Part 84 ~ Curhat Dengan Naura
Part 84 ~ Curhat Dengan Naura
"Uni," panggil Dila tersedu-sedu. Ia masih menangis. Entah kenapa ia sangat cengeng sekali.
"Iya."
"Allah berfirman dalam surat An Nur ayat 26 yang artinya Wanita wanita yang keji adalah untuk laki laki yang keji, dan laki laki yang keji adalah untuk wanita wanita yang keji pula. Dan wanita wanita yang baik adalah untuk laki laki yang baik dan laki laki yang baik adalah untuk wanita wanita yang baik pula. Apa aku keji hingga mendapatkan suami keji seperti Bara?"
Naura bak di sambar petir mendengar ucapan Dila.
"Kenapa kamu bicara seperti itu Dila? Tarik ucapanmu! Kamu wanita baik bukan wanita keji. Kenapa dengan Bara?"
Dila mengambil napas, ia merasa sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia tak bisa memendam masalahnya sendiri. Ia harus punya teman untuk berbagi keluh kesah. Kenyataan ini terlalu menyesakkan dada. Ia harus membagi bebannya.
Dila memperlihatkan video ciuman Bara dengan Egi. Naura pun tak kalah kaget seperti Dila. Matanya membulat dan tak berkedip. Naura mengucek matanya berkali-kali memastikan apa yang ia lihat tidak salah. Naura merasa mual melihat ekspresi Bara membalas ciuman pasangannya dengan brutal.
Ekspresi wajah Naura tak bisa ditebak. Istri mana yang tak hancur hatinya jika suaminya telah menyalahi kodrat dan melakukan perbuatan terlaknat. Jika ia ada di posisi Dila ia tak akan kuat. Lebih rela melihat suaminya berciuman dengan wanita lain daripada berciuman dengan pria. Sama seperti ia lebih rela Iqbal poligami daripada berselingkuh. Harga dirinya sebagai istri terasa dicabik-cabik.
"Jadi analisis kita selama ini salah? Bara bukannya impoten tapi gay?"
"Benar," jawab Dila tegar. Ia tak boleh menangis lagi dan menunjukkan pada dunia bahwa ia kuat dan tegar.
"Darimana kamu tahu semua ini?"
"Sahabat dekatku di MBC kenal Bara sejak beberapa tahun yang lalu. Tanpa sengaja aku memperkenalkan mereka di Jakarta. Temanku langsung shock dan kabur ketika melihat Bara."
Dila memberikan surat Anda pada Naura. Dengan seksama Naura bait demi bait tulisan tangan Anda. Naura dapat menganalisis jika Anda menulis surat dalam keadaan takut, depresi dan tertekan.
"Uni acungkan jempol buat sahabatmu yang berani mengungkapkan fakta ini. Tidak mudah menyampai sesuatu yang akan membahayakan nyawanya."
"Uni salah aku apa? Kenapa aku harus memiliki suami se-brengsek dia? Kenapa aku harus mendapatkan cobaan yang aku tidak tahu bisa melewatinya?"
"Dila...Allah tak akan memberikan cobaan diluar kemampuan hamba-NYA. Kesalahan kamu cuma satu."
"Apa uni?" potong Dila.
"Kamu tidak menyelidiki latar belakang suamimu. Harusnya saat itu kamu tidak menyerah dengan keputusan ayah dan bunda. Kamu tidak boleh pasrah karena ini menyangkut hidupmu. Siapa yang mau telat menikah Dila? Tidak ada, tapi jodoh siapa yang tahu. Menikah bukan perkara mudah, secepat itu memutuskannya. Harus diselidik dulu latar belakangnya karena menikah itu perkara seumur hidup. Tak ada manusia yang ingin menikah berkali-kali." Naura mengelus rambut Dila.
Naura merengkuh Dila dalam pelukannya.
"Kamu yang akan menjalani bahtera rumah tangga dengan Bara. Istilahnya kamu yang akan pakai dia. Mereka menjodohkan kamu dengan Bara karena berteman baik dengan mertuamu. Bara memang berasal dari keluarga yang jelas bibit, bobot dan bebetnya tapi orang tuanya tidak bisa mengontrol kelakukan Bara diluar sana, apalagi Bara bukan anak kecil lagi."
"Apa yang harus aku lakukan uni? Aku merasa gagal jadi manusia. Aku sudah berusaha menjadi wanita baik-baik tapi kenapa berjodoh dengan laki-laki seperti Bara. Tidak hanya gay tapi juga pembunuh berdarah dingin. Dia bahkan tega membunuh seorang wanita karena mengetahui dia gay. Bukan tidak mungkin ia akan membunuh aku."
Naura meletakkan telunjuknya di bibir Dila.
"Jangan bicara seperti itu Dila. Dia tidak akan berani membunuh kamu."
"Apa aku harus meminta cerai? Sebelum semuanya terlambat? Satu sisi aku tidak kuat menyampaikan fakta pada keluarga kenapa meminta cerai. Pernikahan ini bukan hanya antara aku dan Bara, tapi menyangkut hubungan dua keluarga. Persahabatan ayah dan mertuaku menjadi taruhannya. Aku dan Bara baru menikah seumur jagung. Apa kata orang-orang jika aku sudah menggugat cerai? Aku bingung uni harus bagaimana. Nasibku sungguh apes. Menunggu cinta yang tak pasti hingga orang mengatakan aku perawan tua, sekalinya menikah dijodohkan, suamiku tidak baik, malah gay."
"Cupppp.....cupppp.Jangan menangis lagi Dila. Air matamu tak akan mampu mengembalikan keadaan."
"Uni aku harus bagaimana?"
" Salah satu tanda kebesaran Allah adalah menjadikan pasangan manusia sebagai suami dan istri. Orang-orang yang tadinya tidak saling mengenal bisa Allah pertemukan dan Allah hadirkan kasih sayang di dalam hati masing-masing. Jodoh juga termasuk rezeki. Kehadirannya merupakan misteri, dan sudah ditetapkan saat seseorang dalam kandungan. Rasulullah bersabda, "Kemudian diperintahkan malaikat untuk menuliskan rejekinya, ajalnya, amal perbuatannya, kebahagiaan atau kesengsaraannya."
"Jodoh telah ditetapkan oleh Allah, maka kita seharusnya percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Seperti rezeki, jodoh juga akan sampai kepada kita dan tidak akan tertukar. Jodoh Tak Pernah Salah. Allah menjodohkan kita dengan orang yang berbeda dengan kita agar pasangan suami istri saling belajar, memahami dan saling melengkapi. Kamu tidak boleh mengatakan kamu wanita keji karena punya suami keji seperti Bara. Wanita soleh kadang diuji dengan memiliki suami yang tidak baik. Jodoh yang dikatakan cerminan maksudnya jodoh adalah cermin bukan hanya dari sifat dan keimanan. Selayaknya cermin, seorang pasangan juga akan menjadi orang yang mengingatkan agar kita tetap berada dalam jalan yang Allah ridhoi. Jadi pernikahan menjadi sarana untuk memperkuat iman dan memperbanyak ibadah. Bisa jadi Allah menjodohkan Bara dengan kamu agar kamu bisa membimbing Bara ke jalan benar dan mengembalikannya ke kodrat. Allah merasa mampu kamu dapat membimbing Bara hingga mendapat hidayah dan bertaubat."
"Apa aku mampu uni?"
"Uni yakin kamu mampu. Jika kamu meminta cerai sekarang akan memicu pertanyaan besar dalam keluarga. Dua keluarga akan bersitegang. Ini tidak mudah Dila. Bagaimana jika kamu sedikit mengalah dan bersabar? Jika waktunya tiba barulah kamu meminta cerai. Sekarang bukan saat yang tepat."
"Lalu bagaimana aku bersikap pada Bara? Aku tidak bisa bersandiwara seolah tak terjadi apa-apa."
"Dila pada hakikatnya seorang istri solehah tak akan meninggalkan suaminya dalam kemaksiatan. Jangan mengambil jalan pintas untuk bercerai. Bukannya uni tidak membela kamu, cuma uni merasa Allah ingin kamu membimbing Bara kembali ke kodrat. Allah ingin memberi hidayah Bara melalui kamu. Kamu wanita yang berilmu. Seorang wanita berilmu seperti kamu akan tahu mengatasi cobaan hidup berumah tangga.
Tuhan mentakdirkan kamu untuk menjaga dan mengingatkan perilaku suamimu."
"Kenapa seseorang bisa menjadi gay uni?"
"Menurut psikologi LGBT disebabkan 12 faktor. Pertama,Tidak Percaya Tuhan. Jika tak percaya pada Tuhan hati akan hampa, kehilangan akal sehat dan pengendalian emosi rendah. Kedua, Tidak mendapatkan perhatian keluarga. Ketiga, Trauma masa lalu. Keempat, Kurangnya pengetahuan. Bila individu tidak memiliki IQ, tidak bisa berpikir, logika kurang maka ada kecenderungan individu semacam ini akan dipengaruhi oleh individu lain. Disuruh apapun mau, Saat diapun terpapar oleh konten pornografi sesama jenis maka tanpa rasa malu iapun menirukan hal tersebut."
Naura mengambil air mineral, banyak bicara membuat tenggorakannya kering.