Part 92~ Rencana Egi ( 2 )
Part 92~ Rencana Egi ( 2 )
Tata upacara pernikahan di India hampir sama dengan masyarakat Minang. Jika di India ada malam mehendi kalo di Minang malam bainai artinya malam pemasangan hena/ pacar pada pengantin wanita.
Sangeet merupakan salah satu prosesi pra-pernikahan di India. Prosesi ini adalah perayaan atas berkumpulnya dua keluarga yang dipersatukan melalui anak-anak mereka yang menikah. Dalam kegiatan ini, keluarga kedua belah pihak akan menari dan menyanyikan lagu-lagu bernuansa Bollywood.
Dila dan Bara sudah rapi dengan busana tradisional India. Dila terlihat cantik dengan memakai saree modern. Dandanan Dila mirip Kareena Kapoor. Wajah cantiknya semakin mempesona dengan aksesoris khas India. Bara tak kalah ganteng dalam balutan kurta. Hari memang mewajibkan tamu undangan memakai dress code India.
Hari mengundang rekan bisnisnya dalam acara sangeet night. Tamu Hari tak hanya berasal dari Sumatera tapi juga dari Jawa. Hari memfasilitasi para tamu dengan menyediakan kamar dan akomodasi selama pesta berlangsung termasuk Clara dan Egi.
Clara datang ke pesta pernikahan Hari mewakili papanya. Hari memiliki kerja sama dengan papanya Clara.
Pesta sangeet diadakan di sebuah resort di kawasan pantai. Pesta ini sangat privat dan hanya tamu undangan yang bisa masuk.
Ria terpesona melihat Bara balutan kurta. Matanya bahkan tak berkedip melihat ketampanan adik iparnya. Ria berkhayal menggantikan posisi Dila. Tentu ia akan sangat bahagia bisa bersanding dengan pria setampan dan sekaya Bara.
"Om Bara," teriak Aina memanggil Bara. Gadis kecil itu berlari ke arah Bara dan minta di gendong.
Bara dengan senang hati menggendong Aina. Dila sangat senang melihat keakraban Aina dengan Bara. Jika dilihat sepintas Bara merupakan sosok ayah yang baik. Ia cepat akrab dengan para keponakannya apalagi Aina.
"Dila kamu cantik sekali seperti Kareena Kapoor dan Bara tampan seperti Saif Ali Khan. Kalian memang pasangan serasi," kata Ria memuji. Sebenarnya ia tak ikhlas memuji Dila, tapi jika hanya memuji Bara akan menimbulkan kecurigaan.
"Uni terlalu memuji," balas Bara menatap Ria jengah. Entah kenapa ia tak suka dengan istri kedua Iqbal. Menurutnya Ria terlalu drama queen dan banyak berpura-pura.
Bara paling tidak suka dengan orang yang berpura-pura dan banyak bersandiwara.
"Keluarga yang lain mana uni?" Tanya Dila pada Ria.
"Semua sudah berkumpul di ruang tamu. Menunggu kalian turun saja. Malam sangeet Hari pasti sangat meriah dan seru. Kita akan menari bak film Bollywood. Uni jadi enggak sabar. Biasanya nonton tradisi pernikahan India dalam film, tapi kali ini menghadiri pestanya langsung."
"Baiklah mari kita kesana," ajak Bara masih menggendong Aina.
Mereka berempat turun ke bawah. Semua anggota keluarga sudah siap berangkat ke pesta Hari. Bagi keluarga Dila ini acara sangeet yang pertama untuk mereka. Demi menghormati keluarga calon istrinya, Hari mengadakan malam sangeet.
Seluruh anggota keluarga pergi ke pesta Hari tanpa kecuali. Dila dan Bara berada dalam satu mobil dengan anak-anak. Entah magnet apa yang ada dalam diri Bara semua keponakan Dila lengket padanya. Aina, Allea dan Attar memutuskan untuk satu mobil dengan aunty dan om mereka. Jika Ria boleh ikut, ia akan memilih satu mobil dengan Bara agar puas memandangi wajah tampan sang adik ipar.
Satu persatu tamu undangan datang ke pesta sangeet. Dekorasi khas India sangat kental di pintu masuk. Para tamu undangan di periksa dengan ketat sebelum diperbolehkan masuk ke lokasi acara. Musik Bollywood mengalun keras. Para tamu tak bisa diam begitu saja, mendengar musik tubuh mereka bergoyang.
Herman dan Ranti juga hadir dalam pesta sangeet Hari. Dila dan Bara menemui keduanya. Si kecil Aina tak mau lepas dari gendongan Bara.
"Sudah cocok jadi Bapak Bara," komentar Ranti ketika melihat Bara menggendong Aina.
"Tentu cocok dong ma," balas Bara berkelakar.
Dila menyapa Ranti dan tak lupa memeluk sang mertua.
"Mama, apa kabar? Sehat ma?"
"Mama sehat sekali Dila, apalagi saat ini melihat kalian," jawab Ranti memeluk Dila dengan bahagia. Senyum tersungging dari sudut bibirnya.
"Syukurlah mama, aku senang mendengarnya," balas Dila menyentuh tangan sang mertua.
Dila dan Herman berpandangan canggung, mereka saling mengulas senyum, walau ada rahasia diantara mereka.
"Bara sudah cocok jadi seorang ayah. Dila sudah isi apa belum?" tanya Ranti membuat Dila membisu.
Pertanyaan Ranti membuat Bara dan Dila gelagapan. Mereka saling menatap satu sama lain. Mereka bingung menjawab apa. Bagaimana mau punya anak jika mereka tak pernah berhubungan, apalagi Dila merasa jijik dan tak sudi disentuh setelah mengetahui fakta tentang suaminya.
"Belum ma," jawab Dila pelan. Ia menatap Bara agar membantunya menjawab pertanyaan Ranti.
"Doakan saja ma, kami segera diberi momongan," kata Bara menambahkan.
"Mama selalu mendoakan kalian, segera punya anak dan rumah tangga kalian langgeng hingga maut memisahkan. Kami dulu juga dijodohkan seperti kalian. Benar kata orang, cinta itu tumbuh karena terbiasa. Kami juga dulu enggak saling cinta , tapi karena biasa berdua benih-benih cinta itu timbul dengan sendirinya."
Dila dan Bara tertawa mendengar kisah cinta Ranti dan Herman. Ranti begitu antusias menceritakan masa mudanya bersama Herman.
Dila mendengarkan cerita ibu mertuanya dengan antusias. Mereka sudah lama tak bertemu, pesta kali ini Dila melakukan pendekatan dengan ibu mertuanya yang masih kelihatan cantik dan segar padahal usianya tak muda lagi.
Bara dan Herman meninggalkan Dila dan Ranti. Mereka berdua sibuk berbicara tanpa mengajak para pria nimbrung dalam percakapan mereka. Herman dan Bara nimbrung bersama para pria.
Para pria sedang sibuk membahas tarian apa yang akan mereka persembahkan nanti ketika acara dimulai. Bara dan Herman sudah sering menghadiri pesta sangeet rekan bisnis mereka. Mereka sudah tak asing dengan pesta semacam ini. Pesta ini memang penuh sukacita karena adanya tarian dan nyanyian khas India.
"Bagaimana hubungan kamu dengan Bara? Apa kalian sudah dekat?" Tanya Ranti tiba-tiba.
Dila terbatuk-batuk hingga Ranti harus memberikan minuman untuknya.
"Pasti Dila kaget mendengar pertanyaan mama."
"Iya ma," jawab Dila dengan senyuman manis.
Ranti membelai wajah Dila dengan penuh kasih sayang.
"Mama sudah bisa menebak nak karena pernah berada dalam posisi kalian. Mama harap kamu bisa bersabar menghadapi sikap keras Bara."
"Aku selalu sabar ma," balas Dila sungkan. Ia mengajak sang mertua duduk di dekat kolam renang, leluasa melihat deburan ombak.