Jodoh Tak Pernah Salah

Part 93 ~ Rencana Egi ( 3 )



Part 93 ~ Rencana Egi ( 3 )

2Hari naik ke atas panggung memberikan kata sambutan.     

"Terima kasih kepada para tamu undangan yang telah hadir dalam pesta sangeet pernikahan kami. Suatu kehormatan bagi kami Bapak dan Ibu meluangkan waktu untuk datang kesini. Selamat menikmati hidangan yang telah kami sediakan dan selamat menikmati pesta malam ini. Enjoy the party."     

Keluarga dari pihak perempuan membuka acara sangeet. Mereka menunjukkan kekompakan dalam menari. Para tamu seolah sedang berada dalam film Bollywood. Semua bersuka cita. Maya, calon istri Hari diarak para pria ke lantai dansa. Begitu ada di tengah ruangan ia langsung disorot lampu dan menari sesuai irama.     

Tak lama kemudian Hari datang dan menari bersama Maya layaknya sepasang kekasih dalam film India. Para tamu undangan semakin heboh ketika dua pihak keluarga mengajak battle menari. Dua keluarga tak mau kalah menampilkan kecakapan mereka dalam menari.     

Dila dan Bara ikut menari memeriahkan suasana. Walau gerakan mereka tak selancar para penari lain, tapi mereka tak mau kalah. Mereka menari bersuka cita mengikuti irama.     

Dila berhenti menari ketika punggungnya beradu dengan punggung seseorang. Ia terpisah dari Bara. Entah siapa yang memulai, Bara menari berpasangan dengan Ria. Sementara itu Iqbal berpasangan dengan Naura.     

"Maaf," kata seorang pria ketika tak sengaja menyenggol Dila.     

Cahaya lampu yang remang-remang mempengaruhi penglihatan Dila. Ia tak melihat wajah sang pria dengan jelas.     

"Tidak apa-apa," jawab Dila meninggalkan sang pria lalu mendekati Bara.     

Dila melihat Bara bermalas-malasan menari bersama Ria. Sang ipar begitu agresif hingga membuat suaminya jengah. Bara tersenyum manis ketika melihat sang istri. Bara memberikan tangannya pada Dila dan mengajak sang istri berdansa.     

Ria merungut kesal ketika Bara mengabaikannya dan lebih memilih bersama Dila. Ia baru saja merasakan kebahagiaan menari bersama Bara, tapi Dila merusak kebahagiaan. Dengan raut kesal bercampur marah Ria meninggalkan lantai dansa.     

Para Undangan tak mau kalah. Mereka ikut menari bersama-sama. Saat itulah Bara tertegun dan matanya tak berkedip melihat Egi menari bersama para undangan. Bahkan Egi menjadi pusat perhatian karena sangat pintar menari. Bara mengucek mata memastikan penglihatannya, bahwa ia tak salah lihat.     

Bara mengepalkan tangannya geram, ia menjadi gugup dan salah tingkah. Apalagi ketika Egi melihatnya dan mengerilingkan mata. Bara semakin salah tingkah dan berkeringat dingin. Dalam pesta ini ada keluarganya dan keluarga Dila. Bisa bahaya jika Egi bertingkah dan nekat.     

Bara segera menghubungi Egi via WA dan mengajaknya bicara empat mata di paviliun belakang resort. Jarak antara paviliun dan resort cukup jauh. Butuh waktu untuk bisa sampai kesana.     

Bara bersedekap menunggu kedatangan Egi. Seseorang memeluk Bara dari belakang, secara reflek Bara menepisnya.     

"Bara, kenapa kamu begitu dingin?" Tanya Egi dengan wajah memelas. Penolakan demi penolakan acap kali ia terima.     

"Aku tidak dingin Egi. Bersikaplah yang pantas," jawab Bara ketus.     

"Kenapa kamu berubah Bara? Tak hangat seperti dulu? Apakah kamu tidak mencintaiku lagi?"     

"Aku tidak berubah tapi kamu yang tak mendengar ucapanku."     

Egi berlutut memeluk kaki Bara,"Maafkan aku Bara, aku sudah menebus kesalahanku pada pesta Vegi. Aku diperkosa lima orang wanita, apakah belum cukup untuk menebus kesalahanku waktu itu?"     

Bara bungkam tak menggubris pertanyaan Egi.     

"Aku sudah memaafkan kamu Bara. Aku akan melupakan peristiwa pemerkosaan itu dan kamu juga lupakan peristiwa percobaan pembunuhan pada Dila. Waktu itu aku dilanda rasa cemburu pada Dila, makanya aku nekat melakukan semuanya. Tak bisakah kita seperti dulu? Menjadi pasangan kekasih yang saling mencintai dan menyayangi."     

Bara membalikkan badan menatap wajah imut Egi.     

"Kamu sudah melanggar perintah aku Gi dan seorang Aldebaran paling tidak suka perintahnya tak didengar," omel Bara sambil menggeleng kesal.     

"Apakah tidak ada maaf untuk aku?" Wajah sendu Egi terlihat jelas.     

"Aku sudah memaafkanmu, tapi untuk kembali seperti dulu sudah tidak mungkin."     

"Kenapa tidak mungkin?" Tanya Egi ketus mengusap wajahnya kasar.     

"Kamu bisa jadi batu sandungan untuk karier politikku," ucap Bara kejam.     

"Jadi politik kamu lebih penting daripada aku?" Teriak Egi frustasi sambil menghempas barang-barang yang ada disekitarnya.     

"Setelah semuanya kita lewati, kamu membuangku demi karier kamu? Kamu jahat Bara, kamu kejam. Kamu laki-laki paling brengsek yang pernah aku temui," kata Egi terisak sambil memukul dada Bara.     

Bara telah mematahkan hatinya dan menghancurkannya berkeping-keping. Ia tak terima diperlakukan seperti sampah. Egi mengamuk dan memecahkan barang-barang yang ada di dekatnya. Apa pun barang yang ada di dekatnya menjadi korban keberingasannya.     

Egi mendorong Bara kasar hingga membentur dinding.     

"Aku tidak terima perlakuan kamu, aku bukanlah sampah yang bisa kamu buang begitu saja."     

Bara memasang wajah garang bak singa lapar.     

"Lalu apa maumu?" Tantang Bara dengan gigi bergemeletuk.     

"Aku mau kamu kembali padaku," balas Egi tegas.     

"Silakan kamu berpolitik dan menikmati peran kamu sebagai seorang suami, tapi jangan pernah tinggalkan aku."     

"Aku tidak mau dan aku tidak suka ditekan," balas Bara tak kalah ketus.     

"Apakah kamu sudah menemukan pria lain pengganti aku?" Tanya Egi sambil menerawang jauh, menatap dinding yang seolah tak ada batasnya.     

Bara mencengkram kuat kerah baju Egi.     

"Jangan membodohi aku Egi. Apa yang kamu rencanakan sebenarnya? Hari tidak mungkin mengundang kamu datang ke pestanya. Kalian tidak punya hubungan bisnis. Aku tahu kedatangan kamu kesini pasti ada niat yang tak baik."     

Egi tergelak tawa, kenapa insting Bara sangat kuat. Ia bisa membaca situasi dengan cepat. Ia memberikan tepuk tangan yang meriah.     

"Aku hanya ingin memperbaiki hubungan dengan kamu," jawab Egi berbohong.     

"Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bodohi," balas Bara menunjuk Egi.     

"Aku serius Bara, aku ingin kembali bersamamu dan menjalin hubungan seperti dulu," kata Egi memelas. Ia menyentuh wajah Bara.     

Dalam gerakan cepat ia mencium Bara. Awalnya Bara ingin menolak, tapi ciuman Egi yang memabukkan membuat Bara hilang akal. Nafsunya telah mengalahkan akalnya. Ia tak menyadari jika Dila menyaksikan ciuman panasnya.     

Saat Egi dan Bara sibuk mengobrol. Clara melancarkan rencananya. Ia memberikan sepucuk surat pada Dila.     

'KAMU HARUS TAHU SIAPA SUAMIMU, Jika kamu ingin tahu datanglah ke paviliun belakangan. Kau akan tahu identitas suamimu.'     

Surat Clara mengantarkan Dila menuju paviliun dan meninggalkan semarak pesta sangeet.     

"Bara, kau menjijikkan," teriak Dila memanggil Bara tanpa embel-embel 'Abang'. Dila merasa mual dan muntah menyaksikan adegan ciuman Bara dan Egi secara langsung.     

Bara terlonjak kaget dan mendorong Egi kasar hingga terhempas.     

"Kau," maki Bara kesal menatap Egi yang memberikan senyum termanis yang ia punya.     

Egi tersenyum tipis, puas, rencananya berjalan sesuai yang ia harapkan. Ia dan Clara berpandangan.     

"Kau benar-benar menjijikkan," kata Dila menampar Bara dengan keras. Entah kenapa, walau ia sudah tahu sang suami gay, tapi melihat kelakuan Bara di depan matanya menyulut kemarahannya.     

"Aku sudah berdamai mempercayaimu jika kau impoten, tapi kau malah membohongi aku. Kau tidak impoten dan kau GAY!"     

"Dila dengarkan aku," balas Bara mencoba mengklarifikasi.     

Dila melayangkan tangannya ke udara.     

"Cukup! Aku tidak ingin mendengarkannya. Apa yang aku lihat sudah menjelaskan semuanya. Kau bukannya impoten tapi gay. Kau tidak mau menikah bukan trauma dengan wanita, tapi kau homo. Kau pecinta sesama jenis.Tuhan melaknat kaum sodom sepertimu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.