Jodoh Tak Pernah Salah

Part 86 ~ Perbincangan Tiga Lelaki



Part 86 ~ Perbincangan Tiga Lelaki

0Dila dan Naura memutuskan pulang ke rumah. Mereka sudah di tunggu keluarga besar untuk makan malam. Bara belum juga kembali ke rumah. Dila yakin jika suaminya berada di rumah orang tuanya. Bara tidak mau kembali ke rumah jika tak ada Dila. Sesuai jadwal, kunkernya tim Bara sudah sampai di Padang. Dila menaruh kopernya dan bergabung bersama anggota keluarga yang lain.     

" Mana Bara?" Tanya Defri ketika Dila duduk di meja makan.     

" Pesawatnya belum mendarat di Padang ayah. Mungkin pesawat jam sembilan malam." Dusta Dila menatap sang ayah. Tiba-tiba selera makannya hilang karena sang ayah membahas Bara.     

Naura menatap Dila prihatin, ia paham jika Dila tak ingin membahas Bara, tapi mau bagaimana lagi jika makan malam Defri akan mengabsen setiap anggota keluarga.     

"Bagaimana diklatnya Dila? Lancar?" Lusi mengalihkan pembicaraan.     

"Alhamdulilah lancar bunda. Banyak ilmu baru yang aku dapatkan dalam pelatihan LPPI."     

"Syukurlah semuanya lancar. Bunda doakan semua karier anak dan menantu bunda lancar dan sukses. Baik Iqbal, Naura, Dila dan Bara. Buat Ria biar semakin sukses butiknya," kata Lusi menatap anak dan menantunya bergiliran.     

" Terima kasih bunda," kata Dila menggenggam erat tangan sang bunda.     

" Masakannya enak sekali. Siapa yang masak bunda?"     

Ria langsung membusungkan dada," Aku dong Dila. Iseng-iseng coba resep baru tahunya enak. Jika jadi emak-emak ya gitu. Harus bisa berinovasi dalam memasak bukan sibuk kerja dan mikirin masalah kantor saja," lirik Ria menyindir Naura.     

Jika tak ingat sedang berkumpul dengan keluarga besar, mungkin Naura sudah merobek mulut besar Ria. Naura menahan kekesalannya dan Dila tahu itu. Kedua kakak iparnya selalu saingan mencari perhatian dari Iqbal dan keluarga besar.     

"Ria tolong jaga bicara kamu," kata Iqbal mengingatkan. Ia tak mau dimarahi Herman karena tak bisa mendidik istrinya.     

Ria menutup mulutnya karena dimarahi Iqbal. Ria mengalihkan perhatian dengan menyuapkan Aina makan. Naura hanya tersenyum masam menatap Ria. Jatuhnya mau pamer tapi apa daya Iqbal menanggapi lain. Naura mengacungi jempol, Iqbal bersikap bijaksana. Entah kesambet apa hingga Iqbal bisa memarahi Ria karena selama ini Iqbal selalu membela istri mudanya.     

Dila dan Naura saling berpandangan. Seolah bicara dalam Bahasa kalbu mentertawai Ria. Niatnya mau cari muka tapi ditegur Iqbal. Ria bukannya tak menyadari interaksi antara Naura dan Dila cuma ia tak bisa berbuat apa-apa. Ria merasa sendiri dan adik iparnya lebih membela Naura. Ada kekesalan dihati Ria karena Dila lebih dekat dengan Naura, ia cemburu karena adik iparnya tidak memihak padanya.     

Bara pulang ketika makan malam telah usai. Ia memberikan kopernya pada Dila dan berbincang dengan Herman dan Iqbal. Rutinitas keluarga ini sehabis makan, mereka mengobrol di taman belakang. Bara ingin terlihat sebagai menantu dan ipar yang baik di depan Defri dan Iqbal.     

" Gimana kabarnya ayah, Iq?" Tanya Bara basa basi.     

" Alhamdulilah sehat. Lo gimana? Bagaimana kunkernya?"     

" Baik juga. Kunkernya berjalan lancar."     

" Bara ayah mau tanya sama kamu," kata Defri memotong pembicaran Bara.     

" Tanya apa ayah?"     

" Ayah liat berita di koran dan media online. Soal anggota dewan yang terciduk mesum sama pelacur saat kunker di Jakarta itu dari fraksi kamu atau bagaimana? Viral banget itu kasusnya. Kalo udah di up media online kayak lambe turah pasti bakalan heboh."     

Iqbal dan Bara tersenyum dan tertawa ngakak. Pria setua Defri ternyata tahu juga dengan akun gossip fenomenal 'Lambe Turah'.     

" Kenapa kalian tertawa? Ada yang lucu?" Defri bingung dengan reaksi anak dan menantunya.     

" Lucu aja yah. Setua ayah tahu juga ma lambe turah," balas Iqbal terkekeh.     

" Salah gitu ayah tahu? Percuma dong hp ayah udah smart tapi ayah ga smart, sama aja bohong. Kita harus pintar mengikuti hp kita. Masa kalah pintar dari hp."     

Bara mengurut punggung mertuanya." Ayah benar. Harus itu ayah. Tua boleh tapi enggak boleh ketinggalan jaman. Aku setuju sama pendapat ayah."     

Defri mengacungkan jempol pada Bara, "Menantu ayah yang pintar. Kamu belum jawab pertanyaan ayah tu gimana dengan anggota dewan yang kena gerebek gitu. Mana ada foto bugilnya lagi. Bikin malu aja. Udah tua enggak tahu diri."     

" Dia bukan dari fraksi aku ayah. Dia DPRD kota. Ketangkap ketika kunker ke Jakarta kemarin. Rombongan kami satu pesawat ketika berangkat dari BIM."     

" Anggota dewan enggak dimana-mana ya gitu. Lemah sama uang dan wanita. Enggak sadar di rumah ada istri yang setia menunggunya. Jelas-jelas kunker pake fasilitas dari rakyat, eh malah mesum. Syukur dia kena tangkap. Ayah harap kamu jangan seperti anggota dewan lainnya Bara, awas aja kamu nyakitin Dila, ayah enggak segan potong burung kamu biar enggak ada sisa," kata Defri mencandai Bara.     

Bara menatap selangkangannya,"Kalo dipotong abis atuh ayah. Enggak bisa wik wik dong," balas Bara juga bercanda. Bara paling bisa bermain kata-kata dan membuat Defri terkesan.     

"Iqbal aja potong ayah, istrinya aja dua,�� kata Bara menunjuk Iqbal.     

" Kok gue yang kena sich?" Tanya Iqbal bingung. Kenapa ujung-ujungnya dia yang dibully.     

"Kasian dia kalo dipotong. Istrinya dua. Kalo dia mau nambah istri lagi baru ayah potong biar enggak nambah istri lagi. Dua aja dia udah rempong bagi jadwal boboknya," Defri balik menyindir Iqbal."Kalo Iqbal nambah istri lagi paling yang ngamuk itu Ria. Ria kan barbar."     

"Mentang-mentang udah punya menantu laki, aku diduakan sekarang."     

"Bara kembali ke topik awal. Itu gimana ceritanya si anggota dewan ketangkap?" Defri masih kepo dengan penangkapan anggota dewan.     

Bara mengangkat bahu," Enggak tahu ayah. Dapat berita dia udah kena tangkap dan dikirimkan foto bugilnya."     

" Bara kamu hati-hati. Jangan sampai terjebak. Politik sangat tajam dan sadis. Tak kenal kawan dan lawan. Apalagi ayah dengar saat kamu dilantik jadi ketua DPRD banyak yang menentang dan anggap kamu anak kemaren sore. Ayah paham sich senior mana mau dipimpin sama junior. Mereka manis di belakang,tapi di belakangnya busuk. Ayah sudah malang melintang berhadapan dengan mereka, apalagi menyangkut izin usaha dan proyek. Kalo duit ke kantong mereka ngalir lancar dan jumlahnya sesuai keinginan mereka, akan mempermudah bisnis kita. Mereka pernah ajak ayah pas kunker dulunya, tahunya apa ayah dijadikan ATM mereka. Benar-benar kacau mereka. Mau seagamis apa pun partai, kalo soal politik tetap aja mereka banyak bohong dan munafik."     

" Iya ayah terima kasih nasehatnya," kata Bara menanggapi ucapan mertuanya.     

" Bara lo udah tiga bulan lebih nikah sama Dila. Tu ngomong-ngomong kenapa belum isi juga?" Iqbal mengganti topik pembicaraan. Ia tidak suka membahas politik.     

"Maksud lo isi apa?"     

" Maksudnya kenapa Dila belum hamil juga?" Defri memperjelas.     

Bara bungkam dan tak dapat menjawan pertanyaan dari mertua dan iparnya. Bagaimana Dila mau hamil jika ia tak pernah menyentuh Dila sampai detik ini. Jangankan berhubungan intim, berciuman dengan Dila belum tentu ia bisa melakukannya.     

" Pertanyaan yang selalu bikin silaturahmi rusak ya pertanyaan model lo ini Iq."     

"Maksud lo?"     

" Siapa sich yang enggak mau punya anak? Anak itu titipan Tuhan. Kami sudah berusaha cuma Tuhan belum kasih mau bagaimana?" Kata Bara melankolis.     

" Maaf aku permisi dulu," kata Bara pura-pura sedih.     

"Gue enggak maksud kayak gitu Ra," kata Iqbal menyesal. Ia tak menyangka ucapannya melukai hati Bara.     

" Bara, ayah minta maaf atas nama Iqbal. Maaf pertanyaan Iqbal sensitif," kata Defri menanggapi.     

Naura tak sengaja mendengar percakapan Bara, Iqbal dan Defri. Ia segera menjapri Dila perbincangan ketiga lelaki itu tentang anak. Naura juga memberi Dila ide untuk membongkar kedok Bara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.