Part 185 ~ Kecemburuan Bara Pada Zyan
Part 185 ~ Kecemburuan Bara Pada Zyan
"Dila teman kecil kamu menyebalkan ya," celetuk Dian melirik Dila yang tertawa melihat Mira dan Dian berdebat.
"Apa kamu bilang menyebalkan?" Mira tak terima dikatakan menyebalkan.
"Iya menyebalkan," balas Dian memonyongkan bibirnya. "Malas berdebat sama emak-emak."
"Apo kecek kau? Aden amak-amak?" Mira menggunakan bahasa Minang.
( Apa kamu bilang? Aku emak-emak)
"Kan iyo amak-amak situ mah. Alah punyo anak kan? Alah jadi induak urang bukan?" Balas Dian juga menggunakan bahasa Minang.
(Kamu memang emak-emak. Udah punya anak bukan? Sudah jadi seorang ibu).
Kening Zyan berlipat tiga karena tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan. Mark yang menikah bertahun-tahun dengan Mira mengerti apa yang mereka bicarakan. Mark mengerti bahasa Minang namun ia tak bisa mengucapkannya.
"Alah mah. Jan mamakak juo kalian. Sakik kapalo den a. Alah jaleh kapalo den sakik dari tadi kalian buek tambah sakik kapalo," gerutu Dila menengahi pertengkaran antara Dian dan Mira.
(Sudahlah. Jangan ribut lagi kalian. Sakit kepalaku. Kepalaku sudah sakit kalian nambah bikin kepalaku makin sakit).
"Dila harusnyo kau curiga ka inyo. Den yakin laki kau jo paja tu tahu baa kau dicilok. Pasti ado motif urang tu mancilok kau nak," celoteh Mira lagi.
(Dila seharusnya kamu curiga sama dia. Aku yakin suami kamu dan dia tahu kenapa kamu di culik. Mereka pasti ada motif kenapa menculik kamu).
"Mira sudahlah, jangan memperpanjang masalah. Aku mau istirahat dan tidak mau mendengarkan kamu berdebat dengan Dian," kata Dila lirih.
Mira terpaksa menutup mulutnya demi Dila tak mau membebani pikiran sahabatnya. Setelah situasi agak mencair Zyan mendekati Dila dan memberikan sebuket bunga lily.
"Cepat sembuh Dila. Kami semua mengkhawatirkan kamu," kata Zyan tulus.
Bara membulatkan mata karena seorang vokalis band terkenal memberikan istrinya bunga. Bara merasakan kepanasan ada yang menyukai Dila. Bara mengambil napas melihat tatapan tak biasa Zyan pada istrinya. Dian tersenyum kecut mengetahui Bara dilanda cemburu. Iseng mengambil koran di atas meja dan mengipaskannya pada Bara.
"Kayaknya AC di ruangan ini kurang dingin," sarkas Dian menyentil Bara.
Mira dan Mark yang paham dengan maksud Dian tertawa terbahak-bahak. Mereka melihat api kecemburuan di mata Bara. Zyan juga salah, sudah tahu Dila istri orang masih saja memberikan perhatian lebih bahkan terang-terangan di depan suami sang wanita.
Ketika Dila akan mengambil bunga, Bara duluan merampas bunga dari tangan Zyan.
"Terima kasih atas perhatiannya pada istriku," kata Bara menekankan ucapannya pada kata 'istri'.
"Sama- sama," jawab Zyan kikuk. Walau bagaimana pun Zyan tetap yakin jika Dila adalah Vani kekasihnya yang lama menghilang.
"Bukankah kamu seorang vokalis terkenal yang melakukan banyak tour?" Bara menatap Zyan dan bertanya sok ramah.
���Benar."
"Lalu kenapa masih ada disini?" Usir Bara secara halus.
"Aku akan tampil nanti malam, tidak ada salahnya aku melihat keadaan sahabatku. Dila baru saja bebas dari penculikan. Aku ingin memberikan dia semangat agar tidak trauma dengan kejadian yang baru dia alami. Benarkan Dila?" Tanya Zyan mengedipkan mata pada Dila seolah menantang Bara.
Bara mengambil napas kasar. Dadanya terbakar melihat sikap Zyan pada sang istri. Bara menepuk dada seolah memberi ruang agar oksigen bisa masuk dalam tubuhnya. Zyan membuatnya terbakar cemburu. Ia ingin memberikan Zyan pelajaran dan mengucapkan 'Jangan dekati istriku'.
Dila menatap sang suami. Ia tahu ada kecemburuan di mata Bara. Walau di hadapan orang-orang Bara masih berusaha bersikap manis namun di dalam hatinya sedang terbakar amarah yang meledak-ledak. Dila tersenyum melihat sikap manis Bara, sedikit demi sedikit Bara telah bisa mengontrol emosinya.
"Bos," panggil Dian pada Bara.
"Iya."
"Tuan Smith menawarkan jet pribadinya untuk membawa kita pulang. Bagaimana?"
"Tidak apa-apa. Kita akan segera pulang dari sini. Tempat ini memberikan pengaruh buruk untuk istriku. Polisi masih memerlukan kesaksian dari Dila?"
"Katanya polisi akan kesini meminta keterangan dari Dila. Kamu jangan khawatir Dila kami akan mendampingi kami ketika polisi menanyai kamu," kata Dian memberi ketenangan pada Dila. Saat bicara polisi akan meminta keterangan darinya, Dian melihat Dila gemetar dan ketakutan.
"Kau akan membawa Dila pulang?" tanya Mira tak suka dengan keputusan Bara.
"Tentu aku membawanya pulang setelah polisi meminta keterangan darinya." Bara memutar tubuhnya menatap Mira dan menjawabnya dengan tenang.
"Dila masih lama disini. Dia disini selama tiga bulan. Dila baru satu setengah bulan kenapa kau membawanya pulang?" protes Mira tak suka dengan keputusan Bara.
"Sayang," panggil Mark mengingatkan Mira. Ia menyentuh pundak sang istri, isyarat untuk diam.
"Memastikan keamanan Dila," jawab Bara tegas.
"Kau tahu kenapa Dila kabur kesini? Itu karena ulahmu, sekarang seenaknya membawa Dila pergi dari sini," ujar Mira menahan emosi.
"Mir," panggil Dila agar sang sahabat tak berdebat dengan suaminya.
"Dan aku yakin suami lo tahu dalang dibalik penculikan lo. Dia tahu siapa pelakunya. Dia membuat lo dalam bahaya Dil."
"Apa maksud kamu?" Bara tak terima tuduhan Mira walau apa yang dikatakan Mira benar.
"Aku mempelajari ilmi mikro ekspresi. Jadi aku tahu kau dan dia berbohong," ucap Mira menunjuk Dian.
"Omong kosong apa ini Mira?" Dian ikut bicara karena dilibatkan.
"Aku tidak bisa kalian bohongi. Ketika aku menanyakan motif penculikan kamu membohongiku. Ketika seseorang berbohong mereka tak akan menatap mata lawan bicara dan mengelus hidungnya. Kau melakukan itu ketika aku bertanya siapa dan apa motif penculikan Dila," ujar Mira menatap sinis pada Dian.
"Sakali lai kalian baduto den lado muncuang kalian!" kata Mira memperingatkan.
( Sekali lagi kalian berbohong, aku akan memberi cabe pada mulut kalian).
"Sayang sudah," kata Mark melerai sang istri. Mark pamit membawa Mira yang diliputi amarah.
Zyan mengikuti Mark dan Mira yang pergi dari ruang perawatan Dila. Tak lama berselang polisi datang ke ruang rawat Dila. Mereka memberi beberapa pertanyaan untuk Dila. Dalam keterangannya Ana dan Jack memberi pengakuan jika mereka diculik atas perintah Samir. Tuan tidak terlibat dalam penculikan ini. Tuan sebagai pemilik mansion tidak tahu jika sang adik angkat menculik Dila dibantu Peter, Andrew, Ana dan Jack.
Polisi juga menjelaskan Tuan kooperatif selama ditanya saat mereka video conference. Tuan sedang berada di Vietnam. Keterangan Tuan dan keterangannya Ana dan Jack sama sehingga Tuan bebas dari segala tuduhan. Nama Tuan bersih dan ia malah menyarankan polisi untuk menangkap adik angkatnya Samir yang berada di Indonesia.
Polisi Australia bekerja sama dengan interpol Indonesia untuk meringkus Samir. Ternyata Samir sendiri sudah ditahan kepolisian. Clara telah menjebloskan Samir ke dalam penjara. Ia memberikan bukti berupa video pengakuan Samir telah menculik Dila dan mengancam Egi untuk menjadi kekasihnya.
Dila sempat kebingungan ketika polisi menyebut nama Samir. Ia tak kenal dengan Samir . Kenapa pria itu ingin menculiknya? Keterangan Ana pada polisi dan pada Dila sangat berbeda. Ana mengatakan pada Dila jika Tuan sangat terobsesi padanya dan ingin menjadikannya sebagai fantasi seks. Dila mengambil kesimpulan jika Tuan telah melimpahkan kesalahan pada Samir, Ana dan Jack.