Part 54 ~ Promosi Jabatan
Part 54 ~ Promosi Jabatan
Para frontliner seperti Disa, Fani dan Vio sibuk bergibah membahas orang-orang yang akan mendapat promosi dan mutasi. Dalam mutasi dan rotasi ada sedikit unsur politis. Mereka bertiga gelisah menunggu pengumuman SDM kantor pusat. Andai Dila promosi apakah penggantinya akan sebaik Dila. Mereka benar-benar bahagia di bawah kepemimpinan. Dila enggak ngebossy dan suka perintah seperti atasan yang lain
Dila bersikap seperti leader bukan bos.
Perbedaan antara leader dan bos adalah gaya kepemimpinannya. Seorang bos kebanyakan otoriter sementara leader bersikap demokratis.
Bos melihat masalah sebagai musibah yang akan menghancurkan perusahaan. Seorang leader melihat masalah sebagai kesempatan yang dapat diatasi staff yang bersatu padu, dan berubah menjadi pertumbuhan.
Leader bisa mengayomi, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan siapapun, orang akan segan pada pemimpinnya sedangkan seorang bos hanya akan menjadi Jendral bukan Bapak.
Bos membuat pekerjaan menjadi membosankan. Leader menyebabkan pekerjaan menyenangkan dan menarik. Bos menciptakan rasa takut dalam diri anak buahnya sedangkan leader membangun kepercayaan.
Bos mengandalkan kekuasaan, leader mengandalkan kerjasama.
Para frontloner yang sudah terbiasa dengan gaya kerja takut mendapatkan atasan yang ngebossy dan terlalu kaku.
"Menurut kalian kep Dila ada dalam daftar nama pejabat yang akan promosi?" Disa memecah kesunyian.
Mereka bisa mengobrol karena jam layanan sudah tutup dan pekerjaan mereka sudah selesai.
Vio sok berpikir keras," Kalo liat pergerakannya kep Dila promosi kayaknya. Fani telpon Yoga sekretaris dirut cari informasi. Bukannya kalian teman akrab."
Fani tepuk jidat," Iya juga ya. Kok gue lupa ada si Yoga."
Fani meraih smartphone dan segera mengirim pesan WA pada Yoga. Emang dasarnya Yoga emak-emak, ia dengan cepat membalas pesan Fani. Yoga bahkan mengirimkan daftar nama yang akan promosi dan mutasi.
Mata ketiganya menatap smartphone Fani dan membaca nama pejabat yang promosi satu persatu. Mereka menghela napas kecewa karena Dila di promosikan menjadi kepala capem cabang utama, jabatan itu setara kepala cabang kelas B. Menurut mereka Dila emang pantas promosi karena ia telah bekerja keras, orientasi dengan target dan memahami ranah pekerjaannya.
Kebanyakan pejabat di bank MBC tak mengetahui apa tugas pokok mereka dan tak mengerti dengan perkejaannya. Mereka naik jabatan karena unsur politik. Menggunakan koneksi mereka di pemerintahan dan unsur pendekatan dengan divisi SDM dan direksi.
Para pejabat mental seperti itu hanya mengandalkan bawahan. Jika bawahan tak mencapai target mereka tinggal memarahi. Hanya memerintah dan tak mengayomi, berbeda dengan Dila yang merangkul bawahannya dan saling menghargai. Bawahan Dila kebanyakan usianya di atas Dila, tapi Dila menaruh rasa hormat dan tak memandang sebelah mata. Dila menjadikan bawahan sebagai tim dan saling sharing. Pejabat seperti Dila sangat jarang ada di bank MBC. Dila sangat disukai bawahannya sehingga Fani, Disa dan Vio sangat berat melepaskan Dila.
Mereka juga mencari nama pengganti Dila. Ketika menemukan nama pengganti Dila, mereka tertunduk lesu.
"Penggantinya Bapak Syamsul. Ya ampun kalo kakek tua itu yang jadi pengganti kep Dila, gue amshiong," kata Disa dengan nada kecewa.
"Lo pernah se cabang sama Bapak Syamsul?" Vio melirik Disa.
"Pernah, makanya enggak sreg sama dia. Kinerjanya enggak bagus plus ganjen. Lo hati-hati aja Vio. Bakal jadi sasaran empuk Bapak tua itu. Di cabang gue lama dia suka manggil Ela, CS ke ruangan dia padahal enggak ada urusan kerja."
" Trus kenapa dia panggil Ela?" Fani menjadi kepo.
"Dia panggil Ela buat cerita rumah tangga dia. Dia curhat bak suami yang menderita karena arus bawah dia enggak bisa dipenuhi sang istri. Istri Bapak itu stroke makanya dia jadi jablay. Efek main solo jadi suka main mata sama bawahannya. Dia manggil Ela cuma buat liat paha si Ela."
"Ela enggak pake jilbab, trus roknya diatas lutut. Kalo dia duduk roknya nyusut hingga paha. Nah si tua bangka itu pantengin tu paha ampe jamuran dan ngences."
"Kok gue udah horor duluan?" Vio terbatuk. Ia segera mengambil segelas air dan meminumnya.
"Jika enggak mau Bapak itu liatin paha lo. Pake rok jangan kependekan dan jangan lupa pakai celana short. biar si tua bangka enggak bisa cuci mata." Disa mengingatkan.
"Kep Stevi gimana? Pomosi juga?" Celetuk Fani mengingat rival Dila.
"IQ jongkok gitu mana mungkin promosi. Yang ada dia bikin rugi bank. Enggak kompeten,", jawab Disa pedas.
Fani tersenyum geli mendengar jawaban Disa. Antara lucu dan kasihan sama Stevi.
"Gue bisa bayangin gimana reaksi si nenek lampir itu ketika tahu kep Dila promosi sementara dia enggak. Pasti dia ngamuk dan marah-marah."
"Ngapain dia ngamuk kalo kep Dila promosi?" Vio balik menatap Fani.
"Dia mana mau kalah sama kep Dila. Kalo bisa kep Dila selalu dibawah dia. Dia selalu menganggap kep Dila rivalnya bukan rekan kerja," balas Fani.
Mulut Vio membulat membentuk huruf O," Oooooo gitu toch."
*****
Dila dipanggil Pak Satria ke ruangannya. Dila sudah tahu kenapa Pak Satria memanggilnya karena sudah dapat bocoran dari divisi SDM kantor pusat. Ia promosi jabatan ke cabang utama. Ia akan menangani salah satu capem terbesar dan potensial di cabang utama.
Dila merasa minder karena merasa belum pantas di posisi. Biasanya posisi kepala capem cabang utama adalah senior-senior yang sudah malang melintang berkarier di MBC dengan masa kerja sepuluh hingga lima belas tahun.
Ada sedikit beban di pundak Dila dengan promosi yang ia terima. Tanggung jawabnya semakin besar dan ia harus bisa menjaga hubungan baik dengan para stakeholder yang telah bekerja sama dengan bank MBC. Ia tak boleh sedikit pun lengah karena capem cabang utama sangat sensitif, mendapat tempat dalam pemerintahan dan syarat dengan unsur politik. Jika tidak berhati-hati berurusan dengan pemerintahan, makanya proses bisnis bank MBC akan kacau.
Pak Satria menjabat tangan Dila,", Selamat Fadila Elvarette. Saya bangga sama kamu."
Dila membalas jabatan tangan Pak Satria dengan canggung.
"Kita hanya berdua dan saya tidak akan bicara formal sama kamu. Pasti kamu sudah tahu kenapa saya panggil kesini."
Dila mengangkat bahu seolah tak tahu.
"Enggak mungkin kamu enggak tahu. Masa sekelas kamu ga tahu kenapa saya panggil. Setidaknya kamu sudah dapat bocoran dari teman-teman kamu."
Dila membalas perkataan Pak Satria dengan senyuman.
"Dasar kura-kura dalam perahu. Sudah tahu tapi pura-pura tidak tahu," balas Satria berpantun.
"Ini SK promosi jabatan kamu sudah sama saya. Selamat Dila atas promosinya. Semoga ke depannya kamu bisa lebih sukses lagi dan menjadi salah satu kader terbaik yang dimiliki bank MBC. Saya bangga kamu promosi ke cabang utama. Tidak sia-sia saya merekomendasikan kamu. Kamu layak untuk mendapatkan posisi itu karena kinerja kamu bagus."
"Terima kasih Pak. Jujur saya menerima promosi ini, perasaannya campur aduk, antara senang, bangga, sedih bakal meninggalkan rekan-rekan disini dan memikirkan tanggung jawab saya akan semakin besar. Apakah saya mampu, ketika di capem lintas tim saya sedikit. Untuk menyatukan visi, membuatnya mereka lebih kompak tidaklah terlalu sulit. Pencapaian capem lintas karena kerja sama tim. Tanpa support dari mereka tidak mungkin pencapaian kami seperti ini."
"Good joob. Saya bangga berhasil mendidik kamu. Walau berat melapaskan kamu ke cabang utama, capem lintas terlalu mudah untuk kamu taklukan."
Mata Dila berkaca-kaca. Ia menghapus air mata yang keluar dari sudut matanya.