Jodoh Tak Pernah Salah

Part 97 ~ Kegilaan Bara



Part 97 ~ Kegilaan Bara

0Dila memekik kuat, tubuhnya menggigil dan gemetar. Bara kembali memasukinya ketika ia tertidur. Ia berteriak histeris merasakan sakit yang luar biasa di kewanitaannya. Sakit yang tadi belum sembuh, tapi sang suami kembali menyatukan tubuh mereka.     

Bara memang iblis, tak punya otak dan tak punya hati. Semua keburukan ada padanya. Bara menciumi tubuh putih dan mulus sang istri. Aroma tubuh Dila memabukkannya, memancing hasrat dan membangkitkan gairah lelakinya. Bak candu mendapatkan permainan baru, ia ketagihan. Ketagihan menggagahi tubuh sang istri.     

Air mata Dila habis bisa dikatakan kekeringan, telah habis ketika pemerkosaan pertama terjadi. Pusat tubuh Dila nyeri, sakitnya bukan kepalang bahkan ia tak bisa menggerakkan tubuh. Dila menggigit bibir menahan nyeri, sakit dan ngilu.     

Bara kembali memperkosanya, menungganginya bak kuda liar yang bisa ia pacu sesuka hati. Guguan Dila tertahan di tenggorokannya. Percuma menangis, memohon Bara tak menghiraukannya.     

Tubuh Dila telentang tak berdaya, tak punya lagi sisa tenaga untuk melawan. Mencengkram kuat sprei melampiaskan rasa sakit. Berteriak pun percuma. Mulutnya masih tersumpal selendang dan tangan terikat di atas kepalanya. Bara memperlakukannya seperti jalang. Bisa diperlakukan sesuka hati karena menerima bayaran.     

"Sakit.....Jangan Bara... Hiks.. hiks.. "Pekik Dila menyayat hati.     

Bara tak peduli, ia hanya peduli pada kepuasan dan birahinya. Ia membenamkan seluruh tubuhnya. Dalam penyatuannya darah segar mengalir dari kewanitaan Dila.     

Sakit.... perih... ngeri....Dila berada di batas ambang kesadaran. Rasa sakit dan perih di tubuhnya tak sanggup lagi untuk menahannya. Bara seakan membunuhnya melalui pemerkosaan ini. Tak beradab dan tak manusiawi.     

Tubuh Dila kebas, Bara menggerakkan tubuhnya sesuka hati, mengganti gaya yang ia suka.     

"Sakit.....Hikss..."     

Tubuh Bara kembali menindih Dila kesekian kalinya. Menjamah dan menjelajahi setiap jengkal tubuh dan memberi tanda kepemilikan. Tubuh putih itu telah memerah akibat tanda yang dibuat Bara.     

Bara memacu tubuhnya lebih cepat, ia akan mendapatkan pelepasannya. Dalam satu hentakan kuat ia mengeluarkan cairannya dalam rahim Dila. Entah apa yang ada dalam pikiran Bara, ia mengangkat kaki Dila supaya spermanya membuahi sel telur Dila. Berharap Dila hamil setelah kejadian ini. Membuat mereka semakin terikat dengan adanya anak.     

Bara melepaskan ikatan di tangan dan sumpalan di mulut Dila. Ia memberi ruang Dila untuk menggerakkan tubuhnya.     

"Terima kasih sayang," kata Bara mengecup bibir Dila.     

Dila bak manekin tak merespon Bara, matanya menerawang menatap langit-langit kamar.     

Apa salah dan dosanya hingga ia mengalami penghinaan seperti ini?     

Kenapa nasibnya sungguh apes berjodoh dengan iblis seperti Bara?     

Kenapa semua ini bisa terjadi?     

Dila ingin melakukan protes pada Tuhan, mengapa semua ini terjadi?     

Dila merasa hina, kotor, najis. Ia menyerah cenderung putus asa. Setelah semua hal buruk apa yang akan menimpanya? Apa lagi? Tertular penyakit kelamin? Memikirkannya membuat Dila menangis pilu. Lebih baik ia mati daripada terjangkit penyakit kelamin.     

Dila berteriak histeris tak bisa berdamai dengan keadaan. Kesadarannya berada di ambang batas. Mata Dila tertutup, menahan perih. Darah segar tak hentinya mengalir dari kewanitaannya walau tak sebanyak tadi. Dila kehilangan kesadaran. Ia pingsan.     

*****     

Dila merasakan hawa panas di punggungnya. Bara tidur menyandarkan kepalanya pada punggung polos Dila. Ingin menendang dan mengusir Bara untuk menjauhi tubuhnya sudah tak punya tenaga. Ia kehabisan suara karena kebanyakan menangis dan berteriak.     

Dila memejamkan mata menyadari si brengsek itu bangun. Ia menggigit bibir menahan geli ketika Bara mengelus tubuh telanjangnya.     

Bayangan diperkosa kembali menghantui Dila. Ia sudah tak sanggup jika diperkosa lagi. Pusat tubuhnya masih sakit.     

Apa yang ia takutkan terjadi, bergerak pun ia tak mampu sekedar untuk menggeser tubuhnya. Bara kembali mengulangi perbuatannya. Ia mencumbu Dila, menyesap aroma tubuh Dila bak kumbang menyesap madu dari bunga.     

Terjangan demi terjangan birahi menyelimuti Bara. Ia menjilati telinga Dila hingga membuatnya meremang. Bereaksi bak manekin Dila sudah tak mampu, hanya sekedar menghentakkan kaki juga tak bisa.     

"Sudahlah jangan kau masuki lagi, nanti bisa robek dinding rahimku. Aku memang istrimu, sudah tugasku melayani kamu di ranjang tapi tolong pakai nuranimu. Aku kesakitan Bara. Kau bisa membunuhku," kata Dila dengan napas tersengal-sengal.     

Bara menatap manik sang istri. Entah kenapa ia bahagia bisa mendominasi dan menguasai. Dila tak berani lagi bicara keras melawan kuasanya.     

"Sayang...Ini semua karena ulahmu. Andai kamu mendengarkan aku, tak emosi bisa jadi gairah ini tidak bangkit sayang. Ternyata nikmat sayang ketika tubuhmu menjepitnya. Rasanya lebih nikmat daripada Egi. Aku menggilai tubuhmu. You are mine. Aku memiliki mu. Aku yang pertama bagimu. Berita bahagia untukmu juga, kau wanita pertama yang aku gagahi. Impas bukan?"     

Dila tak berkutik, tak memberi respon atas pernyataan sang suami. Hanya ada tetesan air mata sebagai jawaban. Pusat tubuhnya masih sakit, badannya pegal dan hatinya sakit. Bara menyakitinya lahir dan batin.     

Tanpa aba-aba Bara membuka lebar kedua paha Dila. Ia siap-siap memasukkan kembali kejantanan ke surgawi Dila.     

Ia mendesis nikmat ketika kejantanan diremas kuat kewanitaan Dila.     

"Arrgggggghhhh." Pekik Dila pilu. Untuk kesekian kalinya ia dimasuki secara paksa tanpa ia siap.     

Perih....Sakit.....Ngilu....Dila merasakan tubuhnya dicabik-cabik.     

Bara tak bergerak memberi kesempatan milik Dila menerima miliknya. Merasa sudah cukup, ia menggoyangkan pinggulnya. Memacu tubuh Dila.     

Bara menggigit bahu Dila. Untuk kesekian kalinya bukan erangan nikmat keluar dari mulut Dila yang ada rintihan.     

Jangan teruskan! Jangan teruskan!     

Hentikan Bara! Kau tak hanya akan merobek selaput daraku, tapi akan merobek dinding rahimku. Aku tak kuat...Bunuh saja aku jika kau terus menyakiti aku seperti ini...     

Tiba-tiba tubuh Dila menegang, menggigil dengan gigi bergemeletuk. Darah segar kembali mengalir dari kewanitaannya. Sprei putih menjadi saksi bagaimana Bara memperlakukannya. Darahnya menggenangi ranjang. Siapa pun yang melihat sprei akan tahu betapa kejam dan brutalnya Bara memperkosa Dila.     

Tanpa memperdulikan respon tubuh Dila, Bara memacu tubuhnya semakin cepat. Erangan, desahan, racauan memenuhi kamar. Satu dilanda kenikmatan tiada tara, satu mengalami siksaan begitu perih.     

Dila sudah tak bisa bersuara, walau sekedar merintih. Suaranya habis, tertahan di tenggorakan. Tiba-tiba ia kejang dan menggigil. Dila berada di ambang batas kesadaran. Tiba-tiba Dila kejang lalu pingsan.     

Bara baru sadar Dila pingsan, ketika tubuh Dila tiba-tiba panas.     

Panasnya tubuh Dila mengalahkan panasnya api. Bara menghentikan gerakannya, melepaskan kejantanannya dari kewanitaan Dila. Ia melihat selangkangan sang istri. Baru sadar jika Dila mengalami pendarahan hebat.     

Bara seperti dejavu, keadaan Dila sama dengan keadaan Dian lima belas tahun yang lalu. Bara panik mendekap tubuh Dila. Ia menepuk-nepuk pipi Dila, mencoba menyadarkan. Nihil, tak ada respon. Deru napas Dila semakin melambat.     

Bara panik, Dila tak boleh mati. Ia menyesali kebodohannya. Dalam kalut Ia mengambil ponsel.....     

"Dian," teriaknya antara frustasi dan lega.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.