya."
"Yakin sayang?" Tanyanya lagi mencium bibir Bara dengan panas. Dila bahkan berani menggigit bibir suaminya.
"Hei sabar, tahan," balas Bara tergelak tawa. Semakin lama Dila semakin menggemaskan dimatanya.
Dila membaringkan tubuh suaminya.
"Bolehkah aku memimpin permainan kali ini?" Tanyanya dengan nada manja nan menggoda.
"Suatu kehormatan jika istriku mau melakukannya dan aku merasa diinginkan."
Dila mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. 'Adik kecil' Bara semakin menegang melihat ulah Dila. Istrinya tiba-tiba nakal namun Bara sangat senang. Kenakalan seperti inilah yang sangat di inginkannya.
"Kamu mau memberikan aku hukuman kan sayang?"
Bara bergumam seraya mengangguk.
"Sebenarnya aku yang akan memberikan kamu hukuman," ucap Dila bangkit dari tubuh Bara dan kabur ke kamar mandi. Bahkan ia menjulurkan lidahnya sebelum menutup pintu kamar mandi.
"Sayang berani sekali kamu mempermainkan aku?" Bara tergelak tawa.
"Awas kamu Dila, aku benar-benar akan menghukum kamu." Bara bangkit menyusul Dila ke kamar mandi.
Untungnya pintu kamar mandi tidak tertutup. Dila tak berniat mempermainkannya.
Aromaterapi menusuk penciuman Bara. Dia merasa lebih bergairah ketika menghirup aromaterapi.
"Dila kamu jangan main-main sayang." Bara memberikan peringatan.
Bara melangkah perlahan-lahan. Ia kaget melihat Dila berada dalam bath up bermandikan kelopak mawar. Entah sejak kapan Dila menyiapkannya, Bara terpukau. Dila memainkan telunjuknya meminta Bara mendekat. Bara terbakar api gairah melihat kenakalan istrinya.
Ia melepaskan celananya dan bergabung dengan Dila dalam bath up. Untuk kedua kalinya mereka berendam bersama.
"Kapan kamu mempersiapkannya sayang?" Bara menyiram air ke wajah Dila.
"Kamu suka?" Tanyanya menggoda menggigit telunjuknya. Jakun Bara turun naik melihat dada Dila yang sudah menegang.
"Sangat suka." Bara menarik Dila ke pelukannya. Memberikan ciuman panas nan menggelora. Ciuman Bara turun ke leher. Memberikan tanda-tanda kepemilikan. Dila meracau dan mendesah kala lidah Bara menyapu leher dan dadanya.
Bara menggigit dada Dila yang sudah mengacung keras. Dila menekan kepala Bara agar lebih mengexplor dadanya.
"Kau nakal sayang," bisik Bara senang.
"Bukannya kamu suka jika aku nakal?" Tanya Dila dengan mata berkabut gairah.
"Aku akan memakanmu sayang."
"Bagaimana cara kamu memakanku?"
Tak memberikan jawaban atas pertanyaan Dila. Bara membalikkan tubuh Dila dan memasukinya dari belakang.
Dila menikmati pola gerakan suaminya yang sebentar cepat dan sebentar lambat. Ia menggeram dan mendesah kala tangan nakal Bara menepuk pantatnya.
Bara mengubah posisi mereka. Keluar dari bath up. Keduanya berdiri, Bara menyandarkan tubuh Dila ke dinding. Mengangkat kaki kanan Dila dan meletakkan di pinggangnya. Dalam satu hujaman cepat mereka kembali menyatu. Mereka menggelepar dalam gairah yang tak pernah usai. Pergerakan Bara di inti tubuhnya membuat Dila terbang ke awang-awang seakan berkelana menuju langit ke tujuh.
Bara selalu sukses mengantarkannya dalam surga cinta yang tidak ada habisnya. Bara menambah kecepatan memacu tubuhnya dalam tubuh Dila. Erangan dan racauan memenuhi kamar mandi. Beruntung kamar mereka kedap suara dan para ART tidak tinggal di rumah. Andaikan para ART ada di rumah mungkin para ART akan gerah dengan desahan mereka.
"Come on baby," desah Bara seksi.
"With my pleasure sayang."
Balasan Dila memacu gairah Bara. Menusukkan tubuhnya dengan ritme cepat dan teratur. Erangan Bara tertahan ketika Dila mendapatkan pelepasan pertama. Tubuhnya berkeringat karena kerja keras barusan. Bara memacu tubuhnya hingga mendapatkan pelepasan yang pertama.
"Kau hebat sayang," puji Bara pada istrinya.
"Kamu lebih hebat sayang," balas Dila mencium bibir suaminya.
"Do you love me?" Tanya Bara dengan gugup.
"Apakah masih butuh jawaban?" Tanya Dila menyentuh dada bidang Bara.
"Aku ingin mendengarnya walau hanya sekali," kata Bara dengan suara serak.
Dila mengalungkan tangannya ke leher Bara.
"Ya, aku mencintaimu tapi aku tidak tahu kapan mulai jatuh cinta padamu," ucap Dila dengan wajah berbinar-binar.
Tak ada yang lebih membahagiakan Bara hari ini. Pengakuan cinta dari istrinya merupakan hadiah paling indah yang pernah ia dapatkan.
Akhirnya cinta Bara tidak bertepuk sebelah tangan. Dila telah membalas cintanya. Pasangan suami istri itu telah saling mencintai. Berawal dari perjodohan tak menyangka mereka sampai di titik ini.
Bara sangat bahagia dan tak ada yang lebih membahagiakanya daripada hari ini. Bara mencium Dila memberikan seluruh cintanya yang tiada tara.
"Terima kasih sayang atas segalanya."