Part 82 ~ Tangisan Dila
Part 82 ~ Tangisan Dila
Yang gue bahas dari tadi adalah suami lo. Suami lo yang telah membunuh Mira.....
Dulu gue dan Mira tinggal di sebuah kontrakan. Gue waktu itu masih dinas di bank MBC Jakarta. Posisi gue saat itu sebagai AO. Mira teman gue satu kontrakan. Kami dekat karena mempunyai hobi yang sama suka, clubbing.
Jadi AO saat itu apalagi di kota besar, tekanannya sangat berat, apalagi gue mendapatkan atasan yang super duper galak. Dia tidak segan memarahi kami ketika rapat dan mengeluarkan sumpah serapah.
Jujur saat itu gue ingin resign dan enggak kuat kerja di bawah tekanan seperti itu. Mira pun juga demikian. Kami saling menguatkan. Kami menghabiskan waktu setiap malam di sebuah club malam ternama di Jakarta.
Saat kami clubbing ada satu orang pria yang menarik perhatian kami. Dia tampan, mempesona dan gagah. Kami tergila-gila dengan ketampanannya. Mira lebih agresif dari gue. Dia terang-terangan mendekati pria tampan itu. Dia seorang pengusaha muda yang sukses. Tak pernah sekali pun kami melihatnya bersama wanita.
Suatu malam gue mabuk dan sakit perut. Gue ke kamar mandi karena mau muntah. Saat itu kamar mandi cewek penuh, karena mendesak gue pergi ke kamar mandi cowok. Nyampe kamar mandi muntah gue langsung hilang karena melihat pemandangan yang menjijikan. Gue melihat dua orang laki-laki tampan sedang berciuman. Gue mengenali salah satu dari laki-laki itu. Refleks gue merekam adegan menjijikkan itu.
Gue menceritakan kejadian itu pada Mira. Gue enggak mau Mira patah karena mencintai laki-laki gay. Pengusaha tampan itu seorang gay, pantas selama ini kami tidak pernah melihat dia bersama wanita.
Mira ternyata tidak patah hati mendengar cerita gue. Dia baru jujur sama gue, dia mendekati pengusaha itu karena ingin mewawancarai si pengusaha. Mira bekerja di sebuah majalah bisnis ternama. Majalah itu telah banyak mewawancarai pengusaha sukses di Indonesia, tapi belum pernah mewawancarai pengusaha muda yang kami jumpai setiap malam di club. Pengusaha itu menolak untuk di wawancarai media, sudah banyak media yang ingin mewawancarai sepak terjangnya dalam bisnis, tapi ia selalu menolak.
Mira mengatakan jika ia tak mencintai si pengusaha, kalo suka iya karena lelaki itu tampan dan kaya. Mira bahkan mengatakan sama gue, jika ia akan memanfaatkan video itu untuk memeras si pengusaha dan mengajaknya wawancara untuk majalahnya. Gue sudah melarang Mira, tapi Mira nekat. Dia beralasan memeras si pengusaha karena uangnya sudah menipis untuk beli narkoba. Mira seorang pecandu narkoba.
Hal yang gue takutkan terjadi Dila. Mira nekat memeras pengusaha itu. Mira disuntikkan morfin dosis tinggi. Ia langsung tewas ketika cairan itu masuk ke dalam tubuhnya. Gue menyaksikan pembunuhan itu. Gue enggak berdaya Dila. Pria itu terlalu menakutkan buat gue.
Gue enggak punya kekuatan untuk melawan mereka. Saat gue berusaha kabur, anak buahnya memergoki gue. Gue berlari sejauh mungkin agar mereka tidak bisa mengejar gue. Namun naas, gue tersandung batu dan mereka mendapatkan gue.
Gue memohon pengampunan mereka. Bajingan itu mencekik leher gue dan mengancam gue untuk tutup mulut jika tidak mau bernasib seperti Mira. Gue mengiyakan ancamannya.
Esok harinya polisi menemukan Mira tewas di kontrakan. Hasil visum polisi Mira tewas karena overdosis. Gue juga diminta keterangan karena kasus itu. Dibawah ancaman mereka gue memberikan keterangan. Kasus kematian Mira pun di tutup. Gue meminta pindah dari MBC Jakarta ke Surabaya. Jakarta memberikan kenangan buruk untuk gue.
Gue tak pernah mengingat kejadian Mira sejak saat itu. Gue sudah kubur semua kenangan buruk itu. Hingga malam itu gue ketemu sama suami lo.
Suami lo Aldebaran, Dialah pembunuh Mira. Bara membunuh Mira karena tak ingin identitasnya sebagai gay diketahui publik.
Maafkan gue harus menceritakan semua ini Dila. Gue sayang sama lo. Masih belum terlambat untuk mengambil keputusan. Gue tidak bermaksud merusak rumah tangga lo, cuma orang jahat seperti dia tidak pantas dapat istri sebaik lo.
Gue bersyukur lo dan dia belum berhubung intim. Setidaknya bajingan itu tidak menular penyakit berbahaya untuk lo. Jaga kesucian lo Dil. Jangan mau disentuh bajingan itu. Penyakit kelamin mengintai, jika kalian berhubungan.
Dila gue mohon dengan sangat. Tolong rahasiakan semua ini dari Bara. Bagaimana lo tahu semua tentang dia. Please... lindungi gue. Gue tidak mau anak dan suami gue dalam bahaya.
Gue sudah mengirimkan sebuah video ke email lo. Gue tidak mau menuduh tanpa bukti. Video itu juga yang membuat Mira meregang nyawa. Gue tidak mau bernasib sama dengan Mira.
Gue sudah membantu lo, gue mohon lo juga membantu gue. Rahasiakan dari siapa lo tahu. Gue sayang sama lo Dila.
With Love
Anda.....
******
Jantung Dila serasa berhenti berdetak membaca bait demi bait surat dari Anda. Ia masih belum percaya dengan apa yang ia baca. Bara seorang gay....?
Tanpa Dila sadari air matanya jatuh membasahi pipinya. Ia segera membuka email dari Anda dan mendownloadnya.
Dila membuka video kiriman Anda dengan dada berdebar-debar. Semoga apa yang ditulis Anda hanya prank bukan kenyataan.
Dila menyaksikan video itu dengan mata tak berkedip.Ia melihat suaminya berciuman dengan seorang laki-laki muda. Yang membuat Dila shock ia mengenali pasangan laki-laki Bara.
"Bukankah ini Egi?" Dila bertanya pada dirinya sendiri.
Kilas balik pertemuannya dengan Egi mengingatkan Dila akan sesuatu. Egi datang ke pesta pernikahannya bersama Dian. Saat bersalaman Egi terlihat tidak menyukainya dan melirik Bara dengan tajam.
Saat honeymoon ke Kandui Resort. Egi tiba-tiba muncul. Dila tak menaruh curiga karena ia mengira Egi liburan kesana karena Kandui Resort viral di media sosial. Semenjak aktor Hollywood berlibur kesana, resort itu menjadi tujuan wisata.
Dila juga ingat ketika ada yang mencoba membunuhnya saat berenang. Bara langsung membawanya pulang ke kota Padang setelah kejadian itu. Bisa jadi orang yang ingin membunuhnya Egi karena cemburu. Bukankah pasangan LGBT ketika cemburu akan berbuat nekat?
Firasat Dila yang merasakan Bara impoten juga salah. Suaminya tidak impoten tapi gay. Pantas saja Bara tak bereaksi ketika dekat dengannya. Pria normal akan konak ketika beradu fisik dengan wanita sementara Bara tidak.
Potongan puzzle demi puzzle telah terpecahkan. Dila menikah dengan seorang gay. Dila meratapi nasibnya. Sudah menikah karena perjodohan, suaminya malah seorang gay. Dila benar-benar menderita lahir dan batin.
Tak bisa menikah dengan lelaki pujaannya, ia malah menikahi seorang gay yang sangat kejam. Bara pembunuh berdarah dingin, tak punya hati dan tidak ada hati nurani.
Dunia Dila serasa runtuh mengetahui kenyataan ini. Pantas saja Anda berat menceritakan semua ini padanya. Dila tak sanggup dan tak siap dengan kenyataan ini.
Tiba-tiba penglihatan Dila kabur. Ia pingsan. Penumpang satu pesawat jadi heboh melihat Dila jatuh pingsan. Pramugari dengan cepat membawa Dila ke ruang perawatan.